♥Happy Reading♥
°°°°°°°Pukul 06.28 pagi.
Jungwon sekarang berada di sebuah taman tak jauh dari rumahnya. Duduk termenung di kursi penonton lapangan bola basket.
Tatapannya sendu memandangi bola yang dipegangnya sekarang.Dulu Daniel sering bermain basket bersamanya sepulang sekolah. Sang adik selalu mengajaknya bermain sampai sore hari. Hyungnya pun tak jarang memarahi mereka karena pulang terlambat.
Tapi sekarang semuanya telah menjadi kenangan. Ia tidak bisa lagi bermain bersama adiknya kembali. Daniel sudah bahagia bersama orang tuanya, di surga.
Mengingat kenangan itu, Jungwon menangis. Ia ingin memutar kembali waktu andai Ia bisa. Pecuma disesali, semua terlanjur terjadi. Ia hanya bisa datang ke taman itu jika merindukan sang adik. Entah kenapa saat mendatangi taman itu, Ia merasa sang adik juga turut hadir di sana. Mungkin karena taman itu menjadi area favorite Daniel dulu.
Merasa telah lama Jungwon berdiam di taman. Ia berniat pulang agar tidak mendapat amarah dari Hyungnya. Lantas Ia bergegas pulang sekarang.
•••••••
Sesampainya di depan ambang pintu rumahnya, Jungwon tak berani membuka pintu dan masuk ke dalam. Ia mambayangkan jika semua Hyung nya telah berkumpul menunggunya dengan wajah tak senang.
Tangannya gemetar bersiap membuka pintu. Bahkan berniat mengurungkan niat untuk masuk ke dalam. Ia terlalu takut.
Sampai akhirnya seseorang membukanya dari dalam, membuat Jungwon terkejut dan berlonjak kaget. Heeseung yang membuka, tak lupa dengan wajah marahnya.
"Masuk!" ketus Heeseung.
Jungwon yang hanya terdiam gemetar, lantas ditarik kasar masuk olehnya.
Bayangan Jungwon benar. Kini semua saudaranya telah berkumpul di ruangan yang sama. Menunggu penjelasan darinya dengan raut wajah puas. Puas karena mereka yakin Heeseung akan memberinya hukuman, lagi.
PLAAKKK..
Heeseung menampar pipi kiri Jungwon. Anak itu memegangi pipinya yang terasa panas.
"Dari mana kau!" tanya Heeseung.
"A-aku dari taman, Hyung."
"Taman? sepagi ini, bahkan tanpa seijin ku!"
Jungwon terkejut mendengar ucapan Heeseung. Tanpa seijinnya dia bilang. Padahal sebelumnya Ia sudah meminta tolong Sunoo untuk menyampaikan ijin kepada Heeseung, dan Ia setuju. Lalu kenapa Heeseung berkata seperti itu.
"Aku sudah memberi tahu Sunoo Hyung tadi. Dan diperbolehkan oleh nya," bela Jungwon.
Heeseung terkejut, pandangannya spontan menoleh ke arah Sunoo, "Benar kah itu?"
"Kapan aku berbicara padamu pagi ini? tidak. Dia berbohong, Hyung!" dusta Sunoo.
"Hyung..." Jungwon tak menyangka jika Sunoo berbohong.
"Kau berani berbohong sekarang. Bahkan menuduh orang lain?!" tegas Heesung.
"Tidak Hyung, aku tidak bohong. Sebelumnya aku ingin menemuimu, tapi kau sedang mandi. Jadi aku meminta ijin Sunoo Hyung, karena tadi dia sudah berada di bawah terlebih dahulu."
"Jadi maksudmu aku yang berbohong?" tegas Sunoo, "Hyung... apa sekarang kau percaya dengan pembohong ini dari pada diriku?"
Tentu Heeseung akan mempercayai Sunoo ketimbang Jungwon. Rasa benci semakin membuatnya muak. Berbagai alasan yang Jungwon katakan tak akan pernah Ia percayai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Red Blood •[EN-]•
General Fiction"Tak apa jika para saudaraku membenciku. Harapanku hanya ingin melihat mereka selalu bersama dan bahagia. Meski bahagia mereka dengan ku terluka dan menderita." -"Jungwon"- ➢Akan lebih baik follow akun Author terlebih dahulu✓ ➢Meski cerita sudah le...