♥Happy Reading♥
°°°°°°°
Dengan lembut dan hati-hati, Dokter Kim menyuapkan sesendok air ke mulut Jungwon. Dengan kesadaran yang belum sempurna, mata sayu Anak itu hampir terpejam rapat.Berulang kali hal tersebut dilakukan, namun Jungwon terus memuntahkana kembali apapun yang masuk ke mulutnya.
Dokter Kim membuang nafasnya gusar. "Aku hawatir dengan kondisinya."
"Hyung Ku mohon lakukan sesuatu," pinta Jungkook gelisah.
"Kalian melihatnya sendiri, Jungwon terus menolak apapun yang dimakannya!"
Tanpa diduga, Heeseung mendekat dan bersimpuh dihadapan Dokter tampan tersebut. Tangannya mengepal, air mata turut dihadirkan. "Dokter, Ku mohon apapun itu. Selamatkan Adikku.." pinta Heeseung putus asa.
Tak mampu berbuat lebih, kini Dokter itu serahkan semuanya pada takdir keadaan. Menunduk dalam meratapi kenyataan. Ia bantu Heeseung untuk bangkit. Memeluknya sesaat seraya berkata, "jika Ia berkehendak secepatnya, apa daya Kita yang tak mampu merubah keputusan-nya."
Menatap dalam Pria berkaca mata di hadapannya, Heeseung kalut. "Apa Kau menyerah?" Heeseung menggenggam erat lengan Dokter Kim dan mengguncang tubuh itu kasar. "Kau seorang Dokter. Bagaimana bisa Kau melepas tanggung jawabmu semudah itu?!"
"Aku menganggap Jungwon adalah Adikku sendiri. Aku merasa tenang setiap ia mau memeriksakan keadaannya padaku dulu. Tapi sekarang, semua itu akan menjadi ingatan termanisku bersamanya. Hanya diwaktu itulah Kami memiliki waktu bersama-" ucapnya terjeda sesekali melirik tubuh lemah di sampingnya.
Tapi Kalian. Kalian memiliki waktu bersama setiap saat. Seharusnya Kalian memiliki banyak kesempatan bersama seperti apa yang Aku inginkan bersamanya. Tapi apa Kalian memanfaatkan kesempatan itu, Heeseung?" lanjutnya membuat Heeseung bungkam. Tubuh Pemuda itu menegang. Mundur perlahan dengan tatapan kosong kearah Dokter Kim.
Ia benci mengingatnya, tapi semua itu benar. Ia telah menyia-nyiakan waktu yang mustahil dapat kembali diulang.
"A-akuu.. Membuat J-jungwon menderita.." lirihnya, "Aku.. Telah jahat kepadanya. A-ku yang merenggut kebahagiannya."
"Heeseung.." Jungkook menenangkan.
"Semua berjalan berdasarkan takdir. Dan inilah takdir hidup Adikmu."
Dokter Kim mendekat. "Hee, tak ada lagi kesempatan. Lepas dan relakan Dia." final Dokter Kim berlalu dengan penyesalan begitu dalam dibatinnya. Disusul Jungkook mengejarnya keluar.
Dan Heeseung, pandangannya terpaku pada sosok yang begitu tenang di atas tempat tidurnya. Ia mendekat dan duduk di tepian. Mengelus lembut surai hitam sang Adik dengan isakan yang ditahan. Begitu menyakitkan.
"Aku tak bisa. Jangan hukum Aku seperti ini, kumohon.."
Tanpa diduga, darah segar mengalir deras dari hidung Jungwon. Heeseung sadar spontan mengelapnya hati-hati. "Kenapa Kau jadi sering mimisan. Kau sudah kehilangan banyak darah. Apa itu menyakitkan?"
"Hyung_" suara lemah itu dari bibir pucat Jungwon yang setengah sadar. Heeseung tersenyum getir. "Kau mendengarku?"
"Aku sangat.. Menyayangi Kalian_"
"Kami pun seperti itu."
"Kau berbohong." Heeseung diam.
"Kenapa dulu Kalian sering mengabaikanku? Apa Aku berbuat salah_"
Heeseung menghelai kasih surai sang Adik. "Jungwon. Adakah hukuman yang pantas untukku selain ini?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Red Blood •[EN-]•
General Fiction"Tak apa jika para saudaraku membenciku. Harapanku hanya ingin melihat mereka selalu bersama dan bahagia. Meski bahagia mereka dengan ku terluka dan menderita." -"Jungwon"- ➢Akan lebih baik follow akun Author terlebih dahulu✓ ➢Meski cerita sudah le...