51. Diary [end]✓

5.3K 390 121
                                    

♥Happy Reading♥
°°°°°°°

Warn! 2700++ kata lebih. Mohon bersabar dan maaf klo kebanyakan:)
°•°•°•°•°•°•°


Setelan hitam mendominasi pakaian semua orang yang berada di ruangan tersebut. Karangan bunga berjajar di depan rungan yang dikuasai aura duka.

Isak tangis tak luput dari Mereka yang tak menyangka akan kehilangan sosok yang disayangi. Hampir tak percayai jika hari ini adalah kenyataan pahit kehilangan keluarga maupun sosok teman.

Foto remaja tujuh belas tahun yang tersenyum teduh terpajang diatas meja dengan karangan bunga menghiasinya. Foto itu menjadi pusat perhatian Mereka sampai membuat beberapa orang tak kuasa menahan isak pilunya.

Seperti Jinna yang larut dalam tangisnya pada pelukan sang Kakak. Heeseung yang bersimpuh tak berdaya tertunduk dengan Jay di sampingnya menguatkan. Sunoo dan Ni-ki pun berupaya menahan tangis merasakan kehilangan. Dan Sunghoon, anak itu terduduk dengan tatapan kosong di depan figura sang adik di hadapan. Ia menangis, hanya saja dipendam dalam-dalam dan amat menyakitkan.

Tak lupa teman dekat Anak yang kini telah beristirahat dengan damai pun hadir. Seorang Dokter yang dulu perhatikan kesehatannya pun merasa amat terpukul. Ia menghampiri Heeseung yang tak sanggup menahan dirinya. "Hee, tenangkan dirimu. Relakan Adikmu pergi.." pintanya.

"Aku tak sanggup_" lirih Heeseung teramat pedih.

"Dia sudah tenang sekarang. Dia tak akan merasa sakit lagi," bujuk Jay.

Tak menjawab, Heeseung semakin dikuasai kesedihannya.

Dokter Kim beralih menatap Sunghoon di depan pintu. Anak itu yang paling merasa kehilanagan karena Dia yang paling dekat dengan sang adik.

Dokter Kim menghampiri memeluk tubuh lemah itu. "Tenangkan dirimu. Dia sudah bahagian sekarang," ucapnya menepuk pelan punggung Sunghoon.

Diam tak berkutip sedikitpun, Air mata semakin membanjiri pipi mulusnya. "Menangislah agar hatimu sedikit lega," seketika isakan terdengar. Sunghoon menangis. Merasa kehilangan dan penyesalan semakin dirasa. Ia tak mampu lagi mendengar suara atau bahkan melihat sang adik yang kini pergi jauh meninggalkannya.

Sedari tadi tak melihat salah satu anggota keluarga, Jungkook mencari-cari di mana Jake saat ini. Sejak mereka datang Mereka masih bersama, namun sekarang tak terlihat di sana.

"Jay," panggil Jungkook.

"Ada apa, Hyung?"

"Aku tak melihat Jake. Ada di mana Dia?"

.
.

Sementara di lain tempat. Disalah satu sudut ruangan yang sepi dan gelap. Jake duduk bersandar pada dinding seorang diri. Ia menatap langit-lamgit ruangan dengan mata tertutup namun air mata keluar deras tak ingin berhenti.

Susah payah Ia tahan suara lirihnya yang timbulkan perih dihati. Jake belum siap menghadapi hari ini. Ia bahkan tak menyangka ternyata perkataan, suara, dan interaksi semalam adalah yang terakhir kalinya.

Ingatan semalam terus terlintas diangannya. Ingatan dimana ketika Heeseung membangunkannya dengan gelisah dipagi hari. Pemandangan pertama yang dilihat adalah wajah lesu semua saudaranya. Dan juga wajah Heeseung dengan noda merah yang sudah mengering.

Red Blood •[EN-]•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang