Bab 3 Hal Tak Terduga

238 22 0
                                    

Sekar langsung pergi menemui ayahnya yang sudah menunggunya di depan air mancur itu. Dia bingung, karena ayahnya mengajaknya bertemu di tempat terbuka seperti ini beda dari biasanya yang sering membicarakan beberapa hal didalam istana.

"Salam sembah hormatku romo, ada apa romo memanggilku datang kemari?" ucap Sekar sambil memberi hormat.
"Apakau ingat dengan tempat ini putriku?" Tanya ayahnya yang menghadap ke arah air mancur berpatungkan naga putih itu sembari melipat kedua tangannya ke belakang.
"Tentu saja romo, tempat ini adalah tempat dimana aku pertama kali mendapatkan kekuatanku" jawab Sekar tersenyum mengingat masa lalunya.
"Baguslah kalau begitu" bibir raja membentuk serigai kejam dan tiba-tiba berbalik menyerang Sekar.
"Romo, kenapa romo menyerangku?" Tanya Sekar sembari menghindari serangan dari ayahnya, ayahnya hanya berdiri diam ditempatnya terus menyerang Sekar dengan kekuatannya.

"Ada apa dengan romo, apakah romo sedang mengujiku" pikir Sekar heran, kemudian dengan cepat terbang menghindar dari tendangan menyapu ayahnya.
"Baiklah kalau begitu, hyaaa"

Sekar melancarkan pukulannya ke arah sang raja, namun ditangkis mudah oleh ayahnya. Sekar yang tahu niat ayahnya tidak mau kalah dan terus melakukan perlawanan.

Ayahnya kemudian mengeluarkan kekuatan Sapu angin yang hampir mengenai Sekar. Kekuatan sapu angin yang lepas itu membuat kelopak bunga tercabut dari tangkainya dan beterbangan ke atas menghiasi langit seperti hujan bunga. Pertarungan mereka berdua membuat taman disana sebagian menjadi hancur.

"Ini tidak bisa dibiarkan, kalau terus begini aku akan kalah" pikir Sekar menatap ayahnya tajam, membuat Sekar tidak punya pilihan lain selain mengeluarkan ajiannya.

Tanpa ayahnya sadari dia mencoba membawa ayahnya semakin dekat dengan air mancur agar mudah menjalankan rencananya. Setelah itu Sekar mengayunkan tangan kanannya membuat air terbang membentuk bola dan pecah seakan sedang menari didepannya. Diwaktu yang sama dibelakang punggungnya, Sekar juga mengayunkan tangan kirinya untuk membentuk air menjadi kristal-kristal runcing. Sekar kemudian meluncurkan serangannya menggunakan tangan kanannya terlebih dahulu, dengan cepat ayahnya mengeluarkan kekuatan perisai angin sehingga mengakibatkan kristal air ciptaan Sekar satupun tidak ada yang berhasil menembusnya. Dilihat memang tidaklah berhasil tapi itu adalah awal permainan untuk mengalahkan ayahnya. Saat ayahnya dalam pertahanan diri, tangan kiri Sekar mulai memainkan aksinya dengan sekali jentikan jari saja bongkahan kristal runcing itu langsung melaju cepat kearah punggung raja. Ajian ini bisa disebut dengan ajian Banyu kiyuta atau air terbang yang bisa di bentuk apa saja oleh sipemilik kekuatan dengan air.

Prabu Blantara yang menyadari ada serangan dibelakangnya pun langsung berbalik dan langsung mengarahkan kekuatannya untuk menghancurkan ratusan kristal-kristal itu, namun anehnya senjata krital itu tidak dapat dimusnahkan, bila dimusnahkan senjata itu akan berubah kembali menjadi seperti semula. Saat raja langit sibuk dengan kristal-kristal air milik putrinya, sekejab Sekar sudah berada dibelakang dan menempelkan tusuk gelungnya ke leher sang raja, sehingga membuat rambut panjang Sekar terurai diterpa oleh hembusan angin.

"Kau mengalahkan gurumu Sekar" ucap raja sambil tersenyum bangga.

Sekar menjatuhkan tusuk gelungnya lalu memeluk ayahnya dengan erat dari belakang, kemudian dia menjentikkan jarinya sekali seketika kristal-kristal runcing itu berjatuhan ke bawah dan berubah menjadi air semula.

"Tidaklah mungkin putrimu ini akan membunuhmu romo" ujarnya, ayahnya tidak menyangka melihat perubahan Sekar karena bertambahnya usia.
"Kau bertambah cantik dan mirip seperti ibundamu" ucap Raja
"Benarkah romo, setahuku tidak" senyum Sekar kemudian melepaskan pelukannya, ayahnya langsung berbalik dan menatapnya kagum.

"Jadilah seperti angin, jangan seperti hujan serta pagi ataupun malam yang mana semua orang sudah tahu akan kedatangannya, maka dari itu kau harus waspada dan persiapkan dirimu sebelum ada orang lain yang menenggelamkan dan membunuhmu, kau mengerti itu?" Menatap Sekar dengan wajah serius.
"Aku mengerti romo"
"Sudah saatnya romo memberikan sesuatu kepadamu, berikan selendangmu!" pinta ayahnya menyuruh Sekar untuk memberikan selendang putih pemberiannya itu kepadanya.
"Apa yang romo lakukan dengan selendang itu?" Tanya Sekar penasaran, namun malah tidak dijawab oleh ayahnya.

Takdir Dewi SekarwangiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang