Bulan yang cerah mulai tertutupi oleh awan, angin dari selatan bertiup kencang hingga membuat ombak semakin tinggi di Danau Ranau. Dipesisir danau para laki-laki mulai merasa ketakutan ketika melihat Kepala desa, Aria separ dan lainnya bertarung menghadapi pasukan tak kasat mata yang tidak bisa mereka lihat dengan kedua mata mereka sendiri.
"Aaaaa aaa sakit sakit" teriak salah satu warga yang mengerang kesakitan dan terjatuh sambil mengguling-gulingkan dirinya ke tanah.
"Sakiiit aaaa sakit" teriak warga lain yang merasa dadanya terasa sakit dan panas, Aria separ pun dengan cepat membacakan doa dan memusutkannya ke badan kedua laki-laki itu sehingga rasa sakitnya perlahan menghilang.
"Terimakasih tuan"
Tiba-tiba dua orang lain menjadi kerasukan dan menyerang Kepala desa dengan ilmu bela diri dan kanuragan."Separ suruh mereka pergi!" Suruh Kepala desa sembari menahan serangan mereka.
"Kalian berdoa dan cepat pulanglah lindungi anak serta istri kalian dirumah" suruh Aria separ pada mereka yang tidak memiliki ilmu kanuragan untuk segera pulang.
"Inggih tu tuan"Beberapa laki-laki itupun langsung pergi dengan lari terbirit-birit pulang ke rumah tanpa membawa obor sebagai penerang jalan mereka.
Kepala desa dan Aria Separ serta lainnya merasa kewalahan dengan banyaknya jumlah Siluman Buha handak yang menyerang mereka, sedangkan Raja Ulay dalam ujud manusia terus bertarung dibawah danau yang mana disana terdapat Kerajaan megah Buha handak berada.
Dengan keadaan terluka parah Raja Ulay terus memaksakan dirinya untuk bertarung dengan menggunakan pusaka sakti miliknya namun semua itu tetap saja tidak bisa membunuh salah satu dari mereka bertiga, terpaksa Raja Ulay mengeluarkan ajian Sejuranya pada ketiga Raja buaya itu namun karena bersatu dan bertambahnya kekuatan mereka membuat Raja Ulay tidak kuat menahannya hingga ia terlempar dan muntah darah banyak pada mulutnya. Salah satu buaya itu mendekati Raja Ulay yang masih terbaring kesakitan lalu menusuk dada kirinya dengan pusakanya.
"Tampaknya dia sudah mati" ujar Raja Iwa indak.
"Akhirnya, kitalah yang menguasai Danau Ranau sekarang hahahahaha" tawa mereka bersama-sama.Tiba-tiba dari atas muncul sebuah kekuatan besar yang membuat raja-raja buaya itu terpental jauh.
"Aku tidak suka dengan orang yang menghalangi jalan kemenanganku" ucap marah salah satu Raja buaya itu sambil berdiri.
"Tampaknya kita sudah terlambat" ucap Adikarya sambil memegang tubuh Raja Ulay yang sudah tak beryawa dan bersimpah darah."Kau benar Adikarya tapi bagaimanapun kita tidak boleh membiarkan mereka menang" tekad Sigarawongso menatap buaya-buaya itu geram
"Serang merekaaa" perintah Iwa indak yang merupakan Raja Buha handak di ulu Danau Ranau itu.Buaya-buaya itu pun menyerang mereka berdua dengan kekuatan mereka masing-masing. Mereka bertempur dengan hebatnya, karena jumlah mereka terus bertambah Adikarya pun jadi terluka. Melihat mereka masih bisa bertahan, Raja Bulotong lalu memanggil panglimanya untuk menyerang mereka berdua.
Adikarya dan Sigarawongso yang merasa kesulitan pun memancing mereka untuk naik ke daratan dan disanalah mereka bertarung dan mengeluarkan kekuatan besar mereka masing-masing. Saat mereka hendak menyerang, tiba-tiba dari arah gunung muncul seekor ular naga besar menyapu pasukan buaya dengan mudahnya."Arrrrgh, arrrrgh" Raung naga itu sambil mengalahkan Siluman buaya-buaya itu.
"Lihat tuan!" tunjuk salah satu manusia itu sehingga membuat Kepala desa dan Aria Separ tercengang.
"Dari mana datangnya naga itu?" Tanya Aria separ.
"Dari balik gunung tuan" jawabnya
"Sepertinya dia memihak kita" gumam Kepala desa sambil menatap Aria separ.Sigarawongso dan Adikarya pun merasa kebingungan siapa orang yang telah membantu mereka, naga itu kemudian terbang mendekati mereka berdua dan berkata
"Bantulah aku membalas kematian adhikku aaarrrgh" ucapnya membuat penasaran Adikarya dan Sigarawongso jadi terjawab.
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir Dewi Sekarwangi
Historical FictionMenceritakan tentang takdir kehidupan dan cinta seorang wanita dari bangsa lelembut tanah Jawa yang hidup selama ribuan tahun yang lalu pada masa Kerajaan tertua di Jawa hingga pada masa Kerajaan Medang Mataram, ia lah saksi dari peradapan nusantara...