Bab 7 Perang Paten

130 19 1
                                    

Bab 7 Perang Paten

Sekar mengikuti laki-laki misterius itu diam-diam dari belakang.

"Kenapa dia pergi ke hutan terlarang?" heran Sekar melihat laki-laki misterius itu berhenti di perbatasan hutan terlarang sambil melirik memastikan tidak satupun orang yang mengikutinya, setelah merasa aman diapun masuk ke dalam hutan tanpa menyadari kalau Sekar sedang mengawasinya dari kejauhan.

"Romo telah membuat larangan untuk tidak boleh memasuki hutan itu, siapapun juga. Tapi, kenapa dia masuk ke hutan itu, pasti ada sesuatu yang disembunyikan romo disana. Bagaimanapun aku sudah menginjakkan kakiku disini, sia-sia kalau aku kembali" ucapnya pada dirinya sendiri kemudian masuk ke dalam hutan mengikuti laki-laki misterius itu.
"Apa yang dia lakukan di hutan ini?" batinnya.

Seketika terlintas dibenak Sekar tentang mitos-mitos tentang Hutan larangan dan hukuman berat bagi siapa saja yang memasukinya membuat Sekar malah semakin penasaran dan tertantang. Namun suasana hutan yang angker dan wingit ditengah malam ini berhasil membuat Sekar merasa takut.
"Aku tidak boleh pulang sebelum aku tahu apa yang direncanakan Romo di hutan ini" tekad Sekar bulat.

Sedangkan di kerajaan, raja ingin pergi ke kamarnya untuk beristirahat lebih awal namun tiba-tiba salah satu prajurit berlari terengah-engah dengan luka disekujur lengan dan kakinya.
"Ada apa prajurit, apa yang membuatmu tergopoh-gopoh seperti itu?"
"A ampun gusti prabu, perbatasan di Malabar telah diserang, jumlah ka...kami kalah banyak dengan mereka gusti" ucapnya terbata-bata sambil menahan sakit.
"Katakan padaku siapa raja mereka?"
"Raja, raja teng ah dan...." ucapnya kemudian mati didekapan raja. Sontak Prabu Blantara langsung memerintahkan semua Grawira (Panglima perang) di istananya menyiapkan prajurit untuk berperang ke daerah Malabar, raja kemudian bergegas pergi mengenakan baju kulit dan mengambil senjatanya lalu berpamitan kepada istrinya.

"Jangan sampai terbunuh kanda" pesan permaisurinya.
"Jangan terlalu mengkhawatirkanku dinda, bukankah aku selalu selamat disetiap peperangan" ucap Prabu Blantara kemudian mencium kening istrinya.
"Adikarya kau tetap disini melindungi Kerajaan Mandalawangi dari dalam serta istri dan anak-anakku!"
"Sendiko dawuh gusti"
Angguk raja kemudian pergi berperang tanpa menemui para selir dan putri-putrinya.

*******

"Kabut halimunnya semakin tebal, bila ku lengah sedikit saja aku bisa tersesat disini" pikir Sekar berusaha agar tidak ketinggalan jejak dari pria misterius itu. Tiba-tiba saja laki-laki misterius itu meloncat ke bawah sehingga membuat Sekar berlari mengejarnya. Betapa terkejutnya Sekar ketika ia melihat Patih Adhinata juga berada disana bersama prajurit-prajurit Kerajaan Mandalawangi lainnya.
"Apa yang mereka lakukan ditempat ini?" Ucapnya heran sambil bersembunyi dibalik batu besar melihat Patih Adhinata mengobrol dengan pria itu.

"Bagaimana Zerak, apa kata gusti prabu?" tanya Patih Adhinata pada pria misterius itu
"Teryata namanya Zerak" pikir Sekar sambil mengintip dibebatuan besar.
"Gusti prabu masih belum memberikan ijin untuk kita bergerak" jawab Zerak.
"Baiklah kalau begitu"

Setelah menyampaikan informasi pada Patih Adhinata bukannya beristirahat Zerak malah pergi lagi ke dalam hutan, sontak Adhinata yang penasaran pun bertanya
"Kau mau kemana Zerak?" Tanya Adhinata
"Aku ada keperluan sebentar" jawabnya kemudian pergi meninggalkan tempat itu.

Sekar kemudian memperhatikan prajurit-prajurit yang sedang bersantai di dekat api unggun dan dia juga melihat ada beberapa prajurit yang sudah tertidur lelab.
"Oh, teryata romo menyembunyikan prajurit rahasianya dihutan ini, baiklah kalau begitu karena rasa penasaranku terjawab aku akan pergi dari sini"

Takdir Dewi SekarwangiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang