Bab 13 Siluman Buha Handak
Sekar pergi ke Lapangan Jagasura dan mengikat selendang putih di pinggangnya kemudian mengambil sebuah senjata dan menggunakannya dengan sangat lihai, gerakkan itu bagaikan tarian pedang yang begitu indah dan terlihat luar biasa bagi seorang perempuan seperti Sekar dimata siapa pun. Para prajurit yang melalui lapangan itu seketika menjadi takjub akan kehebatan sekar dalam menggunakan senjata sepanjang lengan itu tanpa melukai atau bahkan merobek pakaiannya.
"Gusti putri memang sangat hebat" kagumnya sambil melihat Sekar berlatih di Lapangan Jagasura seorang diri.
"Menurutku dari semua putri di Nuswapada ini, hanya gusti putrilah yang sangat hebat"
"Kau benar, aku sangat setuju apabila Gusti putri yang menjadi ratu di Kerajaan Mandalawangi meneruskan gusti prabu" ujar prajurit itu."Apa yang kalian lakukan!" tegur seseorang dari belakang mereka, sehingga membuat mereka terkejut dan berbalik mendapati Senopati Adikarya dan Patih Adhinata sedang berdiri dibelakang menatapi mereka dengan sinis.
"Nuwun sewu kanjeng kami tidak bermaksud...."
"Pergi!" usir Adikarya.
"Sendiko gusti kanjeng senopati" ucap mereka serentak kemudian pergi dari sana secepatnyaSetelah melihat kepergian kedua prajurit itu semakin jauh, Senopati Adikarya pun melihat Sekar berlatih dengan serius dan entah kenapa dia jadi tersenyum.
"Apa yang dikatakan kedua prajurit itu memang benar, gusti putri memang layak menggantikan gusti prabu" ujar Adikarya."Gusti putri memang berbeda jauh dengan adik-adiknya yang suka bermain, pantas saja gusti prabu lebih menyayanginya dari pada putrinya yang lain" ucapan dari Patih Adhinata membuat Senopati Adikarya mengangguk setuju.
"Mari patih!" ucap Adikarya mempersilahkan Patih Adhinata berjalan lebih dulu
"Hhm"
Mereka berdua pun pergi meninggalkan tempat itu dan berjalan menuju pendopo bersama-sama.Sekar memutar-mutar senjatanya dengan cepat sambil melamun memikirkan sesuatu dikepalanya.
"Kenapa romo membeda-bedakan aku dengan adikku, bukankah kami semua sama?" pikirnya mengingat akan perkataan romonya kemaren, karena takut akan melukai dirinya sendiri Sekar pun melambat laju gerakan senjatanya dan berhenti, lalu ia menancapkanya ke tanah dan beristirahat."Aku tidak boleh berpikiran seperti itu, mungkin saja karena aku adalah anak sulung dan yang paling tua di antara mereka" ucapnya sambil melihat ke langit yang berwarna biru kekuningan lalu tanpa sengaja dia melihat dari kejauhan ada seorang laki-laki yang baru saja melintas bersama beberapa prajurit disampingnya. Namun postur tubuh dan cara berjalannya membuat Sekar tidak asing melihatnya, dia terus memperhatikan pria itu berjalan hingga dinding menghalangi pandangannya
"Bukankah itu laki-laki yang membantuku di Danar?"*******
Selir Sena berjalan menuju kamar sang ratu dengan membawa sekeranjang buah-buahan segar yang dibawakan oleh dayangnya untuk sang ratu dan putrinya yang baru lahir.
"Salam Rahayu yunda ratu, semoga Dewata agung selalu memberikan keselamatan pada dirimu dan putrimu"
"Andun slamet. Matur nuwun atas perhatianmu dinda"
"Tidak apa-apa yunda ratu"Selir Sena pun menyuruh dayangnya untuk menaruh keranjang penuh buah-buahan itu dimeja dan kemudian menyuruhnya pergi. Setelah menutup pintu, Selir Sena mendekati sang ratu yang tengah duduk beristirahat di ranjang sembari menggendong bayinya yang tertidur lelap.
"Ya ampun dia terlihat sangat manis sekali, bolehkah aku menggendongnya?" pintanya.
"Tentu saja" ucap ratu kemudian memberikan bayinya pada Selir Sena yang terlihat tidak sabar ingin menggendongnya.
"
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir Dewi Sekarwangi
Ficción históricaMenceritakan tentang takdir kehidupan dan cinta seorang wanita dari bangsa lelembut tanah Jawa yang hidup selama ribuan tahun yang lalu pada masa Kerajaan tertua di Jawa hingga pada masa Kerajaan Medang Mataram, ia lah saksi dari peradapan nusantara...