Bab 17 Pasukan Raksasa

71 11 0
                                    

Bab 17 Pasukan Raksasa

Dengan pakaian dan kain jarik yang sempit membuat Sekar kesusahan untuk berlari cepat, kemudian dia merobek sedikit kain jariknya dan pergi menuju kamarnya dengan tergesa-gesa.

Sesampainya disana dia langsung mendobrak pintu dan melepas mahkota serta selendang kuningnya lalu melemparnya ke dhipan dengan napas yang masih terengah-engah.

"Dimana selendangku?" herannya melihat selendang putihnya tidak ada di meja.

Sekar kemudian mencari di seluruh kamarnya, baik didalam lemari, dibawah dhipan dan dimana-mana, namun tetap saja ia tidak menemukan selendang putihnya berada.

"Dimana Selendangku, rasanya aku manaruhnya disini. Tidak mungkin hilang begitu saja" gelisah Sekar ketika mengetahui selendangnya hilang secara aneh, diwaktu-waktu yang sangat mendesak dan sangat diperlukan ini.
"Gusti pasukannya sudah siap" ujar Adikarya memberitahu kalau semua prajurit telah siap dilapangan, namun Adikarya malah melihat Sekar belum berganti pakaian dan masih menggunakan pakaian tari dengan rambut dan melati dikepalanya yang masih melekat
"Ada apa gusti?" Tanya Adikarya melihat Sekar seperti mencari-cari sesuatu.
"Tidak ada, ayo kita pergi"
"Tapi gusti, pakaian gusti putri belum..."
"Kita harus bergegas" ujarnya.

Sekar tidak mempedulikan pakaian dan selendangnya yang hilang, dia langsung saja berlari sekencang-kencangnya ke arah pasukan yang telah siap untuk berperang lalu berkata
"Dengarkan aku, kita akan berperang, angkat senjata kalian dan jadilah seperti api yang membara, taklukkan musuh dengan senjata kalian" ucap Sekar memberi semangat kepada mereka semua, sehingga membuat para prajurit berteriak semangat. Akhirnya merekapun pergi ke Wukir Susundara untuk merebut kembali wilayah kekuasaan Mandalawangi dari tangan para raksasa itu.

Saat mereka di daerah Serayu pasukan Mandalawangi teryata sudah dihadang oleh ratusan Pasukan Bajo barat dibalik gunung hingga terjadilah pertempuran disana, Sekar yang tidak menyadari hal inipun tidak ingin membagi pasukannya menjadi dua dan lebih memilih fokus pada serangan di gunung daerah Serayu.

Tanpa menggunakan selendang putihnya, Sekar menunjukkan kelihaiannya berperang dengan menggunakan senjata dan kekuatannya.

Dhum dhum dhum dhum

Langkah kaki raksasa itu membuat tanah bergetar, sekar tidak tinggal diam ketika melihat panglima raksasa itu melempar prajurit Mandalawangi dengan sekali pukulannya, dia terbang dan menyerangnya dengan ajian Banyu kiyuta miliknya.

"Ha ha ha ha ha" tawanya karena senjatanya air milik Sekar tidak mempan melukai tubuhnya yang besar.

Sekar pun memperbesar kekuatannya dan brakk, dia langsung terduduk ke tanah.
"Bbbeerrr" raksasanya itu sambil menggelengkan kepalanya kemudian berdiri dengan cepat, melayangkan tangannya mencoba menangkap sekar beberapa kali namun slalu tidak berhasil.

Pakk

Entah dari mana muncul raksasa lain dan menyerang Sekar dari samping hingga membuatnya terlempar mengenai batu besar.

"Aaaaa" rintih Sekar.
"Aku tidak akan membiarkan kau dan ayahmu itu mengambil pusaka leluhur kami" tegas Raja Raksasa itu sembari menepuk dada dan menatap sinis kearah Sekar yang masih kesakitan.
"Apa yang kalian maksud, kami tidak pernah meminta pusaka leluhur kalian"
"Hah bohong" serangnya membuat Sekar langsung terbang menghindar ke arah lain namun saat menapakkan kakinya ke tanah Sekar kembali terjatuh.
"Ini adalah kesalahpahaman, romoku tidak pernah melakukan hal seperti itu" ucap Sekar sambil menahan sakit tubuhnya.
"Lalu bagaimana cara kau akan membuktikannya kalau apa yang kau katakan itu memang benar?" Balasnya membuat Sekar berpikir.
"Tidak ada cara lain, aku harus membuatnya percaya kepadaku" pikir Sekar menghela napas pasrah.

Takdir Dewi SekarwangiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang