Di suatu tempat yang lumayan jauh dari keramaian, terdapat sebuah pondok sederhana dikelilingi oleh pepohonan dan bukit, berlatihlah seorang pemuda mendalami ilmu bela diri dan ilmu Kanuragan. Badannya yang kekar dan keringatnya yang bercucuran dibadan serta dahinya jelas terlihat karena teriknya matahari yang hampir berada diatas kepalanya
Prak prak prak
Satu persatu kayu yang besar itu terbelah menjadi dua dengan mudahnya oleh kepalan tangan Sanjaya. Tidak jauh dari Sanjaya terdapat seorang kakek berumur hampir seabad, berjenggot putih panjang sedang mengawasinya berlatih dari samping sembari duduk santai melipat kedua tangannya. Melihat perkembangan Sanjaya membuat gurunya tersenyum senang lalu beranjak dari tempat duduknya dan melempar batu besar yang berada disampingnya ke arah Sanjaya dengan kekuatannya. Sontak Sanjaya langsung berbalik dan memukul batu itu dengan sekali kepalan tangannya hingga hancur berkeping-keping.
Gurunya kemudian mengambil sebuah tongkat lalu terbang menyerang Sanjaya. Dengan mudahnya Sanjaya menangkis, memukul dan menendang, tidak lama ia bertarung akhirnya dia berhasil mematahkan tongkat sang guru lalu membuangnya. Gurunya yang masih belum puas kemudian bertarung dengan Sanjaya dengan menggunakan ilmu bela dirinya namun tetap saja pukulan dan tendangan dari beliau satupun tidak ada yang berhasil mengenai bahkan melukai tubuh Sanjaya. Gurunya kemudian mengeluarkan ajian dan menyerang Sanjaya, dengan cepat Sanjaya terbang berguling diudara menghindar, sebelum kakinya mendarat di tanah ia lalu mengayunkan kedua tangannya.
Duar duar duar
Dengan gesit sang guru lari mundur ke belakang menghindari serangan kekuatan dari Sanjaya lalu kemudian mengeluarkan mantra perisainya. Sang guru yang melihat kekuatan Sanjaya bertambah besar menyerigai lalu berlari kearahnya dan bertarung kembali. Sanjaya menangkis dan melakukan tendangan menyapu, dengan cepat sang guru menghindar dan mengeluarkan ajinya kearah Sanjaya.
Sang guru terus dan terus menyerang Sanjaya berkali-kali namun sayang Sanjaya selalu berhasil mengelak dari serangannya itu. Gurunya kemudian mengelabui Sanjaya dengan Ilmu Ngahyangnya. Sanjaya semakin waspada, indra penglihatan serta pendengarannya semakin tajam. Matanya menelisik berputar mengamati sekitar, telinganya semakin peka bahkan terhadap daun yang baru gugur dari dahannya sekalipun. Seketika, Sanjaya merasakan aura gurunya hadir di atas kepalanya sontak Sanjaya menapak kaki sang guru yang kemudian terbang menghilang lagi. Sanjaya berputar pelan dan tersenyum, tiba-tiba gurunya sudah berada dibelakang mencoba menapak punggung Sanjaya namun Sanjaya yang sudah mengetahui keberadaan gurunya itu kalah cepat dan Sanjaya berhasil memukul balik gurunya. Gurunya kemudian menjauh dari Sanjaya dan mengujinya lagi dengan keris sakti miliknya yang bernama Keris Jarung Nagalaya.
Melihat gurunya mengeluarkan keris andalannya membuat Sanjaya juga tidak mau kalah, dia kemudian mengeluarkan keris saktinya dan merekapun saling beradu dengan sengit satu sama lain.
Benturan dari kekuatan kedua pusaka itu menimbulkan sebuah percikan api kecil. Sanjaya yang melihat gurunya mencoba menyerangnya, merunduk rendah dan menangkisnya dengan pusakanya. Gurunya lalu tersenyum dan
Pakk
Sekali pukulan didada Sanjaya, sang guru berhasil melempar keris itu dari tangannya. Sanjaya yang sedikit lengah membuat gurunya mempunyai kesempatan untuk menyerang dengan melakukan tebasan berkali-kali kearah Sanjaya namun Sanjaya cepat sadar dan selalu berhasil menghindar dan menyerang balik gurunya dengan kekuatannya. Sanjaya dengan akalnya kemudian mengeluarkan Aji Arayewuh, sang guru lantas terkejut ketika Sanjaya mengeluarkan kekuatan itu. Ia tidak mengira Sanjaya sudah menguasai ajian sulit itu, dengan cepat sang guru menghilangkan pusakanya dan mengeluarkan Aji Rikah Gatra atau kekuatan pelindung sama halnya seperti perisai atau tameng untuk melindungi diri dari serangan musuh dari kekuatan yang sakti bahkan dari serangan ratusan senjata tajam sekalipun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir Dewi Sekarwangi
Historical FictionMenceritakan tentang takdir kehidupan dan cinta seorang wanita dari bangsa lelembut tanah Jawa yang hidup selama ribuan tahun yang lalu pada masa Kerajaan tertua di Jawa hingga pada masa Kerajaan Medang Mataram, ia lah saksi dari peradapan nusantara...