Sunda wiwitan adalah kepercayaan yang dianut oleh leluhur asli masyarakat sunda secara turun-temurun. Yang memiliki konsep kepercayaan tertinggi terhadap Sang Pencipta Yang Maha Kuasa yang tak berwujud dan disebut "Sang Hyang Kersa" yang setara dengan "Tuhan Yang Maha Esa".
Wiwitan mempunyai tradisi yaitu ritual yang dilakukan masyarakat sunda sebelum masa panen padi dilakukan. Tradisi wiwitan ini merupakan ungkapan rasa syukur atas hasil panen yang melimpah, penyampaian doa yang dilakukan melalui nyanyian pantun dan kidung serta gerak tarian.
Sekarang, tradisi ini dapat kalian lihat di upacara syukuran panen padi dan perayaan pergantian tahun berdasarkan pada penanggalan sunda yang dikenal dengan perayaan Seren taun, diberbagai tempat di Jawa barat sekarang. Seren taun selalu berlangsung dengan meriah yang mana selalu dihadiri oleh ribuan orang dari berbagai daerah. Perayaan seren taun dapat ditemukan diberbagai desa seperti di Kennekes, Lebak, Banten; Ciptagelar kasepuhan banten kidul, Cisolok, Sukabumi; Kampung naga; dan Cigugur, Kuningan. Di Cigugur kuningan sendiri, satu daerah yang sekarang masih memegang teguh budaya sunda sampai saat ini. Mereka yang ikut merayakan Seren taun ini biasanya datang dari berbagai penjuru negeri.
*******
"Lihatlah paman Gunung Mandalawangi?" Lihat Maharaja Nagayawarman ke arah gunung itu sambil menunggangi kuda.
"Benar baginda sebentar lagi kita akan sampai ke tujuan kita" ucap Linggawarman.Masyarakat Tanjung kidul keluar dari rumah dan menghentikan aktivitasnya, bersujud menyambut kedatangan Sri Maharaja Nagayawarman Raja Tarumanegara beserta rombongan melewati perkampungan mereka
untuk menghadiri Upacara Wiwitan saben taun yang diselenggarakan oleh masyarakat Tanjung Kidul. Setelah sampai, rombongan dari Kerajaan Tarumanegara disambut hangat oleh Raja Gunung Manik dan Temenggung Swietarendra dari Kidul yang juga turut ikut memeriahkan acara tersebut.Dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung, orang pada jaman dahulu menganggap kalau menatap wajah seorang raja ataupun seorang pemimpin itu dianggap sangatlah tidak sopan, oleh karena itulah mereka bersujud sebagai tanda hormat dan terimakasih mereka atas jasa-jasa dan kepedulian yang dilakukan raja dan petinggi terhadap mereka.
Para pekebun dan petani Tanjung kidul berkumpul di bukit di tempat Kabuyutan (puja kecil) untuk melakukan seserahan. Sebagai acara penyerahan hasil bumi berupa padi yang dihasilkan dalam kurun waktu satu tahun, untuk diberikan kepada Puun (ketua adat) dan kemudian disimpan ke dalam lumbung atau leuit baik leuit utama dan pedamping.
Diawali dengan menawarkan air suci dari beberapa sumber air dikeramatkan yaitu air yang diambil berasal dari tujuh mata air yang kemudian disatukan dalam satu wadah dan didoakan Hahapandila dan dianggap bertuah dan membawa berkah. Pemimpin adat kemudian memberikan radha rengis (induk padi/bibit padi) yang sudah diberkati di Tampung tawarkan kepada raja yang mana tampung tawar artinya untuk menghapuskan atau membuang segala penyakit, dan kemudian dilanjutkan kepada adipati dan petinggi-petinggi lainnya untuk membawa berkat.Terlihat dari bawah bukit, warga-warga mulai berdatangan dengan membawa berbagai hasil alam yaitu berupa buah-buahan, sayur dan ubi serta singkong kukus dan bakar untuk melakukan ritual sedekah hasil panen, yang diletakkan di dogdang atau tampah yang kemudian dibagi-bagikan kepada warga.
Selanjutnya adalah ritual penyembelihan kerbau yang diserahkan oleh Raja Nagayawarman, yang kemudian dagingnya nanti akan dibagikan kepada warga. Setelah itu malamnya diisi dengan sebuah tarian yang dibawakan oleh warga setempat sebagai hiburan.
Suara gamelannya yang indah dan merdu dimalam hari membuat para makhluk gaib jadi penasaran dan berkumpul ikut menonton diantara kumpulan masyarakat disana.
Kedatangan Raja Nagayawarman membuat Prabu Blantara wangi juga turut datang ke tempat itu. Kehadirannya membuat bangsa Dhemit menjadi tunduk hormat, bahkan makhluk-makhluk halus yang asik menontonpun juga menjadi takut dan segera menjauh dari sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir Dewi Sekarwangi
Historical FictionMenceritakan tentang takdir kehidupan dan cinta seorang wanita dari bangsa lelembut tanah Jawa yang hidup selama ribuan tahun yang lalu pada masa Kerajaan tertua di Jawa hingga pada masa Kerajaan Medang Mataram, ia lah saksi dari peradapan nusantara...