Bab 11 Wulandari
Ketika Sekar mengetahui kabar tentang pertarungan ayahnya dengan iblis itu kemaren malam, membuat Sekar jadi penasaran dan pergi menemui ayahnya di Pendopo.
"Darmajeng romo" ucap Sekar sambil bertekuk lutut dihadapan ayahnya yang sedang duduk di singgasana.
"Berdirilah putriku. Bagaimana dengan ibundamu?" Tanya raja.
"Ibunda baik-baik saja romo"
"Baguslah kalau begitu"
"Romo, apakah romo berhasil menangkap Durbiksa itu?" Tanya Sekar penasaran.
"Tidak, dia berhasil kabur. Romo berusaha melacak keberadaannya dengan menyebarkan Talika (mata-mata) ke seluruh pelosok untuk mencarinya"
"Aku akan membantu romo..." ucap Sekar bersemangat.
"Tidak perlu, romo sudah menugaskanmu ditempat lain bersama Sigarawongso"
"Tugas lain, dimana romo?" Tanya Sekar ingin tahu.
"Di Wukir Susundara, di Kerajaan Rawangsa"Tanpa pikir panjang Sekar pun menerimanya
"Baiklah romo, kalau begitu hamba ijin pamit, sampurasun"
"Rampes"Sekar akhirnya berangkat menuju Mamrati bersama dengan Adipati Sigarawongso dan puluhan prajurit lainnya.
Ketika sampai disana, Sekar merasa takjub dengan pesona keindahan alam yang dimiliki oleh Wukir Susundara bekas kerajaan pamannya itu, disana dia juga melihat hamparan bunga berwarna putih harum yang sama dimiliki Gunung di Mandalawangi. Namun baginya bunga putih di Wukir Susundara jauh lebih wangi dimendingkan ditempatnya.
"Bunga abadi" ujar Sekar sambil mencium aroma harum yang dikeluarkan oleh bunga itu. Saat Sekar terpaku dengan bunga ditangannya, tatapan Sekar teralihkan ketika dia melihat sesuatu yang besar di utara, pemandangan yang begitu menakjubkan yaitu gunung yang mirip dengan Wukir Susundara namun hanya saja sedikit lebih rendah.
"Begitu indahnya hyang atas menciptakan alam seindah ini dan benarkah apa yang ku saksikan dihadapanku, aku melihat ada dua gunung ditempat ini dan mereka hampir sama"
"Tampaknya gusti putri baru pertama kali ke tempat ini"
"Benar sekali paman ini baru pertama kalinya aku tempat ini, tempat ini sangat indah sama halnya seperti Mandalawangi" senyum Sekar.
"Hamba merasa senang mendengarnya gusti""Paman, gunung itu apa namanya?" Tanya Sekar penasaran.
"Manusia disini menyebutnya dengan Wukir Soda gusti" jawab Sigarawongso, Sekar lalu tersenyum sembari menikmati panorama itu.Tanpa membawa sebuah senjata, Sekar memasuki gapura Kerajaan Rawangsa yang terbuat dari emas. Semua orang yang tersisa di Kerajaan Rawangsa bersimpuh memberi hormat atas kedatangan Sekar dan rombongannya ke istana itu, berjalan dengan santainya tanpa adanya perlawanan baik itu dari prajurit maupun abdi dalem yang tersisa. Dikarenakan raja mereka sudah dikalahkan oleh Kerajaan Mandalawangi yang merupakan kakak tiri dari Rajendra sendiri yaitu Raja langit atau Prabu Blantara wangi.
Setelah memasuki ruangan itu, Adipati Sigarawongso dan beberapa prajurit berpencar terbagi menjadi beberapa kelompok menelusuri Kerajaan Rawangsa, sedangkan Sekar melihat Pendopo agung Kerajaan Rawangsa yang terlihat indah terbuat dari batu merah dan kayu jati yang berukiran sulur-sulur bunga dan kepala naga. Jejeran kursi para petinggi tersusun rapi saling berhadap-hadapan dan singgasananya yang terbuat dari emas dan permata membuat Sekar membanding-bandingkan kerajaan ayahnya dengan kerajaan pamannya itu.
"Matahari mulai tenggelam" gumam Sekar sendiri, kemudian dia melihat beberapa prajurit yang sedang berjalan tidak jauh darinya lalu memanggilnya.
"Prajuritt!" panggil Sekar pada prajurit yang baru datang dari timur istana
"Kami gusti" Sahut salah satu pimpinan barisan itu sambil menunduk hormat dan diikuti oleh lainnya.
"Apakau sudah menemukan lokasi para tahanan?" Tanya Sekar.
"Inggih gusti, tempat tahanannya terbagi menjadi dua, ada disebelah timur dan barat daya gusti" jawabnya.
"Kalau begitu antarkan aku kesana!" Pinta Sekar kemudian salah satu prajurit itu menuntun Sekar ke lokasi para tahanan dengan diiringi para prajurit yang memegang tombak dibelakangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir Dewi Sekarwangi
Historical FictionMenceritakan tentang takdir kehidupan dan cinta seorang wanita dari bangsa lelembut tanah Jawa yang hidup selama ribuan tahun yang lalu pada masa Kerajaan tertua di Jawa hingga pada masa Kerajaan Medang Mataram, ia lah saksi dari peradapan nusantara...