Di hutan yang tidak jauh dari Pragawatipura. Terdapat seorang pria yang sedang mengintai seekor kijang di balik semak-semak dengan mata seperti seekor singa, dia menarik panah dan menargetkannya ke arah kijang itu lalu kemudian menghela nafas panjang dan melesatkannya
Setttt
Panah itu berhasil mengenai tubuh sang kijang hingga jatuh dan mati. Pria itupun menghampiri hasil buruannya dengan perasaan senang.
"Bagus sekali Rakryan (tuanku)" puji seseorang yang datang dari sampingnya diiringi oleh beberapa prajurit.
"Matur nuwun paman"Setelah setengah hari dihutan akhirnya mereka pun membawa hasil buruan mereka pulang ke kerajaan. Saat mencapai pintu gapura, secara kebetulan pria itu berpapasan dengan Panglima Dharma kucala yang menunggangi kudanya begitu cepat pergi ke arah selatan bersama puluhan prajurit.
"Pasti telah terjadi sesuatu?" Ucapnya sambil mengerutkan kening
"Paman aku pinjam kudanya"
"Rakryan hendak kemana?" Tanya Mapatih Gentaprajaya wesna yang baru datang dari dalam.
"Menyusul mereka paman, hya hya hya" jawabnya kemudian pergi.Walaupun tertinggal, dia memacu kudanya begitu cepat untuk menyusul mereka. Saat dalam perjalanan, tiba-tiba dari jauh dia melihat seorang wanita berdiri dipinggir jalan, selendangnya yang tergeletak bersinar membuat pria itu tertarik dan penasaran dengan wanita pemilik selendang putih itu. Saat dia memacu kudanya dengan cepat tiba-tiba dari samping hutan dia melihat sekelompok orang mencurigakan memakai penutup wajah dengan pakaian serba hitam terbang ke arah wanita itu, sontak dengan cepat ia mengeluarkan kekuatannya lalu mengarahkannya kearah mereka, seketika mereka terpental dan kabur terbirit-birit masuk ke dalam hutan. Dia lalu memelankan laju kudanya dan kemudian menghampiri wanita itu, bau Cendana wangi yang tercium olehnya membuat dia bisa menebak wangi ini berasal dari wanita yang berada didepannya.
Hembusan angin yang datang membuat dedaunan menari dengan gemulainya, cahaya indah dari terbenamnya matahari memaksa masuk diantara sela-sela dedaunan yang rimbun, dijalan setapak yang kecil mulai terdengar suara derap kaki dan ringkikkan kuda entah siapa itu pemiliknya mulai mendekat kearah Sekar, tiba-tiba suara serakdalam dengan nada khawatir memecah keheningan di sore hari membuat Sekar langsung menoleh ke arah orang yang bertanya itu
Sekar memandang pria itu lama, tiba-tiba dari arah belakangnya muncul seekor kupu-kupu yang sama, lantas mata Sekar langsung tertuju ke arah kupu-kupu yang terbang mengelilingi mereka berdua sekali dan pergi. Perasaannya seketika campur aduk antara bingung dan penasaran pada pria yang berdiri di depannya ini.
"Siapa laki-laki ini sebenarnya? Pikir Sekar sambil menatap pria itu dengan wajah keheranan karena aura yang terpancar didalam dirinya memunculkan cahaya yang membuatnya terlihat berkarisma dan berwibawa.
"Selendang itu...." Pikirnya sambil melihat ke arah selendang yang dipegang oleh Sekar.Dalam penglihatannya, dia melihat selendang putih yang dipegang oleh Sekar bercahaya namun dengan sekejab cahaya itu menghilang. Kemudian dia mengalihkan pandangannya dari selendang itu lalu memandang wajah wanita cantik yang diam mematung sedang menatapnya. Mata mereka saling bertemu satu sama lain hingga muncul rasa canggung diantara keduanya. Melihat Sekar yang begitu cantik dan sempurna layaknya seorang manusia, membuat pria itu hampir tidak bisa membedakan Sekar dari bangsa manusia ataukah dari bangsa jin atau siluman.
"Nuwun sewu, apa Nyimas baik-baik saja?" tanya pria itu
"Hmm aku baik-baik saja" angguk Sekar membuat pria itu mendengarnya merasa lega.
"Apakah Nyimas mengenal mereka semua?" Tanyanya lagi
"Tidak, aku tidak mengenal mereka"
"Sepertinya mereka ingin berbuat jahat kepada Nyimas, oleh karena itu aku menyerang mereka" terangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir Dewi Sekarwangi
Historical FictionMenceritakan tentang takdir kehidupan dan cinta seorang wanita dari bangsa lelembut tanah Jawa yang hidup selama ribuan tahun yang lalu pada masa Kerajaan tertua di Jawa hingga pada masa Kerajaan Medang Mataram, ia lah saksi dari peradapan nusantara...