Bab 23 Cinta

67 10 0
                                    

.
.
.
.
.
.
.
Banyak pohon-pohon yang besar dan menjulang tinggi ditempat ini, jikapun kalian merentangkan tangan ke pohon itu tidak akan cukup 20 atau 25 orang memutarinya.
Tinggi dan rimbunnya dedaunan bagaikan atap raksasa yang menghalangi panasnya matahari disiang hari. Siapapun yang berada dibawahnya pasti akan merasa sejuk, tenang dan merasa betah tinggal disana berlama-lama. Inilah hutan rimba tempo dulu, tempat tinggalnya hewan, serangga berbagai ribuan spesies dan juga rumahnya bagi makhluk-makhluk halus tak kasat mata.

Zaman dahulu kala, di Jawa lebih banyak dihuni oleh bangsa jin, dhemit dan siluman dari pada jumlah manusianya, kebanyakkan dari mereka tinggal di hutan, gunung, lautan dan barang/pusaka. Jadi sekarang bagi siapa saja yang mau menebang pohon besar, naik gunung dan melewati lautan maupun samudra, baik menggunakan kapal ataupun pesawat dan lain-lain. Hendaklah berdoa terlebih dahulu, jaga sikap dan bicaramu, sesekali ucaplah permisi, jangan merusak atau mengotori dan juga jangan pernah melanggar apa yang dilarang oleh kuncen atau sesepuh disana apalagi sekedar mencoba-cobanya. Seperti yang kita ketahui kita hidup tidak sendirian didunia ini, ada lagi dunia lain yang tak bisa kita lihat dengan mata lahir kita, ingatlah karena sejatinya manusia dan bangsa jin itu hidup berdampingan. Inilah kuasa Tuhan Yang Maha Esa dari sekian banyaknya alam semesta yang diperlihatkan, melalui peralatan canggih sekarang sekalipun hanya sedikit yang dapat kita ketahui dan kita lihat. Itulah kuasa tuhan yang luar biasa, banyak rahasia yang tidak kita ketahui tahu sama-sekali.

Terkadang mereka sangat suka pada manusia yang baik, sopan dan suka menghargai, memang mereka suka jail tapi apabila marah atau ditantang mereka bisa membuat kalian tersesat hilang, bahkan sering diganggu dan ada juga yang sakit hingga sampai meninggal dunia (nauzubillah). Mudah-mudahan kita bukan salah satunya.

Tidak ada jalan setapak sebagai penanda, tak ada sawah dan rumah-rumah warga seperti sekarang, tidak ada aktivitas manusia ditempat ini. Semuanya yang terlihat hanyalah semak-semak belukar, ilalang, rawa dan hutan yang luas sejauh mata memandang.

Bagi makhluk astral seperti mereka, dunia itu sangat luas. Luas untuk satu pohon saja yang bisa ditempati oleh ribuan orang sebagai tempat tinggal dan kerajaan mereka. Bahkan bagi mereka satu kilometer saja bagaikan sudah keluar kota, waktu disini memang berjalan lambat dan cepat di dunia manusia karena dunia mereka tidak terikat ruang dan waktu. Tidak ada peraturan di dunia manusia yang berlaku dan mengikat bagi makhluk seperti mereka dan memusuhi ketika bertemu makhluk asing itu adalah hal biasa bahkan itu sebangsa sendiri akan tetap mereka lawan.

Di dunia gaib kekuatanlah yang menentukan hidup dan status seseorang. Apabila ada golongan putih maka disitu pula ada golongan hitam, hal itu berguna untuk keseimbangan alam layaknya manusia.

*******

Berjalan tanpa arah sembari memanggil Adiwesa, berharap dia mendapatkan jawaban dari sang pemilik nama.

"Adiwesaa"
"Adiwesa" teriaknya

Makhluk halus yang melihat Sekar melewati tempat tinggal mereka hanya diam mengawasinya, karena mereka bisa merasa kekuatan yang ada pada selendang Sekar sangat besar, oleh karena itu tidak ada yang berani menyerang atau bahkan mendekatinya.

"Adiwesaa" panggil Sekar sambil berjalan terus mencarinya.
"Adiwesaa"
"Gusti" sahutnya yang muncul dari semak-semak dibalik pepohonan, Sekar yang melihatnya akhirnya merasa lega.

Sekar langsung menghampirinya dan mencoba untuk memukulnya, lagi-lagi tetap saja Sekar tidak bisa melakukannya.
"Kenapa kau lama sekali?" kesal Sekar.
"Nuwun sewu gusti, teryata pohon yang hamba lihat tidak berbuah lagi oleh karena itu hamba mencari ke tempat lain" jelasnya sambil memberikan beberapa buah yang ia dapat.
"Tidak aku tidak mau, cepat kita pergi dari sini" ujar Sekar karena terlanjur kesal dan langsung menarik tangannya pergi dari sana.

Takdir Dewi SekarwangiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang