Bab 40 Pesugihan

41 9 0
                                    

Bab 40 Pesugihan

Di tengah malam Anggara kasih, didalam hutan dekat dengan aliran Sungai Cisadane, terdapat seorang laki-laki sedang melakukan ritual Pesugihan. Dia duduk bersemedi sembari menyebut nama yang mulia Kanja didalam hatinya dan membaca mantra. Didepannya sudah tersusun sesaji berupa kembang boreh, dupa, kopi, darah segar kambing tiga kendi kecil dan parawanten lainnya.

Suara burung hantu dan semilir angin malam yang dingin disertai suara dan banyaknya nyamuk yang mengigitnya, tampaknya semua hal itu tidak menganggu semedi laki-laki itu untuk menjadi kaya tanpa harus bekerja keras. Tiba-tiba datang seekor kera yang sangat besar dan bertanduk dengan memakai mahkota emas di kepalanya, kemudian dia menyuruh laki-laki itu untuk menghentikan samedinya.

Laki-laki itu perlahan membuka matanya dan langsung bersujud dihadapan Raja kera itu. Raja Kanja itulah namanya siluman kera yang berkuasa dihutan dekat sungai Cisadane yang merupakan jalur pelayaran antar kerajaan dan perdagangan serta tempat irigasi persawahan. Dia kemudian bertanya padanya apakah dia sudah membawakan apa yang dia pinta dan laki-laki itupun menjawab kalau dia sudah membawa semua yang ia suruh. Raja Kanja pun tertawa dan menyuruh prajuritnya untuk membawa semua Parawanten itu ke istananya dan setelah itu laki-laki itupun menagih emas yang dijanjikan oleh Raja Kanja padanya, siluman kera itu lalu mengayunkan tangannya dan memberikan emas dan perhiasan yang banyak kepadanya. Melihat emas yang banyak ada didepan matanya membuat laki-laki itu tertawa senang lalu mencium emas serta menghambur-hamburkannya didekatnya.

"Kaya aku kayaraya hahaha" senangnya.

Istrinya yang melihat suaminya datang ke rumah di waktu subuh dengan sebuah kantong yang grencengan tentu saja sangat khawatir. Lantas istrinya pun bertanya, habis dari mana suaminya itu pergi namun suaminya itu malah tidak menjawab pertanyaannya dan terus tersenyum menarik tangannya menyuruhnya untuk segera duduk.

"Kau pasti akan terkejut saat melihat ini!" Ujarnya
"Melihat apa kangmas?"

Saat suaminya menumpahkan isi dari kantong itu dia sangat terkejut, betapa tidak dia melihat begitu banyaknya koin emas dan perhiasan dihadapannya berkilauan diterpa cahaya penerang dari Umpling atau lampu kecil yang mereka buat.

"Dari mana kangmas bisa dapat emas dan perhiasan sebanyak ini?" Tanya istrinya tidak menyangka sambil memegang sebuah kalung emas ditangannya.
"Semua ini adalah pemberian dari baginda raja"
"Baginda raja" tatap istrinya kebingungan
"Iya, aku menolong baginda raja sewaktu di Sungai Cisadane tadi"
"Memangnya apa yang terjadi pada baginda raja kangmas?" Tanyanya
"Udah jangan dibahas lagi yang penting menolong ya menolong"
"Tapi mas bagaimana baginda raja bisa memberikan hadiah sebanyak ini?"
"Udah lah aku mau tidur, ngantuk karna begadang semalaman" cueknya sambil berdiri dan menuju ke dapur untuk minum.
"Kamu inih bukannya bilang matur nuwun dan bangga sama suaminya malah diberi banyak pertanyaan" kesalnya sambil menyimpan kembali perhiasan itu di kamar dan merebahkan dirinya di antara kedua anak laki-lakinya
"Yaudah (mendekati suaminya dan memijat bahunya) matur nuwun kangmas" ucapnya pelan agar anaknya itu tidak terbangun.
"Hmm"

Sebulan kemudian, seperti yang kalian tahu mereka hidup mewah dan selalu hidup berkecukupan bergelimang harta karena telah melakukan ritual pesugihan kera yang dilakukan oleh suaminya tanpa sepengetahuan istri dan kedua anaknya. Rumah mereka yang besar dari pada yang lain, lahan dan ternak yang luas, pembantu dan pekerja yang banyak, kaya raya, peduli dan baik hati, itulah yang digambarkan oleh orang-orang lain yang ada di desa itu tentang mereka. Sifat dan kemurahan hati mereka yang suka bersedekah dan membantu orang yang kesusahan membuat para warga Desa Muara Hilir percaya kalau kekayaan mereka adalah hasil dari membantu atau menolong seorang raja entah itu raja siapa mereka tidak tahu, hal itu tidak membuat para warga berpikiran negatif tentang mereka yang kaya mendadak tanpa harus bekerja keras, berkeringat dan kepanasan layaknya pada orang umumnya.

Takdir Dewi SekarwangiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang