Bab 31 Ratu Sehari
Di Kerajaan Tarumanegara (Dunia manusia)
Semua petinggi dan gadhu (pembesar, tokoh atau pemimpin) berkumpul di pendopo membahas beberapa masalah dan dirundingkan bersama. Setelah Linggawarman memberikan ijin pada gadhu/bupati di Wahanten (Tanggerang) untuk menyelesaikan waduk peninggalan dari Kerajaan Karuna yang diterbengkalai, Linggawarman pun menugaskan Sadana sebagai Mandor (Orang yang mengawasi orang yang bekerja) disana dan rapat pun selesai.
Dalam lamunnya, raja berpikir untuk menikahkan putrinya Soba kancana yang usianya sudah cukup untuk menikah, namun ia bingung menjodohkan putrinya dengan siapa. Lantas ia pun bertanya pada semua orang dipendopo untuk mencari laki-laki yang tepat untuk putrinya.
"Boleh hamba menyampaikan sesuatu baginda?" Ucap salah satu adipatinya
"Silahkan"
"Hamba pernah berkunjung ke daerah Sindulan dan bertemu dengan Panembahan Riwangan, beliau memiliki tiga orang putra dan duanya lagi masih belum menikah. Hamba mengenal baik kedua putranya baginda, putra keduanya seusia dengan kanjeng putri, orangnya juga sangatlah baik baginda, dia juga rajin dan berbakti pada kedua orangtuanya" jelasnya.
"Nuwun Sewu sadurunge baginda, menurut kabar burung Raja Dapunta hyang juga sedang mencari seorang wanita yang ingin dia jadikan permaisurinya" sahut adipati lain.
"Dapunta Hyang Srijayanasa, raja dari Palembang itu?" Tanya balik raja
"Benar baginda, yang beberapa bulan lalu pernah berkunjung ke kerajaan kita" sahut Adipati membuat Raja Linggawarman jadi tertarik pada Raja Sriwijaya.Pikirnya tertarik karena dia bukan saja seorang raja, namun usianya juga tidak terlampau jauh dengan putrinya Soba kancana, bahkan Linggawarman pun juga mengenal dan sudah melihat wajahnya.
"Saat aku bertemu dengannyaa dia orangnya ramah, memiliki kepribadian yang sopan, pintar dan juga baik" pikir raja sambil menganggukkan kepalanya.
Soba kancana yang tidak sengaja mendengar percakapan mereka tentang perjodohan dirinya langsung pergi dari sana menuju kamarnya dengan raut wajah yang sedih.
*******
Sekar yang diminta untuk menemui ayahnya dikamar pun segera pergi, hatinya terus dilanda gelisah karena dia takut kalau ayahnya tahu tentang hubungannya selama ini dengan Adiwesa. Saat dia hendak masuk tiba-tiba keluar seorang tabib dari kamar orangtuanya.
"Siapa yang sakit?" gumam Sekar penasaran bercampur khawatir dan langsung masuk ke dalam mencari tahu. Dia melihat romonya terbaring di Babragan sembari memegang kepalanya.
"Salam rahayu romo, ibunda. Ibunda apa yang terjadi dengan romo?" Tanya Sekar dengan wajah cemas
"Romomu sedang tidak enak badan" jawab ibunya
"Mungkin besok romo juga akan sembuh" sahut ayahnya, kemudian dia menyuruh putrinya itu untuk mendekat kesampingnya.Sambil memegang tangan Sekar, dengan tatapan dalam ayahnya sang Raja Mandalawangi dengan selubuk hatinya meminta Sekar untuk memimpin dan menjadi ratu Kerajaan Mandalawangi sehari untuk mengantikannya, mendengar hal itu sontak Sekar langsung kaget.
"Tidak romo, aku tidak pantas menduduki singgasana Mandalawangi, lebih baik romo berikan tangung jawab besar itu kepada ibunda" tolak Sekar
"Apa maksudmu Sekar, jika romomu berkata seperti itu maka turutilah permintaan romomu"
"Tapi ibunda..." Sela Sekar
"Ini perintah Sekar kau tidak boleh menolaknya, dari pada kau berkeliaran tidak jelas entah kemana membuat romo khawatir saja" ujar ayahnya.Namun Sekar takut kalau dia akan melakukan kesalahan, namun ayah dan ibundanya yakin kalau Sekar bisa melakukannya dan terus membujuknya. Kali ini terpaksa Sekar harus mengurung niatnya untuk pergi ke Junggring saloka dan menuruti permintaan ayahnya.
Setelah ritual kecil diadakan, Sekar pun duduk disingasana dengan membeban tanggung jawab yang sangat besar sebagai ratu sehari Kerajaan Mandalawangi yang merupakan kerajaan besar dan paling berpengaruh di alam goib di Nuswapada ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir Dewi Sekarwangi
Historical FictionMenceritakan tentang takdir kehidupan dan cinta seorang wanita dari bangsa lelembut tanah Jawa yang hidup selama ribuan tahun yang lalu pada masa Kerajaan tertua di Jawa hingga pada masa Kerajaan Medang Mataram, ia lah saksi dari peradapan nusantara...