Beberapa hari kemudian, Sekar perlahan membuka matanya, tangan kanannya terasa kebas, sekujur tubuhnya sakit seperti habis dipukuli. Sekar berdiri, langkahnya lunglai memaksakan diri menuju ke arah tirai dan menyibakkan salah satu tirai itu dengan tangannya, cahaya terangnya membuat matanya menjadi silau.
"Siang" pikirnya
Sinar di siang hari itu menyinari wajahnya yang masih pucat, sedikit sekar menjilat bibirnya yang terasa kering, sambil terus menyaring dan mengingat apa saja yang terjadi pada dirinya sebelumnya.
"Gusti putri sudah sadar?" ucap seseorang yang baru datang membuat sekar menoleh yang teryata itu adalah pelayan tabib wanita yang belum ia lihat sebelumnya, sambil membawa secangkir minuman dinampan perak dan meletakkannya dimeja.
"Apa yang terjadi padaku?" Tanya sekar bingung.
"Lebih baik gusti jangan banyak bergerak sekarang" sopannya sambil memangkul tangan Sekar dan membawanya duduk di dhipan."Kau tidak menjawab pertanyaanku!"
"Gusti telah diracuni oleh seseorang" jawabnya membuat Sekar kaget.
"Diracuni, berapa hari sudah aku tidak sadarkan diri?" Tanya Sekar lagi
"Sudah tiga hari gusti" jawabnya sehingga membuat Sekar tercengang mendengarnya.
"Racun apa yang telah membuatku tak sadarkan diri sampai tiga hari" pikirnya heran.Secara kebetulan Anjani dan Gantari datang menemuinya, mereka terlihat bahagia melihat Sekar sudah siuman, kemudian mereka berdua duduk disamping dhipan didekatnya dan bertanya
"Yunda baik-baik saja?"
"Hmm, aku merasa baikkan, jangan khawatirkan aku dinda" senyum lembut Sekar menatap mereka berdua
"Ibunda sangat mengkhawatirkanmu yunda"Sesuatu yang mereka tidak ingin Sekar tahu malah secara tidak sengaja terucap oleh Gantari, sontak Anjani yang mendengar adiknya yang kecoplosan langsung menatap adiknya itu kesal karena adiknya tidak bisa menyimpan rahasia.
"Bukankah ibunda sedang (kaget)....aku harus menemui ibunda sekarang" ucap Sekar berdiri, karena dia tidak ingin terjadi sesuatu pada ibunya yang sedang mengandung.
"Tapi yunda" cegah Anjani.
"Gusti, gusti putri masih belum sehat sepenuhnya" larang pelayan tabib itu.
"Jangan melarangku" senggah Sekar.Kemudian dia pergi dari kamarnya tanpa mempedulikan perkataan mereka, Anjani dan Gantari pun pergi menyusulnya.
*******
"Salam rahayu ibunda"
"Anak-anakku kemarilah!" Seru ibundanya yang sedang istirahat di Babragan (kamar besar)
"Bagaimana dengan kondisimu sekarang Sekar?" tanya ratu khawatir.
"Hamba baik-baik saja ibunda" jawab Sekar tersenyum.
"Tidak baik kalau kau terus memaksakan dirimu seperti ini Sekar"
"Tidak apa-apa ibunda"Setelah lama berbincang-bincang, Anjani dan Gantari ijin pamit meninggalkan Sekar dan ibundanya terlebih dahulu, sehingga hanya menyisakan Sekar dan ibundanya saja berdua didalam kamar mewah itu.
"Ibunda, apakah ibunda pernah pergi ke tempat manusia?" tanya Sekar tiba-tiba tertarik pada manusia.
"Manusia, tentu saja"
"Bagaimana kehidupan disana ibunda?" Ucap Penasaran Sekar duduk mendekati ibunya.
"Seperti yang kau tahu anakku manusia tidak bisa ditebak, sikap mereka terkadang bisa berubah kapan saja sama halnya seperti kita dan dunia mereka juga tidak berbeda jauh dengan kita. Hanya saja kita hidup lebih lama dari pada mereka"
"Jika mereka hidup sementara kenapa mereka sering berbuat jahat ibunda?" Pertanyaan dari Sekar membuat ibunya tersenyum menatapnya."Tidak semua seperti itu anakku, mereka berbuat kejahatan karena mereka hanya mementingkan perasaan mereka sendiri, karena kurangnya keadilan dunia bagi mereka. Sedangkan dunia memaksa mereka harus kuat dan menyesuaikan diri itulah sebabnya hati mereka jadi buta sebelah mata anakku. Mengerti perasaan orang, perjuangan dan apa isi hatinya adalah hal yang paling sulit didapat pada setiap manusia begitu pula dengan kita. Belum tentu kau bisa mengerti perasaan orang itu hanya dengan membaca wajahnya, bahkan dengan pengalaman dan hidup lamapun pun bisa saja salah" terang ibundanya membuat Sekar terdiam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir Dewi Sekarwangi
Historical FictionMenceritakan tentang takdir kehidupan dan cinta seorang wanita dari bangsa lelembut tanah Jawa yang hidup selama ribuan tahun yang lalu pada masa Kerajaan tertua di Jawa hingga pada masa Kerajaan Medang Mataram, ia lah saksi dari peradapan nusantara...