Cokelat dan Strawberry

2.1K 353 109
                                    

"Aku yang tak diingat, tak diinginkan dan tak disambut merasa berharga berkat  kamu yang mengingat, menginginkan, menyambut serta bersyukur memiliki aku"

------------

Jinyoung masuk kedalam rumah dengan ekspresi wajah yang tampak berbeda dari biasanya. Jisoo yang menyadari perbedaan ekspresi suaminya yang biasa pulang dengan raut wajah gembira dan senyuman lebar kini menatap aneh ke suaminya.

Jinyoung memang tersenyum dan memeluknya seperti biasa ketika pulang kerja namun senyum laki-laki itu seolah tampak dipaksakan, pelukan erat Jinyoung seolah meminta kekuatan.

"Kamu kenapa?" Tanya Jisoo ketika menyadari mata memerah jinyoung ketika melepas pelukannya.

"Aku baik-baik aja cuma capek aja" jawabnya lirih yang mendapat tatapan ragu Jisoo.

"Ayah udah pulang?" Suara riang Ryujin dari arah pintu masuk membuat jinyoung sedikit lega.

"Kamu darimana?" Tanyanya sambil menciumi rambut Ryujin yang sedang memeluknya.

"Dari rumah Somi main bekel"

"Tumben kamu main bekel? Biasanya bola" ucap Jisoo heran dengan kebiasaan baru putrinya.

"Mau duel besok di sekolah sama daehwi, ayah bunda aku keatas dulu ya mau ngerjain tugas"

Jisoo mengangguk "kalau capek istirahat, jangan dipaksain".

sementara itu jinyoung memperhatikan lekat punggung putrinya yang menjauh.

Pikirannya berputar pada beberapa jam lalu, beberapa jam setelah Jungkook mengabari bahwa adiknya ada di sini dan sedang meregang nyawa.

Flashback

"Kak jinyoung?"

Jinyoung menatap sendu ke perempuan yang terbaring lemah di ranjang rumah sakit dihadapannya ini.

Kantung mata hitam tercetak jelas dibawah mata cantik perempuan ini, tubuh kurus dan suara lemah Perempuan ini membuat jinyoung seperti ditampar untuk memaksa melihat yang sebenarnya.

Perempuan yang jinyoung pikir akan baik-baik saja dan tampak baik-baik saja hingga beberapa hari lalu dipernikahan Jungkook tapi sekarang....

Jinyoung menunduk tak sanggup menatap perempuan itu.

"Kak rose baik-baik aja"

Baik-baik? Kalau ia baik-baik saja mana mungkin ia berakhir sekarat di sini.

"Siapa?" Tanya jinyoung.

"Hng?"

Jinyoung mengepalkan kedua tangannya yang ada diatas pahanya.

"Siapa laki-laki itu? Kakak mohon jangan tutupi lagi ini udah bertahun-tahun se"

Rose memejamkan mata lelah "kita nggak perlu usik dia, Kakak nggak perlu tahu. Kakak bisa tinggalin aku maaf aku ngerepotin kakak"

"Nggak! Kakak itu kakak kamu bagaimana bisa seorang kakak ninggalin adiknya?! Se, kamu menderita karena bajingan itu. Bilang ke aku siapa dia!....

"Seenggaknya aku harus pastiin kalau dia juga hidup menderita seperti kamu"

Flashback off

"Nyoung?" Panggilan jisoo menyadarkan jinyoung dari lamunannya.

"Kamu khawatirin sesuatu?" Tanya Jisoo sekali lagi.

We (TELAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang