Hari ini sama seperti beberapa hari kemarin. Ryujin bersekolah, pulang, les, membantu bunda, belajar lagi dan tidur. Sudah beberapa hari semenjak Ryujin pulang dari tempat rose, Ryujin dan kebiasaannya sedikit berubah.
Tentunya hal ini disadari oleh teman-temannya, bagaimana tidak ia yang biasa sepulang sekolah bermain dan pulang-pulang pasti sore hari menjadi tak pernah lagi bermain.
Bahkan ketika diajak maling mangga ia menolak, Haechan selaku guru kepribadian buruk Ryujin kaget pas Ryujin dihasut ke jalan yang salah malah nolak.
"Lah tumben?? Ayolah Ryu Lo udah jarang Lo main sama kita-kita" rengek Haechan ke Ryujin.
Chenle sama Jisung udah bahan malu soalnya posisi sekarang mereka ada di pinggir gerbang sekolah dan rengekannya Haechan itu nggak santai. Kayak banci lagi di godain.
Ryujin? Dia cuma berdiri diam di kursi belajarnya tanpa minat bereaksi.
"Lo kerasukan setan mana sih njing kok tumben? Gue udah beli petasannya ini tinggal nyalain depan rumah pak RT" Somi membuka sedikit ranselnya menunjukkan banyaknya petasan yang ia bawa.
"Skip aja gue, mau bantuin bunda"
Chenle berdecak sebal "Lo kenapa sih Ryu? Lo pulang pergi nggak pernah bareng bang Haechan lagi sekarang. Diajak main susah, Lo pas kita main bertiga dikelas juga diem Mulu"
"Jujur gue lebih suka Lo yang berisik banyak tingkah, nge jamabakin rambut gue daripada lo yang diem kayak gini" keluh Chenle.
Jeno yang dari duduk diatas motornya hanya diam memperhatikan, sebenarnya banyak sekali kalimat yang ingin ia lontarkan. Namun bodohnya semuanya lagi-lagi hanya tersangkut di tenggorokannya tanpa berani ia keluarkan.
Lagi-lagi Jeno hanya berani menatap Ryujin dari kejauhan tanpa bergerak mendekat.
Jaemin yang duduk di boncengan motor Jeno melihat ke Jeno dan mengikuti ke arah pandang Jeno lalu Jaemin melihat Jeno lagi.
"Lo kok ngelihatin Ryujin gitu banget?!" Bisik Jaemin dengan nada pelan dan dingin namun cukup mengagetkan Jeno.
"Hah? Ah..itu dia kayaknya nggak nyaman kita sidang disini. Lagian bahas dirumah aja nanti kasihan kayak nggak nyaman gitu"
Jaemin menatap Jeno cukup lama lalu mengangguk menyetujui, "udahlah biarin aja Ryujin sendirian dulu, kali aja dia nggak mood. Lo kalau mau kejalan yang buruk jangan bawa temen dong Chan"
"Diem Lo jaem, Lo kan juga alumni didikan gue dulu" sewot Haechan.
Haechan menoleh ke Ryujin, "beneran nggak mau nebeng gue? Mau nunggu bunda?"
"Iyaaaa Abang~, kan aku udah bilang dari tadi" Haechan terheran, Ryujin sampai menggunakan aku-kamu artinya Ryujin benar-benar sedang memohon padanya.
"Gue tunggguin, Lo semuq duluan sana nggak enao dilihatin orang-orang kesannya kita mau tawuran"
"Abang duluan jug-"
Haechan menatap serius tak mau dibantah "kalau nggak mau ditungguin Lo balik sama gue, gue nggak mau ya Lo pulang malam lagi tanpa kabar kayak kemarin"
Somi menepuk pundak Chenle agar melajukan motornya dan mengkode yang lain untuk meninggalkan Ryujin dan Haechan.
"Bang Haechan lagi marah, tinggalin aja daripada kena" ucap Somi ke Chenle tanpa suara.
Chenle mengangguk dan pamit duluan diikutin yang lain. Bukannya tak mau menemani Ryujin, hanya saja dulu Haechan pernah satu kali marah besar ke mereka karena menutupi Ryujin yang di bully fisik sama kakak kelas pas SMP.
KAMU SEDANG MEMBACA
We (TELAH TERBIT)
FanfictionMenjadi seseorang yang di tinggalkan memang menyakitkan tapi menjadi yang meninggalkan juga bukan hal yang menyenangkan. Ini cerita kami tentang kami orang-orang yang tak sempurna namun berusaha saling melengkapi. -------- (Semua gambar yang ada di...