"Tak semua orang memiliki hidup yang mudah, terkadang meski sudah berusaha sekuat tenaga dan kehilangan segalanya ada kalanya dunia masih belum juga mengizinkan ia bahagia.
Tak semua orang memiliki hidup yang mudah, terkadang meski sudah mendapat segalanya dan tak kehilangan apapun ada kalanya dunia masih belum mengizinkan ia bahagia."
-------------Haechan menatap sengit ke Hyunjin yang babak belur dan meringkuk di rerumputan halaman belakang rumah Chenle.
Nafasnya Haechan naik turun dan wajahnya datar pertanda ia benar-benar sedang marah.
"Bang udah kasihan kak Hyunjin" kata Chenle.
Chenle melirik was-was kearah pintu belakang, "sung mami sama papi masih lama kan pulangnya?" Bisiknya ke Jisung disebelahnya.
Jisung menoleh merogoh sakunya menunjukkan pesan teks dari sang ibu.
"Mami sama papi nggak pulang lagi ada perjalanan bisnis lagi"
Chenle mendelik sebal "lagi??? Kita ditinggal lagi?? Ah elah, punya orang tua berasa nggak punya." Dumel Chenle.
Ia mengambil jasnya yang tadi ia lempar ke sembarang arah dan mendekat ke arah Hyunjin. Ditariknya kerah seragam Hyunjin.
"Ini peringatan Karena Lo berani macarin adek gue, awas Lo buat nangis gue pastiin lo gue buat nangis juga, gue hajar sampai sekarat" ancam Haechan yang dibalas kekehan Hyunjin.
"Iya-iya"
Jaemin, Jeno, Chenle, Yeji, Lia, Somi dan Jisung yang sedari tadi hanya melihat segera mendekat mengobati Hyunjin dan menarik Haechan.
"Harus banget ya Chan gelud kayak gini??" Kesal Lia yang benci kekerasan.
"Kalau Lo dipacarin Hyunjin gue juga bakal ngehajar Hyunjin kali li buat peringatan ke dia" jawab Jaemin selaku kembaran Lia.
"Kita kan tau kak Li, seberapa ngejaganya Abang ke kak Ryujin. Mana Ryujin ngaku iya lagi sadar kalau pacaran sama kak Hyunjin." Ucap Jisung.
Somi menggelengkan kepalanya dan membantu yeji mengobati luka Hyunjin. "Kasihan temen gue lolos dari buaya keparat kayak bomin malah dapet buaya darat kayak gini".
Jaemin menoyor kepala Hyunjin dan menekan luka di pipinya "brengsek Lo berani-beraninya macarin Ryujin".
Chenle meringis melihat wajah Hyunjin yang hampir tak berbentuk itu.
Jika ditanya mengapa Hyunjin terima-terima saja di ajak duel Haechan dan tak dendam? Jawabannya karena dihari mereka jujur siapa saja yang suka Ryujin. Haechan mengatakan bahwa yang berani memacari adiknya itu harus duel melawan dia lebih dulu.
Sebenarnya Hyunjin juga takut walaupun dia terkenal sebagai preman sekolah tapi Haechan level berkelahinya dua tingkat diatasnya.
Diam-diam banyak anak laki-laki yang segan takut dengan Haechan walaupun Tingkahnya tak menunjukkan sisi seram sedikitpun.
Beruntung sekali Hyunjin hanya dibuat babak belur.
Disisi lain Jeno mengepalkan tangannya di dalam saku celananya memandang Hyunjin. Semalam setelah mendengar berita Ryujin berpacaran dengan Hyunjin ia yang baru bangun tidur segera berlari menuju rumah Ryujin hendak menanyakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
We (TELAH TERBIT)
Fiksi PenggemarMenjadi seseorang yang di tinggalkan memang menyakitkan tapi menjadi yang meninggalkan juga bukan hal yang menyenangkan. Ini cerita kami tentang kami orang-orang yang tak sempurna namun berusaha saling melengkapi. -------- (Semua gambar yang ada di...