Tak Apa, Hanya patah Sedikit

1.3K 248 50
                                    

Jisoo membuka perlahan pintu kamar putrinya dan masuk perlahan. Tadi ia sudah mengetuk pelan berkali-kali namun tak ada sahutan dari dalam kamar padahal lampunya masih menyala terang dan sayup-sayup alunan lagu dengan lirik patah hati mengalun. Jisoo mengulum senyum dan perlahan mendekat putrinya yang tengah menenggelamkan kepalanya diantara lipatan tangannya dengan posisi duduk di meja belajarnya.

Berada diantara semester awal dan akhir, tampaknya cukup membuat Ryujin sibuk dan stress karena banyaknya tugas kuliah.

Jisoo perlahan mulai merapikan buku-buku tebal yang bererakan, mengembalikan alat tulis pada tempatnya, menyimpan file milik ryujin dan mematikan laptopnya. Dengan lembut Jisoo membangunkan Ryujin yang tengah terlelap. Dimatikannya lagu yang diputar melalui speaker lalu ditepuknya pelan pundak Ryujin.

"Ryu...Nak.."

"Nak...hei bangun sebentar"

"Ryu..,ayo pindah dulu ke kasur. nanti badan kamu sakit semua"

Ryujin terusik dengan bisikan lembut dekat telinganya. Pelahan ia mulai membuka matanya, netranya menatap bundanya tengah menatapnya lembut.

"Bunda" panggil Ryujin dengan suara serk khas bangun tidur.

Jisoo meringis menatap raut lelah, hidung dan mata memerah serta wajah sembab?. Jisoo tak bertanya apapun, ia segera menuntun Ryujin ke ranjang tidurnya. seusai menyelimuti Ryujin dan mengecup keningnya, Jisoo yang hendak beranjak pergi ditahan ujung jarinya oleh Ryujin.

"Bunda tidur disini aja sama Ryujin" kata Ryujin setengah merengek.

Jisoo tersenyum senang, semenjak Ryujin menduduki bangku perkuliahan ia semakin jarang merengek dan menunjukkan sikap manjanya seperti ini. Ia senang putrinya menjadi gadis dewasa namun ia agak sedih kehilangan gadis kecil yang suka merepotkannya.

Jisoo merebahkan tubuhnya di sebelah Ryujin, Ryujin mendekat memluk tubuh bundanya dan menenggelamkan wajahnya di ceruk leher sang ibu. Dihirupnya aroma wangi khas bunda yang rasanya ia rindukan. Maklum, punya 4 orang tua yang tingga berjauhan membuatnya harus bisa mmebagi waktu harus menginap dimana setiap harinya.

"Aku kangen Bunda"

"Bunda juga kangen Ryujin" kata Jisoo sambil mengusap punggung anaknya pelan.

Mereka terdiam cukup lama hingga jisoo pelan-pelan mencoba menunduk melihat Ryujin namun ternyata Ryujin belum kembali tidur.

"Kok nggak tidur lagi?"

Ryujin menggeleng, "nggak ngantuk lagi"

"Kamu tumben nginep disini tapi nggak main sama abang??" tanya Jisoo

Ryujin mengendurkan pelukannya ia agak naik mensejajarkan wajahnya dengan bunda yang tidur menyamping menghadapnya.

"Abang sekarang sombong mentang-mentang banyak fansnya di kampus, nyebelin. Suka pura-pura nggak lihat aku, trus nyebelin banget setiap ada cowok yang deket sama aku digalakin."

Jisoo tertawa pelan membayangkan wajah sok galak Haechan dan tingkahnya, "Bukannya dari dulu gitu kan?"

"Tapikan harusnya udah enggak bun, aku kan udah dewasa lagian mana mungkin aku mau sama cowok-cowok itu aku kan pacaranya Hyun-"

"Hyunjin?" Jisoo merasa janggal takala Ryujin seolah enggan menyebut nama yang sering dibangga-banggakannya itu.

"Aku emang masih pacarnya ya bun?"

"ya nggak tau kok tanya bunda, mana bunda tau"

Ryujin mengerucutkan bibirnya, "Aku ada pikiran ke sesuatu dan tau kayaknya ada sesuatu, aku juga tau gimana sakitnya sesuatu itu tapi aku nggak siap nerima sesuatu itu"

We (TELAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang