"Bulan itu tampak kesepian, diatas langit malam yang gelap itu ia berusaha bersinar diantara bintang-bintang.
Bintang-bintang itu tampak lelah, diantara ribuan bintang lainnya ia berusaha menjadi yang paling bersinar."
---------
Ryujin mengerjapkan matanya menyesuaikan diri dengan cahaya sekitarnya. Ia kemudian duduk diatas ranjang berukuran besar dengan ekspresi bingung karena mendengar alunan gitar akustik yang entah dari mana asalnya. Diusapnya mata kanannya, lalu kepalanya mendongak menyadari ada benda yang berada diatas kepalanya.
Kedua tangan mungilnya menyentuh kedua telinganya mencoba melepaskan headphone pink yang menjadi sumber suara gitar tadi.
Ia menoleh kesekitar mencoba mencari keberadaan seseorang di dalam kamar yang luas ini.
Dentuman musik kencang sayup-sayup terdengar dari balik pintu kamar bercat putih diseberang ranjang. Ryujin berguling, merosotkan tubuhnya hingga jatuh perlahan ke lantai. Ia berlari menuju pintu namun kembali lagi ke arah ranjang
"Teddy maaf ya... kamu ketinggalan" ucapnya pada boneka beruang berwarna cokelat yang berada dibawah bantal.
Ryujin kembali ke pintu, ia mencoba menarik gagang pintu namun ia kesulitan memutar gagang pintunya. Ia merunduk melihat'boneka beruang yang ada di dekapannya,
"Teddy kamu dengal nggak suala musik? Coba kita intip Dali bawah"
Ryujin bersujud mengintip dari celah pintu bagian bawah, "uh aku nggak bisa liat apa-apa cuma lantai"
Ryujin duduk bersandar kepintu, meluruskan kedua kakinya dan digoyang-goyangkan. "Sepertinya kita tunggu Tante saja"
Kaki Ryujin terus bergoyang menyesuaikan irama musik cepat yang ia dengar. Beberapa menit menunggu bocah yang baru genap 5 tahun itu mulai bosan.
"Twingkel twingkel litel stal... How...uh aku lupa liliknya... Aku halus tanya bunda? Atau ayah?"
"Kalau mau telpon belalti kita halus cari telpon kan Teddy? Eum... berarti kita halus bisa buka pintu ini kamu punya ide?...ih kok Teddy diem aja aku lagi capek mikil nih" dialog Ryujin dengan boneka beruang kecil di pangkuannya.
Ryujin mengedarkan pandangannya ke segala sudut ruangan hingga ia menemuka sebuah keranjang anyam bambu berbentuk persegi panjang yang berisi kain-kain.
Ia mengingat ajaran Eric yang mengajarinya untuk memanjat sesuatu yang tinggi jika tidak sampai membuka gagang pintu. Dikeluarkannya satu persatu kain didalam keranjang.
"Halus lapi kata bunda nggak boleh diacak-acak" ucap Ryujin menyusun kain-kain tersebut dilantai sebelahnya.
Ditaruhnya Teddy di dalam keranjang dan dengan kesusahan ia menarik keranjang anyam itu ke arah pintu.
Sekuat tenaga ia mencoba membalik keranjang anyam itu, sesekali ia meringis sakit karena nyeri dari lebam yang di lengannya.
Cklek...
Ryujin tersenyum ketika ia berhasil membuka pintu. Sepasang matanya membesar takjub dengan apa yang baru dilihatnya untuk pertama kali, ruangan yang penuh lampu berwarna-warni, makanan, minuman yang beragam dan kerumunan yang asik menari dengan sempoyongan.
Melihat beberapa orang yang sempoyongan, ia teringat dengan paman mabuk yang pernah ditangkap om jaebum. Ia ingat kata om jaebum ia harus menjauh dari orang-orang seperti paman itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
We (TELAH TERBIT)
FanficMenjadi seseorang yang di tinggalkan memang menyakitkan tapi menjadi yang meninggalkan juga bukan hal yang menyenangkan. Ini cerita kami tentang kami orang-orang yang tak sempurna namun berusaha saling melengkapi. -------- (Semua gambar yang ada di...