Dikediaman keluarga Kim yang dikepalai oleh Kim Suho, malam ini tampak sunyi. Di ruang keluarga, Kim Suho duduk disebelah Irene menatap tajam ketiga anaknya.
Yeri si anak sulung tampak memalingkan wajahnya tak mau menghadap papanya, Jaemin si anak tengah menundukkan kepalanya seolah menyesali sesuatu, sedangkan Lia si anak bungsu ikut menundukkan kepalanya dengan perasaan gusar.
"Kalian tau apa salah kalian?" Tanya Suho dengan nada yang dingin dan tegas.
Melihat tak ada yang mau menjawab, Jaemin sebagai satu-satunya anak laki-laki di keluarga ini merasa harus mewakili kedua saudaranya.
"Maaf pa ini salah Jaemin. Jaemin yang lupa kasih tau papa kalau kak Yeri ada acara pulang malam dan nggak bantuin Lia ngerjain soal. Jaemin juga salah kabur kemarin."
Irene menatap kasihan ke anak-anaknya, sudah berulang kali Irene berdebat dengan Suho bahwa anak-anaknya tidak suka ditekan namun ujungnya tetap sama. Semua yang ada di rumah ini harus ikut aturan kepala keluarga jika ingin berhasil.
"Salah kamu? Sayang ambil rotan, Jaemin bilang ini salahnya dia yang akan terima hukuman" perintah Suho ke Irene.
Yeri sontak menatap tak suka papanya, "Yang salah kan Yeri kenapa, Jaemin yang dihukum?!"
"Kalau gitu kami harusnya ngaku kalau salah!"
"Papa udah tau aku salah lalu papa ngumpulin kita kayak gini buat apa? Buat ngelihat saudara kita dihukum?!"
"Jangan bicara dengan nada tinggi ya Yeri sama papa! Ini akibatnya kalau sering bergaul dengan anak-anak ugal-ugalan itu!"
Yeri menatap tak suka sang papa, dengan wajah memerah dia berkata "Yeri nggak ngerti cuma karena Yeri yang pulang malam dan Lia yang nilainya masih turun bisa-bisanya kemarin papa pukulan Jaemin".
"Dia anak laki-laki udah seharusnya kalian jadi tanggung jawab dia dan kamu harusnya sadar kalau kamu berulah akibatnya ke dia. Malah nantangin pulang malam"
Irene mengusap pundak suaminya agar tenang.
Suho berganti menatap Lia yang masih menunduk, "Lia! Kamu itu....kenapa sih Lia sekali aja kamu bisa menuju harapan papa sama Mama? Nilai kamu hancur, nggak jago ekstrakulikuler. Kamu yang semangat dong belajarnya, yang serius!"
"Papa!" Pekik Yeri mendengar kata-kata papanya yang secara tak langsung mengatai adiknya tak berguna.
Suho berganti menatap Jaemin, "dan kamu Jaemin sama kayak Lia! Papa paham kalian suka main tapi bisa nggak se enggaknya kayak Jeno, Ryujin yang imbang antara prestasi akademis, non akademis nya sama mainnya. Atau nggak kayak Haechan Somi yang lancar non akademis nya?!"
Jaemin mencengkeram kain celananya.
Suho menatap jengah anak-anaknya, "Bisa nggak sekali aj-..."
"Bisa nggak sekali aja papa berhenti bandingin kita sama anak orang lain?"
Suho mendekat ke Jaemin meraih lengannya dan dipaksa berdiri, "KAMU NGEJAWAB PAPA?! kamu harusnya sadar kalau kamu nggak sehebat mereka! Pikir pakai otak kamu gimana biar bisa kaya mereka!"
Irene sontak meraih lengan Suho, memisahkan paksa agar Suho tak kasar. Namun tenaga Suho lebih kuat daripada Irene.
Jaemin mengangkat kepalanya menatap papanya kecewa, "KALAU GITU HARUSNYA PAPA SADAR! Seberapa keras usaha kita nggak akan berhasil Dimata papa! Karena yang papa harapin itu SOSOK ANAK YANG SEMPURNA!"
PLAK!!!
"PAPA!"
"JAEMIN!"
Jaemin tersungkur ke kanan ketika tamparan keras dari papanya melayang mengenai pipinya
KAMU SEDANG MEMBACA
We (TELAH TERBIT)
FanficMenjadi seseorang yang di tinggalkan memang menyakitkan tapi menjadi yang meninggalkan juga bukan hal yang menyenangkan. Ini cerita kami tentang kami orang-orang yang tak sempurna namun berusaha saling melengkapi. -------- (Semua gambar yang ada di...