"sebenarnya aku tidak baik-baik saja tapi untuk hari ini aku bisa menjadi baik-baik saja."
-----------
Jeno bediri dengan pandangan kosong menatap lampu ruang operasi Eric. Rasa nyeri di dadanya makin kuat padahal dadanya baik-baik saja tidak ada luka. Jeno menoleh ke sekitar, ia melihat mama nya yang menangis meraung dengan baju penuh darah, papanya yang bertengkar dengan telpon dan menyumpahi kakeknya. Ia juga melihat Somi yang berlari kearahnya diikuti om Jaebum dan Om Jackson.
Jeno diam tak beranjak sedikitpun, wajahnya datarnya tak menggambarkan ekspresi apapun. Semuanya masih terasa mimpi baginya, tidak mungkin yang ada didalam ruang oprasi itu Eric kembarannya.
"Jeno"
Jeno kembali menoleh ke arah ruang operasi merasa Eric memanggilnya.
"Eric?" batinya.
"Babay Jeno~ hehehe nangis dong, gue mau liat muka jelek lo hehehehe"
Jeno menggelengkan kepalanya yang terasa sedikit pusing, ia pasti hanya berhalusinasi. Jeno tersentak saat merasakan tangan kekar merangkul pundaknya. Jeno menoleh mendongakkan kepalanya menatap Jaebum yang lebih tinggi darinya. Jaebum tersenyum menatap lembut Jeno yang hanya diam.
"Jeno ini bukan mimpi, kamu bingung banget ya?"
"om... Eric bakal baik-baik aja kan?" tanya Jeno dengan suara lirihnya.
Jaebum mengangguk "Kita doain ya"
Jeno mengangguk dan menyandarkan punggungnya ke dinding rumah sakit. Ia benar-benar khusuk berdoa, berulang kali ia merapalkan doanya.
tiga jam berlalu dan Jeno mendengar pintu ruangan terbuka tapi ia masih memejamkan matanya berdoa, berharap hal baik menyambutnya.
Detik berikutnya, tangisan dan teriakan tidak percaya menggelegar di indra pendnegarannya. Jeno kian merapatkan matanya dan mengeratkan kepalan tanganya, ia makin mengencangkan doa di dalam hatinya.
"Nggak Dok, anak saya- ERIC BUKA MATA KAMU INI MAMA!!"
"KAKAK!! KAKAK JANGAN GINI BERCANDANYA NGGAK LUCU HIKS HIKS Somi takut"
"ERIC INI PAPA HEY! Papa bakal marahin kakek, kamu nggak bakalan takut lagi tapi tolong bangun!"
Jeno membuka matanya perlahan dan masihmendapati Jaebum berdiri didepannya menatapnya. Jaebum menggeser tubuhnya sedikit dan Jeno bisa melihat dengan jelas tubuh Eric yang terbaring pucat diatas ranjang di bawa pergi. Kepala Eric ditutupi lagi dengan kain dan seorang dokter membacakan penyebab meninggalnya Eric.
Meninggal?
Eric pergi meninggalkannya.
Eric, saudara kembarnya pergi tanpa mengajaknya.
Eric yang biasa bersamanya dan menempel padanya kali ini berani pergi jauh sendirian tanpa dia.
Jeno mendongak menatap Jaebum, bibirnya sempat terbuka lalu mengatup lalu kembali terbuka.
"Om aku udah doa sepenuh hati sama Tuhan tapi kenapa Tuhan jahat banget? Aku selalu berdoa buat kebahagiaan Eric tapi kenapa Tuhan nggak kasih Eric bahagia? Aku bahkan tadi masih berdoa supaya Eric selamat tapi kenapa Tuhan malah bawa Eric? Kenapa Tuhan nggak bawa aku aja, kasihan Eric." Kata Jeno dengan nada marah serta ekspresi wajah datar.
Jaebum menghela nafas berat, matanya memerah menahan tangis ketika ia menatap mata kosong penuh kehilangan dari Jeno. Jaebum menarik Jeno kedalam pelukannya.
"Om Tolong anterin aku pulang ya? aku harus bersihin rumah, Eric minta diadaain party dirumah buat acara perpisahan."
--------------------------
Sesuai permintaan terakhir Eric, Jeno benar-benar mengadakan party perpisahan yang diminta Eric. Dengan cepat Jeno memerintah orang untuk mendekor ruangan dan menyediakan makanan kesukaan Eric.
KAMU SEDANG MEMBACA
We (TELAH TERBIT)
FanfictionMenjadi seseorang yang di tinggalkan memang menyakitkan tapi menjadi yang meninggalkan juga bukan hal yang menyenangkan. Ini cerita kami tentang kami orang-orang yang tak sempurna namun berusaha saling melengkapi. -------- (Semua gambar yang ada di...