Andai Saja

1.6K 311 46
                                    


Rose merasakan pening menhujam kuat kepalanya, ia merasakan mual dan lemas disekujur tubuhnya. Setelah merasakan agak mendingan ia membuka matanya melihat sekitarnya.

Rumah sakit.

Tempat itu disadari Rose ketika melihat banyaknya simbol-simbol kesehatan dan alat medis disekitarnya. Ia mengangkat sebelah tangannya yang terhubung dengan selang infus. Rose mengutuk dalam hati siapapun yang mencoba menolongnya.

apakah Tuhan benar-benar membencinya? mengapa setiap ia mencoba mengakhiri hidupnya selalu ada malaikat yang menyelamatkannya?. Apa Tuhan suka sekali melihatnya menderita? Ia sudah lelah hidup di dunia dan menjadi jahat.

sebelum terbaring di atas ranjang rumah sakit ini, Rose ingat jelas ia menegak banyak sekali obat kapsul dalam satu tegakan dan dengan terhuyung-huyung manikan tubuhnya keatas kursi dan mengaitkan kepalanya pada tali yang ia ikat di bagian atas sela-sela pintu kamarnya.

Ia sudah memilih cara yang tragis dan menyedihkan tapi mengapa...mengapa harus selamat?

Air mata Rose lagi-lagi lolos dari ujung matanya yang sayu, ia menangis. 

dadanya naik turun dengan cepat seiring isakannya yang makin kencang terdengar.

Didepan ruang rawat Rose, Ryujin duduk di kursi dekat pintu sambil meremas surat yang diberikan polisi kepadanya tadi. Isakan memilukan dari Rose menjadi Backsound sedih yang menyayat hatinya.

Halo?

sulit sekali mengatakan kata sapaan itu. Jangankan menyapa memanggil namamu saja saya nggak sanggup. Awalnya saya bingung dalam surat ini kata-kata apa yang harus syaa tuliskan, apa yang harus saya sampaikan? begitu banyak kata, emosi dan perasaan yang ingin saya sampaikan dan berharap kamu tahu semuanya. Sering saya merasakan seperti ini.

Kadang saya tiba-tiba ingin mengungkapkan dengan mengatakan semuanya tapi lagi-lagi saya mengurungkan niat karena ragu. Saya takut kata-kata yang saya ungkapkan menjadi belati tajam yang menyakitkan.

saya takut kamu tersakiti.

Terkadang saya juga penasaran tentang bagaimana kamu manjalani hidupmu? apakah kamu bahagia? apakah kamu terluka? saya tidak menemukan jawaban tapi saya selalu kamu baik-baik saja dan hidup penuh kebahgaiaan. Terkadang juga saya ingin memberi tahu bahwa disini saya tidak baik-baik saja dan terjebak dalam pulau kerinduan dan lubang penyesalan sendirian tapi saya rasa kabar saya bukanlah hal penting untuk kamu ketahui juga.

Andai saja, andai saja jika saya berani mengatakan semuanya dan mendekatkan diri pada kamu. apakah kamu mau menerima saya?

saya selalu penasaran akan hal itu tapi mengingat bagaimana saya memperlakukan kamudan menyingkirkan kamu membuat saya mengurungkan niat. Saya tidak berani mendekat karena takut menjadi tidak tahu diri.

sejujurnya saya ingin memberikan kasih sayang, kehangatan dan perlindungan untuk kamu yang selayaknya tapi tidak bisa karena alasan tertentu yang kamu sudah tahu. Kakak orang yang sangat berarti bagi saya, dia penyelamat saya.

Saya seperti orang bodoh yang merindukanmu dalam sepi dan memandangmu dari jauh. Saya bodoh karena sama sekali tak berani mengucapkan betapa bersyukurnya saya punya kamu dan seberapa besar saya mencintai kamu.

Ryujin anakku,

mama minta maaf buat semua perlakuan, perkataan dan semua hal buruk yang terjadi sama kamu. Jangan benci papa, dia tidak tahu apa-apa. Disini semuanya mama yang sepenuhnya salah dan bertanggung jawab. 

Andai saja Ryu, andai mama sedikit berani melawan semuanya. Mama nggak akan kehilangan kamu.

Maaf mama egois, maaf mama jahat. Kamu boleh benci mama.

We (TELAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang