Rahasia Jennie

2.1K 361 94
                                    

Kalau aku tau semuanya akan seperti ini, aku pasti akan lebih mempersiapkan diri untuk hari ini.
------

J

am menunjukkan pukul 14.40, sore itu Jennie  duduk  dengan gelisah di salah satu kursi restoran yang cukup ternama. Jennie mengetuk-ngetuk kan kuku panjangnya ke meja, menciptakan suara yang menandakan ia tak sabar menunggu.

Mata kucingnya melirik lagi kearah pintu masuk restoran. Sial, Jennie memang menduga hari ini akan tiba, namun ia tak pernah menyangka akan secepat ini dan ia belum mempersiapkan diri menghadapi ini.

Seorang wanita cantik berparas bak Dewi berambut hitam berjalan dengan tenang ke arah Jennie.

Jennie tersenyum terpaksa menyambut kedatangan wanita dihadapannya, "hai kak"

"Hai, maaf telat. Kamu mau pesen dulu?"

Jennie menyetujui dan mereka membuat pesanan.

Selepas kepergian pelayan, Wanita itu menatap Jennie sebentar lalu menghembuskan nafas pelan.

"Aku rasa kamu udah tau apa yang mau aku omongin Jen"

Suara dengan nada serius itu mampu membuat Jennie sedikit terintimidasi. Jennie menggelengkan kepalanya samar, tidak dia tidak boleh gentar. Ia sudah berjanji akan menutupi semuanya.

"Aku nggak ngerti omongan kak Irene, lagian tumben Kakak ngajak ketemuan diluar? Kenapa nggak dirumah?"

Irene mengangguk paham, bagaimanapun ini pasti sulit juga untuk Jennie. Pasti ada alasan bagi Jennie, tapi Irene tetap terkejut.

Mereka bertetangga sejak anak-anak mereka masih kecil, Jennie bahkan ia mengenal perempuan ini dengan baik sebagai teman adiknya bahkan sudah seperti adiknya sendiri.

Jennie yang selalu didekatnya ternyata mengetahui sebuha rahasia besar yang ia simpan rapat-rapat.

"Rose adik jinyoung, sahabat kamu dia hamil anaknya Jaehyun adik aku. Jaehyun nggak tau apapun tentang itu, tapi dia terpuruk karena kepergian rose sebagai sahabat dan... orang yang tanpa sadar ia cintai.

Jaehyun baru tau faktanya dan dia berusaha cari rose, tapi nggak ada sedikitpun jejak tentang rose tapi setiap kami cari tau tentang rose. Nama kamu selalu ada di bukti-bukti yang kami dapat.

Kamu tau sesuatu kan?"

Jennie menatap Irene sebentar, dari raut muka jelas sekali terlihat penyesalan dari wajah Irene.

"Bagaimanapun juga anak itu keponakan aku, tolong Jen beritahu aku dimana dia dan rose sekarang? Biarkan Jaehyun bertanggungjawab. Kamu nggak kasihan dengan hidup anak itu?"

"Nggak ada"

"Hng? Maksudnya"

Jennie hendak menjawab tapi terpotong dengan pelayan yang mengantarkan pesanan mereka.

"Nggak ada yang perlu dipertanggung jawabkan. Rose sudah bahagia dengan hidupnya, Jaehyun juga biar semua kayak gini aja"

Irene menggeleng tak setuju, "anak mereka? Dia butuh ayah kandungnya Jen"

"Dia nggak butuh ayah kandungnya, dia juga nggak butuh ibu kandungnya" ucap Jennie sedikit kesal.

"Maksud kamu?"

Jennie menghela nafas berat, "anak itu udah nggak ada, menurut Kakak apa bisa rose membesarkan seorang anak seorang diri tanpa ayah? Keluarganya bahkan mengusir dan mencacinya."

"Harusnya rose minta pertanggung jawaban jaehyun?!"

Jennie melirik sekitar meminta Irene memelankan suaranya, "bagaimana mungkin? Bahkan Jaehyun diharuskan memiliki masa depan yang tertata rapi dengan citra bersih. Bagaimana bisa rose bilang bahwa ia mengabdi anak hasil perbuatannya"

We (TELAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang