Sulit Sekali Untuk Mengikhlaskan

1.4K 299 36
                                    

Ryujin memeluk erat tubuh Jeno yang bergetar karena menangis dengan diam tanpa berkata apapun. Semuanya juga terasa tak nyata bagi Ryujin. Eric dan kepergiannya, menjadi tanda tanya besar di benak Ryujin.

Baru beberapa Minggu lalu Eric mengenalkannya tempat indah untuk berbagi cerita, baru beberapa Minggu Eric lebih sering berada disekitarnya, dan baru beberapa jam lalu Eric mendatanginya dengan senyum riangnya.

Ryujin bahkan masih ingat kejadian kemarin itu

Flashback

"Ryu, gue tau kita jarang skinship atau kontak apapun secara tiba-tiba tapi.. gue boleh minta peluk Lo nggak? Agak lama. Gue lagi pengen banget meluk Lo sama anak-anak juga. Tapi semuanya nolak pas mau gue peluk"  kata Eric dengan cemberut.

Ryujin menatap aneh ke arah Eric, "nggak bisa sembarang peluk kan gue sekarang ada hati yang harus dijaga, nanti kalau si dower lihat terus salah paham gimana?"

"Sekali aja~ ya? ya? Kan gue mau pergi nanti Lo kangen" Mohon Eric dengan menunjukkan jari telunjuknya dan gestur sok imut yang menyebalkan dimata ryujin.

"hah~ Alay banget, buruan sini"

Ryujin akhirnya mengangguk dan merentangkan tangannya, dengan riang Eric mendekat memeluk Ryujin erat.

Eric dan Ryujin berpelukan dalam diam cukup lama.

"Gue pasti bakalan kangen banget sama wangi rambut Lo yang belum keramas dua hari ini hehehe." ucap Eric memecah keheningan.

Ryujin memukul punggung Eric dan berusaha mendongak "malah ngatain!"

Eric mendorong kepala Ryujin agar mendekap di dadanya dan tak mendongak melihat wajahnya.

"Serius, gue bakalan kangen banget sama Lo deh kayaknya. Lo tuh udah kayak adek buat gue sama kayak Somi. Rasanya gue rela ngasih apapun buat Lo asal Lo nggak sakit atau sedih, tapi nggak jadi sedih deh kan Lo ada Haechan yang bakal ngelindungi Lo kan?"

Ryujin diam menyimak tuturan Eric dalam diam.

"Dengerin gue ya, hari ini mungkin bakal jadi hari terakhir gue meluk Lo. Hari terakhir gue nemuin Lo disini ditempat rahasia kita, kalau Lo kangen gue bisa kesini sesekali tapi gue nggak suka kalau Lo nangis setiap kesini. Sesekali aja nangisnya.

Hari ini juga hari terakhir gue ngata-ngataiin Lo. Ryujin, kayaknya hari ini juga bakalan jadi hari terakhir juga Lo denger suara gue. Tapi walaupun nanti gue jauh gue tetep bisa jadi kakak Lo kan kayak lo nganggep Haechan? Lo masih anggap gue kan walaupun gue jauh?"

Ryujin mendengar penuturan Eric dan mengangguk. Entah mengapa , suara rendah dan lembut Eric seperti menghipnotisnya untuk diam saja.

Eric mengelus rambut kepala Ryujin dengan lembut dan sayang.

"Ryujin itu anak baik, makasih ya udah selalu ingat gue dan nolongin gue. Tetep jadi Ryujin anak baik yang walaupun sambil ngeluh dan ngegerutu tapi nurut ya, tetep jadi Ryujin yang rendah hati, pemaaf dan sayang kesemua orang dan Makasih ya udah jadi ryujinya, kak eric."

Eric melepaskan pelukan mereka, Ryujin mendongak menatap Eric yang sedang tersenyum lebar dengan mata serta hidung memerah. Senyuman hangat yang Eric tunjukan rasanyajanggal dan menyedihkan. Eric merogoh saku celananya dan memberikan sebuah kunci dengan gantungan kucing ke telapak tangan kanan Ryujin.

"Ini kunci ruangan kecil yang ada di taman belakang itu. Ada banyak flashdisk disana, tolong kasih ke setiap nama sesuai sticker di flashdisk ya nanti? Terus... Boleh minta tolong lagi nggak? Siapapun yang paling banyak nangis besok ataupun paling sedih nanti, tolong ya, tolong peluk Jeno ya? Peluk dia dengan erat ya? Nggak perlu nyemangatin cukup peluk aja."

We (TELAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang