Tahap 1

2.1K 358 95
                                    

Ryujin duduk di kursi bis bagian belakang dengan gusar, jam di pergelangan tangannya sudah menunjukkan pukul 7 malam.

Ia merutuki dirinya yang bisa-bisanya tertidur di apartemen milik rose hingga malam ditambah ia yang tak sadar jika handphonenya kehabisan baterai. "Duh bunda pasti marah" batinya kalut.

Rose yang sempat ngotot ingin mengantarnya pulang karena hari sudah larut dan diluar hujan deras membuat waktunya pulang semakin terulur. Lagipula ia tak mungkin diantar rose, bisa ketahuan kalau ia berbohong soal sekolahnya yang libur.

Bis berhenti di halte dekat gerbang perumahannya, membuatnya buru-buru turun. beruntungnya langit malam hari ini bisa diajak kompromi dengan berhenti menjatuhkan airnya dari atas sana. Di pijakan pertamanya di halte, Ryujin terkejutnya dengan sosok Jeno yang duduk diatas motornya menatap lega ke arahnya.

Kaus tipis berwarna biru milik Jeno yang  lembab, rambut yang lepek basah kuyup dan tubuh Jeno yang mengigil menandakan bahwa laki-laki itu baru saja terguyur hujan.

"Kak Jeno?"

Dengan wajah khawatir Jeno mengeluarkan jaket dari dalam jok motornya, "dingin pakai"

Ryujin menggelengkan kepalanya menolak dan justru menyampirkan jaket milik Jeno ke kedua pundak Jeno.

"Kak Jeno bawa jaket tapi kenapa malah nggak dipakai? Kak Jeno nggak sadar kalau tubuh kakak mengigil kedinginan?"

jeno terdiam menahan nafas, ia memperhatikan wajah ryujin yang kini mencoba mengikis jarak mendekat ke tubuhnya. "kak jeno habis dari mana kok basah kuyup gini?"

Ryujin merapikan sampiran jaket ditubuh Jeno.

bukannya menjawab Jeno justru menampilkan sabit di kedua matanya tanpa menjawab.

bukannya menjawab Jeno justru menampilkan sabit di kedua matanya tanpa menjawab

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Malah senyum ditanyain juga"

"Nunggu kamu, ee.. bukan tapi diminta tolong om jinyoung tadi"

Mendengar nama ayahnya membuat Ryujin kembali saat dan makin khawatir "aduh ayah smaa bunda nyariin aku ya kak?"

Jeno mengangguk "kamu kenapa bolos sendirian? Nggak biasanya?"

Kata Jeno sambil memakaikan helm ke kepala Ryujin. Jeno tahu ini bukan saatnya berbucin ria, tapi melihat Ryujin dengan jarak sedekat ini membuatnya tak bisa mengontrol senyuman dan debaran jantungnya.

Ryujin terlalu cantik baginya walau hanya menunjukkan ekspresi tanpa senyum dan wajah tanpa make up seperti sekarang.

Mendengar pertanyaan Jeno, Ryujin jadi bingung memikirkan alasan apa yang cocok untuk berbohong lagi.

Sepertinya benar kata orang kalau berbohong itu tidak baik, satu kebohongan akan menciptakan kebohongan lainnya.

"Kalau alasannya rahasia nggak papa jangan diceritain asal jangan rahasia aneh-aneh."

We (TELAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang