Kami berganti pakaian, lalu pergi ke sabana Batu Merah tempat kami latihan kepemilikan. Rerumputan di sini masih setinggi seratus sampai seratus dua puluh sentimeter dengan perpaduan warna kuning keemasan. Pohon-pohon akasianya masih sama seperti yang aku ingat. Kami berteduh di salah satu pohon akasia besar. Di sini masih sekitar pukul tiga siang.
Febri membawa sebuah kantong serut lusuh. Ada bordiran Arab gundul melingkar, dimulai dari atas sampai ke bagian bawah. Aku yakin isinya bukan biskuit berselai keju. Lalu dia mengambil sebuah kendi keramik berukuran dua ratus lima puluh mili, warnanya hijau, ada tulisan angka satu dalam bahasa Arab. Lalu dia membuka tutup botol yang menutupnya, tutup botol itu mirip angka satu dalam bahasa Arab juga. Lalu sebuah asap keluar dari kendi itu. Febri menjatuhkannya ke atas tanah. Sesuatu yang mirip manusia kurus kerontang terbentuk dari asap itu. Dia sangat tinggi, mungkin mencapai dua meter, tapi tubuhnya mungkin hanya terdiri dari tulang dan kulit yang hitam mengkilap saja. Matanya hanya berupa cahaya hijau.
Kami bertiga langsung mundur panik ke arah belakang. Kami benar-benar terkejut dengan apa yang kami lihat. Febri memiliki jin dalam kendi? Itu mungkin bukan Jin, itu Setan, karena kami merasakan aura negatif.
"Kakak memelihara makhluk itu juga?" tanya Tristan, matanya menatap ke arah si Setan——aku belum tahu namanya.
"Tidak. Kakak hanya menjadikannya sebagai tahanan, untuk melatih kalian," jawab Febri.
"Berani-beraninya kau!" Setan itu membentak Febri.
Febri menatapnya dengan tatapan dingin. "Kau harus tahu posisimu di sini."
Setan itu langsung menciut. Aku baru menyadari jika lehernya dirantai oleh tumbuhan berduri yang terhubung dengan kendi keramik. Tumbuhan itu berwarna hitam dan duri-durinya berwarna merah.
"Aku mengetahui namamu, dan aku memiliki kuasa atas dirimu," kata Febri.
"Rrraaaarrrr!" Setan itu berjalan pincang ke arah Febri.
"Level satu saja sombong," ucap Febri. "Diam kau, Balatu."
Si Setan, atau si Balatu, langsung mematung.
Febri mengambil kendi ke dua. Warnanya masih sama, bedanya ada angka dua dalam bahasa Arab, begitu pula dengan tutupnya. Febri membuka tutupnya dan menjatuhkan kendi itu, lalu asap kembali keluar. Sekarang asap itu membentuk kuntilanak. Dia terkikik-kikik.
Aku dan Tristan langsung mundur——sebenarnya aku mundur lebih jauh dari Tristan, hantu adalah... sudahlah. Sedangkan Nova diam saja. Aku menelan ludah dengan susah payah.
"Apa, dia, hantu, asli?" tanyaku, dengan agak sedikit terbata.
"Hantu itu tidak ada," kata Tristan, dia langsung melirik Febri. "Ya, kan, Kak?"
"Iya. Para jin menyerupai bentuk orang mati untuk menakut-nakuti manusia. Karena orang mati tidak lagi berada di dunia yang sama dengan kita. Seharusnya kalian sudah tahu itu," jawab Febri. Febri langsung melirik si kuntilanak. "Kau harus diam, Kanala."
Kuntilanak atau si Kanala ini diam, ada rantai perak yang melingkari lehernya. Kendi ketiga sampai ke tiga belas Febri buka. Kendi itu berwarna sama, hanya dibedakan oleh nomor yang tertulis di atas kendinya saja, di mulai dari angka tiga, sampai tiga belas dalam bahasa Arab. Tutupnya pun sama, dimulai dari angka tiga, sampai tiga belas. Dan, rantai yang mengikat leher mereka pun berbeda-beda.
Nomor tiga ada anak perempuan kecil bergaya rambut Bob. Namanya Baluta, dia diikat oleh kain berwarna merah. Nomor empat ada ular hijau biasa sepanjang empat meter, dia diikat oleh sesuatu mirip arang, berwarna hitam, namanya Lilita. Nomor lima ada burung unta berkepala jerapah, namanya Jalanu, dia iikat oleh tumbuhan yang masih memiliki daun. Nomor enam ada gorila yang memiliki gading gajah, namanya Konio, dia diikat oleh sesuatu yang mirip ikat pinggang berwarna cokelat. Nomor tujuh ada manusia biasa, tapi badan bagian bawahnya adalah kalajengking, dia bernama Kala, dia diikat oleh tali yang bersinar keemasan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aran Alali #1: Hujan Darah Iblis
Fantasía[SELESAI] [FANTASI] [13+] "Aku pikir, hidupku normal seperti remaja empat belas tahun lainnya. Hanya memusingkan tentang pacaran, jerawat, bermain, dan sebagainya. Tapi, hidupku lebih daripada itu." Aran, seorang remaja yang kehidupnya seketika ber...