"Uuuueeeeeekkkkkk!!" Aku dan Nova berbalik ke belakang dan mulai memuntahkan apa saja yang ingin perut kami muntahkan.
Otak kami dipaksa mencerna sesuatu yang baru, dan mengubah sesuatu yang lama. Itu sebabnya kami muntah——manusia bisa saja gila jika mendengar atau melihat sesuatu yang menurut otak mereka tidak normal dan aneh, secara tiba-tiba——kami cukup beruntung hanya muntah saja. Seperti halnya ketika melihat sebuah kecelakaan hebat atau pembunuhan berdarah, jiwa mereka cenderung syok. Lalu setelah beberapa saat, mereka akan kembali normal. Karena otak mereka telah menerima kejadian yang baru saja mereka saksikan.
Dan itulah yang terjadi pada kami. Otak kami syok, dan sedang mengolah setiap informasi yang baru saja kami dengar. Mencocokkan dengan setiap kejadian aneh yang terjadi beberapa hari kebelakang. Semoga jiwa dan otakku bisa menerimanya, agar aku tidak gila di kemudian hari. Atau, mungkin aku harus memeriksakan diri ke rumah sakit——itu yang dikatakan oleh perawat sekolah dua hari yang lalu.
"Kenapa kau tidak muntah, Tristan?" tanya Bang Ahad, saat melihat Tristan hanya memandang lurus ke depan.
Aku meliriknya sambil mengusap sisa-sisa cairan di bibirku. Ini menjijikkan. Nova masih berbalik ke arah belakang.
Tristan diam. Sekilas, tubuhnya menegang, dia menahan napas, dan matanya menatap tak tentu arah. Kebiasaannya ketika dia sedang menyembunyikan sesuatu. "Sebenarnya aku muntah. Tapi aku telan lagi." Semoga dia berkata jujur, dan aku pikir sepertinya dia memang jujur.. Tristan tidak terbiasa berbohong.
Hampir lima menit, Bang Ahad tidak berbicara apa-apa. Dia membiarkan kami untuk menenangkan diri dan, tentu saja, menenangkan pikiran. Tristan mungkin diam saja, tapi aku tahu, dia pun merasa pusing sampai-sampai otaknya ingin meledak. Bang Ahad tersenyum. "Jadi, sekarang kalian sudah ingin bertanya?"
"Oke, aku sudah tidak sabar ingin mendengarnya," ucap Nova. "Jadi sebenarnya keluarga kita itu apa, Bang? Apa itu Hamia? Apa Hamia itu sama seperti penyihir? Itu sebabnya kita harus mendengar dan merasakan... kehadiran monster di umur kami yang ke empat belas? Tapi bukankah penyihir itu bertambah kuat di umurnya yang ke enam belas?" Sepertinya Nova sudah tertular oleh Tristan.
"Wow," decak Tristan sambil menatap Nova dengan tatapan tidak percaya. "Seharusnya pertanyaan-pertanyaan itu keluar dari mulutku."
"Abang jelaskan," aku Bang Ahad. "Keluarga kita bukan penyihir. Kita adalah Kaum Hamia, yang memiliki arti pelindung. Itu sebabnya kita memiliki kepemilikan, yang diciptakan untuk melindungi."
"Kepemilikan? Maksud Abang kekuatan yang dimiliki oleh Anty, Putri, Maman, dan Ramdhani?" tanya Tristan.
"Ya. Itu namanya kepemilikan. Yang dimiliki setiap individu Kaum Hamia. Itu yang menjadi acuan, bahwa kalian adalah seorang Hamia. Dan bukan sihir. Kepemilikan itu akan mulai muncul berbarengan dengan terjadinya... masa akil baligh. Biasanya setiap individu berbeda-beda. Ada yang dari umur sembilan tahun sudah memperlihatkan kepemilikannya, dan ada pula yang baru memperlihatkannya ketika berumur tujuh belas. Namun, para leluhur kita memilih memberitahu dan menceritakan hal-hal semacam ini di umur kalian yang ke empat belas. Karena pemikiran anak di umur-umur seperti empat belas ini masih fleksibel untuk menerima hal-hal baru, ketimbang umur-umur lainnya."
Tristan kembali bertanya, "Jika bukan sihir, lalu kepemilikan itu apa? Apa bedanya?"
"Begini, Abang akan menjelaskannya sedikit," ucap Bang Ahad. "Mekanisme sihir itu berbeda dengan kepemilikan, sihir tidak datang sendiri atau diturunkan secara turun temurun——sebenarnya ada pula sih, sihir yang diturunkan secara turun temurun. Tapi tetap saja penggunaannya berbeda. Sihir didapat dari perjanjian antara manusia dan Iblis. Dan ada sebuah jampi-jampi yang harus mereka ucapkan ketika mengeluarkan atau menggunakan sihir, nama kerennya mantra. Sedangkan kepemilikan, kita tidak perlu menggunakan perkataan atau semacamnya untuk memanggil untuk mengeluarkannya. Cukup merasakannya saja. Karena kepemilikan itu berasal dari diri kita sendiri, bagian dari diri kita sendiri, didapat berdasarkan cerminan diri kita sendiri. Sihir itu terlarang bagi kita, para Kaum Hamia. Bagi setiap manusia, tepatnya. Karena menggunakan sihir, berarti berpaling dari agama, dan termasuk kegiatan menyekutukan Tuhan."

KAMU SEDANG MEMBACA
Aran Alali #1: Hujan Darah Iblis
Fantasía[SELESAI] [FANTASI] [13+] "Aku pikir, hidupku normal seperti remaja empat belas tahun lainnya. Hanya memusingkan tentang pacaran, jerawat, bermain, dan sebagainya. Tapi, hidupku lebih daripada itu." Aran, seorang remaja yang kehidupnya seketika ber...