Tristan yang awalnya berlari ke arah Febri dengan cepat, mendadak melambat dan malah berjalan pelan. "Kakak?"
Terdengar suara tawa kecil Febri——jujur, aku jarang sekali mendengar Febri tertawa. Dan lagi, aku berpikir jika Febri tewas. Tapi ternyata....
"Hentikan, Wahid," kata Febri, dia masih tertawa kecil. Kucing bergigi pedang yang mencengkeramnya sedang menjilati Febri.
Satu kucing lainnya sedang berguling-guling di atas rumput, dan kucing lainnya sedang menjilati kaki depannya.
"Kakak?" Tristan berjalan semakin dekat dengan Febri.
Tiga kucing besar itu langsung menatap Tristan dengan tatapan mata nyalang mereka yang mengerikan.
"Kakak?" Nada suara Tristan berubah menjadi agak takut——ya, bagaimana tidak takut, kau sedang ditatap kucing yang memiliki taring sepanjang lima puluh sentimeter dengan berat satu ton.
"Jangan makan dia, kalian bertiga. Itu adikku," ucap Febri. Kucing tadi yang sedang menjilati kaki depannya kembali melakukan hal itu. Sedangkan kucing yang di atas Febri, langsung berbaring menindih tubuh Febri.
"Wahid, ayolah." Kucing bergigi pedang yang menindih tubuh Febri malah membuka mulutnya lebar-lebar dan menjulurkan lidahnya, mirip anjing yang sedang menurunkan suhu tubuhnya. Dan tinggal kucing terakhir yang tadi sedang berguling-guling di atas rerumputan, sekarang berjalan mendekati Tristan.
"Kakak?" Tristan berjalan mundur perlahan-lahan. Tubuhnya membuat posisi waspada——tentu saja, sejinak-jinaknya hewan buas yang dipelihara, mereka tetap disebut sebagai hewan buas.
Kucing ketiga yang mendekati Tristan semakin mendekati Tristan. Matanya nyalang menyeramkan, dia menjilat hidungnya beberapa kali. Tristan mematung ketika kucing besar itu berjalan melingkarinya.
"Dia memilihmu, Dek. Bukankah kau selalu menginginkan kucing peliharaan?" Febri sudah berdiri tegak dengan tangan kanannya yang terangkat, mengangkat kucing besar yang tadi menindihnya, hanya dengan satu tangan.
Tristan masih terlihat ngeri, kucing itu semakin mendekati Tristan.
"Dia minta digaruk," ucap Febri.
Tristan menelan ludahnya. "Kakak yakin?" Dengan hati-hati, Tristan mengulurkan tangan kanannya untuk mengelus dahi kucing bergigi pedang itu. Telapak tangannya pun sampai di dahi kucing tersebut. Kucing itu masih diam, lalu Tristan menggaruk-garuknya. Kucing besar itu mendengkur, lalu semakin mendekatkan kepalanya ke arah Tristan, menyundul-nyundul tubuh Tristan dengan manja.
Tristan tersenyum lebar, memperlihatkan gigi dan lesung pipinya. "Kita akan bersahabat, Kawan."
Aku tahu semua anggota keluarga Tristan menyukai kucing, dan, aku belum pernah melihat mereka memelihara hewan itu. Dan sekarang aku tahu, kenapa mereka tidak memelihara kucing sejak dulu, ya, karena mereka menyukai kucing seperti ini. Mungkin. Aku juga menyukai kucing, tapi selera kucingku dan selera kucing keluarga Tristan berbeda.
"Kucing yang besar, bukan? Mereka spesies terbesar dari jenis mereka," kata seseorang yang aku tahu suaranya berasal dari arah atas.
Nova dan aku mendongak untuk melihat siapa gerangan. Kak Gita sedang terbang beberapa meter di udara dengan sayap capungnya. Tubuhnya kembali diselimuti pakaian aneh——mungkin pakaian itu muncul ketika Kak Gita berubah bentuk, tapi entahlah, itu hanya opiniku saja.
"Aku juga menyukai kucing, tapi bukan kucing seperti itu yang aku suka," kata Kak Gita.
Nova kembali mendongak ke arah Kak Gita setelah memalingkan pandangannya ke arah Tristan yang sekarang sedang menggaruk-garuk leher kucing bergigi pedang. "Kenapa kucing bergigi pedang raksasa itu bisa langsung akrab dengan Tristan?" tanyanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Aran Alali #1: Hujan Darah Iblis
Fantastik[SELESAI] [FANTASI] [13+] "Aku pikir, hidupku normal seperti remaja empat belas tahun lainnya. Hanya memusingkan tentang pacaran, jerawat, bermain, dan sebagainya. Tapi, hidupku lebih daripada itu." Aran, seorang remaja yang kehidupnya seketika ber...