Kejadian kemarin adalah kejadian menakjubkan dan sulit dipercaya yang masuk kedalam daftar Kejadian-Kejadian Aneh Dalam Hidupku—terlalu banyak kata kejadian. Rasa penasaranku sebenarnya sedikit terobati, tapi juga malah semakin banyak pertanyaan yang terbersit. Sore ini, katanya, semuanya akan dijelaskan kepada kami. Itu artinya jadwal latihan drama dimajukan menjadi pukul dua siang.
Apa yang aku katakan kemarin benar terjadi. Setelah tiga hari tidak turun hujan, akhirnya turun juga. Sejak semalam, hujan terus turun. Sampai-sampai membuat suhu pagi ini menjadi super dingin.
Tapi anehnya aku tidak terlambat bangun. Ketika Ayah masuk untuk memastikan jika aku sudah bangun atau tidak——dia akan kembali untuk menyiramku jika aku belum bangun, dia langsung menemukanku sedang berbaring menghadap jendela yang ada di bagian atas ranjang. Melihat hujan rintik-rintik dari balik kaca jendela yang gordennya sudah aku buka. Ya, posisi tidurku tidak jelas, dan tubuhku masih terbungkus bedcover motif anime One Piece.
"Kau sudah bangun?" tanya Ayah, sambil berjalan mendekat.
"Sudah." Aku sudah bangun sejak suara alarm berbunyi sekitar empat puluh menit yang lalu. Tapi aku malas pergi ke kamar mandi. Sangat dingin.
"Ini sudah pukul enam kurang lima menit, Aran," katanya, sekarang dia sudah berada di sisi ranjang.
"Ya, aku tahu." Mataku masih terpaku pada hujan.
Ayah menyibakkan rambutku lalu telapak tangannya memegang dahiku. "Apa kau sakit?"
Aku pikir aku tidak sakit, hanya sedang banyak pikiran saja——gayaku sudah seperti orang dewasa yang selalu banyak pikiran. Apa lagi aku masih mencoba bersikap baik-baik saja di depan Ayah dan Bunda, padahal aku kecewa pada mereka karena belum menceritakan tentang... bahwa aku adalah anak kembar.
"Aku rasa tidak," jawabku, masih tidak melihat wajah Ayah.
Wajah Ayah yang awalnya setengah akan marah, tiba-tiba berubah. Aku bisa melihatnya walaupun tidak secara langsung. "Kalau begitu, cepat ke kamar mandi dan berganti pakaian. Bubur ayam Mang Oding akan sudah menunggumu ketika kau selesai nanti." Sambil tersenyum kecil, tapi nada suaranya berubah.
Aku mengangguk.
Ayah keluar dari kamarku.
Aku mengembuskan napas, lalu mulai beranjak untuk pergi ke kamar mandi. Aku kira aku tidak akan mandi, cuacanya sangat dingin. Lagi pula hari ini sekolah pasti akan memperbolehkan siswa untuk mengenakan pakaian tebal sampai ke dalam kelas.
Setelah selesai mencuci muka, menyikat gigi, mencuci ketiak, dan bagian-bagian tubuh lainnya yang serupa, aku keluar kamar dengan sudah mengenakan seragam sekolah dan Hoodie merah yang sedikit kebesaran. Tas punggung ada di sebelah bahuku.
Ketika sudah duduk di meja makan, aku meletakkan tas punggungku di lantai, dan mulai menyantap bubur ayam Mang Oding tanpa melirik ke arah Ayah yang masih memperhatikanku tanpa bersuara.
Sarapan selesai, mencium dan berpamitan kepada Ayah dan Bunda selesai, aku langsung menemui Tristan yang sudah menjemputku di depan. Jam menunjukkan pukul enam lewat delapan belas menit pagi. Dia mengenakan sweater wool rajut berkerah tinggi yang memiliki corak rajutan yang cantik, warnanya cream muda dan hampir mendekati putih.
"Ini, dari Kakak. Katanya hadiah ulang tahun ke empat belas untukmu." Dia menyerahkan paper bag berwarna cokelat padaku.
Aku sedikit terkejut, lalu menerimanya. "Oh, tolong ucapan terima kasih padanya." Aku melihat ke dalam paper bag cokelat itu. "Dia tidak pernah memberiku hadiah sebelumnya." Aku melirik Tristan.
"Entahlah, dia juga memberi Nova hadiah ulang tahun dua bulan yang lalu."
Aku mengambil hadiah ulang tahunku. "Sweater rajut?" Sambil memperlihatkan sweater wool rajut yang mirip dengan milik Tristan tetapi berbeda warna. Punyaku seperti menggunakan benang wool berwarna biru muda dan merah yang menyatu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aran Alali #1: Hujan Darah Iblis
Fantasia[SELESAI] [FANTASI] [13+] "Aku pikir, hidupku normal seperti remaja empat belas tahun lainnya. Hanya memusingkan tentang pacaran, jerawat, bermain, dan sebagainya. Tapi, hidupku lebih daripada itu." Aran, seorang remaja yang kehidupnya seketika ber...