46. Air Laut Itu Asin

48 13 19
                                    

Ombak itu menghanyutkan kami bertiga ke lautan. Aku melihat kedua sepupuku tenggelam dan muncul beberapa kali. Kami hanyut dalam waktu sekitar lima menit, atau entahlah, aku tidak melihat jam. Sampai akhirnya air laut menenggelamkan kami bertiga sedalam empat meter ke dalam. Kami melihat permukaan dan berenang ke sana. Setelah berada di permukaan, aku menarik napas dan menghirup udara sebanyak-banyaknya.

Tristan terbatuk-batuk. "Kenapa kau tidak berubah menjadi ikan koi?!" bentaknya kepada Nova.

"Aku lupa," balas Nova.

"Oh, jadi sekarang selain menyebalkan kau juga pikun?"

Nova merah padam. "Aku panik!!" Sekarang terbukti jika kepanikan itu hal yang membuatmu celaka. "Lalu kenapa kau juga tidak berubah menjadi besi berat agar tenggelam ke dasar laut?!"

"Aku sudah sangat kesal." Tristan menggerakkan gigi-giginya. "Jangan hentikan aku untuk menjambak rambutnya, Aran!" sambil berenang mendekati Nova.

Karena aku tidak akan langsung menurut saat diberi tahu, aku menghalangi Tristan untuk menjambak rambut Nova. Integritasnya sebagai laki-laki bisa jatuh jika dia berhasil melakukan itu. "Tristan, kendalikan dirimu!" Aku tidak sengaja menamparnya.

Tristan memegangi pipinya yang aku tampar. Matanya terbelalak menatapku.

"Maaf, aku tidak sengaja."

"Kau tega menamparku, Aran? Demi membela si Gemuk ini?" tanyanya.

"Permisi!" Nova tidak terima.

"Aku tidak sengaja. Aku minta maaf," ucapku.

"Aku tidak akan menyapamu." Setidaknya aku akan merasa damai sampai akan tidur nanti malam——jika kejadian ini sudah selesai pada saat itu. Lagi pula Tristan tidak akan tahan, dia akan mulai menyapaku lagi, atau bertanya padaku. Lihat saja nanti.

"Dan kau, Gemuk! Apa kau bisa berubah menjadi sesuatu yang berguna, agar bisa membawa kami kembali ke daratan?"

"Oh. Kau harap aku akan menolongmu setelah kau menghinaku?"

"Apa kalian berdua tidak bisa akur sehari saja?" tanyaku. "Kita dalam sedang keadaan genting sejak tadi. Sepupu-sepupu kita sedang bertarung. Dan Febri sedang melawan Iblis tingkat Jenderal. Dan kalian? Kalian sejak tadi hanya bertengkar, dan apa yang kalian dapatkan dari pertengkaran kalian?"

Nova dan Tristan menatapku, mereka mengerjapkan mata mereka beberapa kali. Tunggu, aku juga bingung dari mana datangnya kata-kata itu, biasanya aku diam saja dan hanya sekedar menengahi mereka berdua agar tidak saling jotos ketika sedang bertengkar.

"Baiklah, aku akan berubah menjadi paus orca, dan membawa kalian ke daratan," ucap Nova. "Kau senang, kan, Sepupu Tengil?"

"Tengil, tengil, tengil." Tristan tidak terima.

"Setidaknya aku masih menganggapmu sebagai 'sepupu'."

Tristan akan membuka mulutnya. Aku langsung menyumpalnya dengan tangan kananku. Jika tidak, perang saudara akan terjadi lagi. Tristan menepis tanganku. "Singkirkan tanganmu. Rasanya seperti ikan asin."

Tubuh Nova diselimuti oleh cahaya merah muda dan sedikit warna biru muda. Lalu cahaya itu berubah menyerupai bentuk paus orca. Dan, cahaya menghilang, Nova berubah menjadi paus orca.

"Kau cantik jika seperti ini," puji Tristan, walaupun itu terdengar seperti sebuah hinaan.

"Terima kasih. Setidaknya ada kata 'cantik', meskipun itu fitnah, tapi aku suka," balas Nova, yang sudah berubah menjadi paus.

Akhirnya. Akur juga. Telingaku nyaris berdarah karena perdebatan mereka berdua.

Kami berenang mendekati Nova untuk naik di atasnya. Namun tiba-tiba, burung atau dinosaurus terbang yang waktu itu pernah akan menabrak kaca jendela kelasku datang mencengangkan tubuh bagian atasnya dan membawa Nova terbang.

Aran Alali #1: Hujan Darah IblisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang