31. Meditasi

70 14 5
                                    

Matahari menampakkan sinarnya dari jendela kamar. Aku langsung terbangun dan meregangkan tubuh. Tristan masih meringkuk sambil memeluk gulingnya, selimutnya sudah ada di lantai——kasur ini sudah cukup luas, dan aku tidak tahu tidurnya seperti apa sampai bisa menjatuhkan selimut ke bawah.

Tidurku nyenyak tadi malam——sebenarnya sejak hari pertama tidur di kamar ini, tidurku selalu nyenyak, padahal biasanya aku bukanlah tipe orang yang gampang tertidur walaupun di kamar sendiri, tapi ini... oh iya, mungkin aku kelelahan. Aku merasa baru selesai tertidur selama seminggu. Badanku terasa segar, tidak ada rasa nyeri atau apapun yang menggangguku kemarin. Aneh tidak, ya? Ah, mungkin karena kasur yang seempuk awan ini penyebabnya.

Aku berjalan mendekati Tristan untuk membangunkannya, lalu pergi ke kamar mandi untuk membersihkan dan mempersiapkan diri untuk latihan hari ini: meditasi.

Empat puluh lima menit setelah memakan menu sarapan pagi seperti biasa, kami kembali ke tempat berlatih kemarin. Febri langsung mengajak kami ke sisi lain pendopo. Ke sebuah tempat mirip lapangan luas yang cekung kedalam mirip sebuah wajan raksasa, dikelilingi oleh batuan yang menjulang tinggi. Di beberapa bagian tempat ini terdapat batuan yang menyembul dari dalam tanah, bentuk dan ukurannya sama besar——mirip gigi ikan hiu, bahkan jarak antara satu batu dan yang lainnya hampir sama. Aku bertanya-tanya apakah batuan ini sengaja ditanam seperti itu atau terbentuk alami. Karena sangat banyak, mungkin ratusan sampai ribuan jumlahnya. 

Nova menjadi orang pertama yang bertanya, "Apa kami akan meditasi di tempat seperti ini, Bang?"

Febri mengangguk kecil.

"Tapi bukankah tempat meditasi itu biasanya adalah tempat yang nyaman? Seperti di pinggir sungai, di bawah air terjun, di bawah pohon rindang, di atas gunung yang sejuk dengan semilir angin, atau di dalam gua yang indah dengan pemandangan stalagtit dan stalagmit. Tapi ini..." Nova menatap batuan runcing mirip gigi hiu tersebut. Kemudian menatap langit yang sedang menampilkan matahari yang dihiasi gulungan awan. "Tidak ada nyaman-nyamannya. Tidak ada pohon, tidak ada sungai. Panas, gersang. Memang sih, sedikit sejuk. Tapi tetap saja kurang nyaman."

Sedangkan Tristan sedang membungkuk untuk memperhatikan salah satu batu. "Ini tidak mirip seperti batu," katanya. "Yang sebelah sana lebih mirip gigi Kakek yang sudah tua." Sambil melihat ke arah beberapa batu yang retak dan bagian atasnya tidak runcing.

Aku mendekatinya dan memperhatikan batu tersebut dengan lebih teliti, kemudian menyentuhnya. Aku tidak merasakan dinginnya batu, atau mungkin karena batu ini sedang berada di bawah sinar matahari?

Febri menjawab pertanyaan satu persatu. "Jika kalian bermeditasi di tempat yang disebutkan oleh Nova, kalian tidak akan fokus, kalian hanya akan tertidur pulas, dan tidur bukalah meditasi," jawabnya. "Meditasi intinya adalah melepaskan segala beban yang ada di dalam diri dengan menyelami pikiran lebih dalam. Tidak harus di tempat yang nyaman. Karena ketika kalian bermeditasi di tempat yang tidak nyaman, godaan tidak fokus lebih banyak dan berat. Kalian akan memikirkan panasnya cahaya matahari, dan perasaan tidak nyaman lainnya. Lalu ketika kalian lolos menjalani ujian itu, dalam artian bisa bermeditasi dengan tenang di tempat yang tidak nyaman, fokus kalian akan lebih tajam. Dan meditasi kalian lebih efektif. Karena kalian berhasil mengalahkan godaan-godaan tersebut. Dengan tetap tenang, rileks, namun tetap sadar."

Wow.

"Dan apa yang dikatakan olehmu itu benar, Dek." Seraya melihat ke arah Tristan. "Itu bukan batu, itu gigi megalodon yang sudah mengeras."

"Kenapa megalodon bisa sampai ke pegunungan seperti ini?" tanya Tristan.

"Dulu pernah ada tsunamibesar. Sangking besarnya, tsunami itu bisa sampai ke mari. Dan tsunami itu membawa banyak sekali megalodon. Mereka terperangkap di sini sampai beberapa Minggu. Lalu ketika air benar-benar surut, mereka mati," jelas Kak Gita. "Itu sebabnya ada gigi megalodon di sini."

Aran Alali #1: Hujan Darah IblisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang