43. Berlatih Menyerang 13 Jin Botol

47 13 14
                                    

"Aku ingin mencobanya." Tristan yang pertama kali mengangkat tangan kanannya.

"Oke," kata Febri. Dia menyingkir bersama Kak Gita.

Tristan meregangkan tubuhnya. Nova memutar matanya sambil berkata, "Atlet akan beraksi." Dia mengatakan itu untuk mencemoohnya.

Setelah meregangkan lehernya, dia berdiri tegap, lalu mengucapkannya panggilannya. "Baja yang kuat, arang yang gelap, batu yang keras: Ksatria Kegelapan." Tubuhnya diselimuti pendar cahaya kuning, lalu cahaya jingga dan merah. Cahaya menghilang, dan baju zirah baja hitam melekat di tubuhnya.

"Kau siap?" tanya Febri.

"Ya." Bandana baja yang melingkar di kepalanya bergerak dan berubah menjadi helm keren yang menutupi seluruh kepala dan wajahnya. Dia agak sedikit membungkuk seperti posisi start berdiri para pelari.

"Dimulai dari level tertinggi," kata Febri.

Tristan menegakkan tubuhnya dan melihat ke arah kakaknya. "Apa?"

"Kami harus melihat, di level berapa seranganmu mulai muncul, jika seranganmu muncul di level dua, berarti tidak perlu diragukan lagi, seranganmu akan berhasil di level pertama. Begitu pun jika seranganmu berhasil di level tiga, kau tidak harus melakukannya di level dua dan satu," jelas Febri.

"Oh, oke." Dia kembali ke posisi start berdirinya.

"Dan kalian." Febri melihat tiga belas Jin-Botol-Miliknya. "Kalian tidak boleh balik menyerang. Atau aku akan menghukum kalian semua."

Tiga belas Jin-Botol-Miliknya tidak menjawab——aku harap Febri tidak marah aku menyebut jin-jin itu dengan sebutan Jin-Botol-Miliknya.

"Baik, kau boleh memulainya, Dek," ujarnya.

Tristan langsung melesat ke arah Afghida, si Iblis level 13. Dia tiba-tiba muncul di hadapan Afghida dengan gerakan akan menendang sambil melompat. Betis Tristan pun mengenai pipi kiri Afghida, tapi iblis itu tidak bergerak dan tidak terlihat kesakitan. Malah Tristan yang membungkuk sambil memegangi betisnya dan merintih, "Aw, aduh, sakit."

"Level berikutnya," ujar Febri.

Tristan berdiri dan beralih menyerang iblis berikutnya. Serangannya tidak berhasil sampai dia menyerang Baluta. Tristan melemparkan perisai yang ada di tangan kanannya ke arah anak perempuan kecil berambut Bob itu. Tepat mengenai dahinya. Kepala anak itu sampai tertolak ke belakang——ini seperti adegan penganiayaan anak di bawah umur, padahal anak itu adalah iblis.

"Aw! Sakit!" Baluta menggosok-gosok dahinya yang tertutup poni. Dan anehnya, aku kira dia akan bersuara seperti anak-anak, namun yang aku dengar adalah suara berat dari bapak-bapak. Itu membuatku dan Nova menganga terkejut.

"Baik, sudah cukup," ujar Febri.

"Huh, selamat." Si Kuntilanak mengelus dadanya.

"Akhirnya." Tristan membaringkan tubuhnya di atas rumput tinggi, lalu baju zirahnya menghilang.

"Dek, ingat, jangan berbaring di sini, banyak kalajengking," ujar Febri. Dia sering mengatakan itu ketika kami sedang berlatih kepemilikan di sini.

"Iya, Kak. Aku tahu," balas Tristan, dengan malas, dia pun beranjak.

Kak Gita melirik kami berdua. "Siapa berikutnya?"

Nova dan aku saling tatap. Lalu aku berkata, "ladies first."

"Apa sekarang aku harus memanggilmu Cowok Yang Tahu Sopan Santun?" Nova berjalan maju. Pendar cahaya merah muda dan biru muda berpendar dan menutupi seluruh tubuhnya. Lalu cahaya itu membentuk sesuatu yang aku tahu adalah hewan berkaki empat.

Aran Alali #1: Hujan Darah IblisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang