Part 36

15.9K 2.6K 644
                                    

Assalamualaikum dan selamat pagiiii,

Yang nungguin Axel-Abra ada?

Selamat berhari Ahad semuanya, semoga sehat dan bahagia selalu.

Semangat buat yang beberes yaa!

***

Mungkin kalian akan mengataiku kekanakan, atau kurang matang pemikiran karena terkesan menghindar dari masalah. Aku tak peduli sama sekali. Serius. Akulah yang paling mengerti akan diriku sendiri, dan yang kutahu saat ini adalah aku benar-benar butuh waktu untuk menenangkan diri, karena jika aku memaksa untuk berbicara dengan Abra saat ini juga, aku yakin hubungan kami pasti akan lebih memburuk karena aku yang tak bisa menahan diri untuk tak melontarkan kata-kata yang berpotensi menyakiti kami berdua.

Pesan Eyang kembali terngiang-ngiang di kepalaku. Semarah dan sekecewa apapun aku pada Abra, rasa hormatku padanya sebagai suami tak boleh hilang begitu saja.

Sejak mengenakan hijab, aku sebisa mungkin untuk selalu berada pada jalur agama, tapi disaat-saat seperti ini aku dibuat tak berdaya dengan salah satu perintah-Nya. Bahwa suami adalah syurga bagi seorang istri. Semarah apapun seorang istri, mereka dituntut untuk bersabar. Tidak boleh berkata kasar dan harus tetap bersyukur dengan segala kelebihan yang dimiliki suami. Harus ber-mu'asyarah bil ma'ruf.

Aku mengurut dada. Nyatanya aku tak sesabar itu! Sakit hati ternyata membuatku buta dengan kelebihan-kelebihan yang dimiliki Abra. Jangankan untuk memasang wajah senyum, menatapnya saja aku belum siap!

Aku tak tahu entah sudah berapa lama aku menatap sederet pesan yang masuk ke ponselku beberapa waktu yang lalu. Pesan dari rumah sakit yang membuat perasaanku semakin campur aduk.

'Dokter Axel, maaf mengganggu waktu cutinya. Hanya mau bertanya, kapan kira-kira bisa kembali ke Jakarta? Soalnya dokter Roy tiba-tiba tidak bisa dihubungi selama dua minggu ini. Dokter Adrian melarang untuk memberitahu dokter Axel terlebih dahulu, tapi rumah sakit kekurangan dokter Obgyn.'

"Mbak ..."

Aku menoleh begitu mendengar suara Adel yang memanggilku. Aku bangun dari pembaringan dan mendapati Adel sudah ikut duduk di tepi gazebo sambil membawa sebuah bantal mungil yang entah didapatnya dari mana.

 Aku bangun dari pembaringan dan mendapati Adel sudah ikut duduk di tepi gazebo sambil membawa sebuah bantal mungil yang entah didapatnya dari mana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Del?"

Adelia menyunggingkan senyum kaku. Aku tak tahu entah apa yang salah, tapi kentara sekali adik iparku ini tampak canggung terhadapku.

"Adel boleh ikut tidur siang disini, nggak? Di dalam gerah soalnya, ada Mas Abra lagi diceramahin sama Ibu."

Aku tercengang. Abra diceramahi Ibu? Diceramahi bagaimana?

"Boleh nggak, Mbak?"

"Ya ya, tentu saja boleh!" aku bergeser menepi untuk memberikan ruang pada Adel. Gadis itu mengambil posisi dengan semangat. Sepertinya dia gembira mendapatkan izin dariku. Ada-ada saja, ini kan rumahnya, kenapa harus minta izin segala?

JODOH By Axelia (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang