Assalamualaikum dan selamat malam,
Sehat semua kan?
Udah pada mau tidur kah?
Yang nunggu Axel-Abra, ada?
Dah hampir seminggu gak update ya? Maapkan, baru kelar kesibukan. Mwehehe
Selamat membaca, jangan lupa vote dan komen!
Selain memiliki kafe, musholla, dan wahana permainan air, pantai privat ini juga menyediakan cottage-cottage yang melengkapi fasilitasnya. Pantai ini difungsikan untuk liburan, jadi tentu saja kenyamanan pengunjung adalah prioritas utama.
Cottage kami terletak di bagian paling ujung—paling besar dan dekat dengan rimbunnya pepohonan. Dari jendela kamar, kami bisa menikmati pemandangan menakjubkan berupa ribuan kubik air yang bersinar keperakan diterpa sinar rembulan. Suasana malam hari cukup sunyi, hanya suara ombak yang sesekali terdengar berdebur menenangkan.
Selesai sholat 'isya berjama'ah, kami duduk bersantai di ruang tengah ditemani dua cangkir cokelat panas. Aku membaca buku yang kudapat dari atas perapian sementara Abra melakukan video conference dengan Aldrich dan beberapa orang di Jakarta. Tapi sepertinya fokusnya sudah terpecah sejak tadi karena gangguanku. Bukan gangguan yang berarti, hanya saja aku sedikit sebal karena dia masih sempat-sempatnya mengurus pekerjaan disaat 'katanya' sedang berbulan madu denganku.
Aku sepenuhnya paham dengan kesibukannya. Aku yang menangani beberapa pasien saja seringkali kewalahan, apalagi dia yang memegang nasib ratusan orang di Lixon. Tapi untuk saat ini—aku ingin bersikap egois. Aku ingin waktu Abra hanya untukku saja.
"Ada apa dengan senyum lebar itu? Sengaja ingin mengganggu saya?" Abra naik ke sofa di sebelahku begitu laptopnya mati, tanda bahwa panggilan videonya selesai. Aku merespon dengan gedikan bahu.
Aku sedikit bergeser begitu Abra menyusupkan tubuhnya dibawah selimut tebal yang sejak tadi menghangatkan tubuhku. Udara cukup dingin dan aku terpejam nyaman menikmati aroma tubuh Abra yang wangi.
KAMU SEDANG MEMBACA
JODOH By Axelia (SELESAI)
SpiritualKonsep pernikahan yang diimpikan Axelia adalah hidup yang Islami, penuh kasih sayang dan canda tawa. Gadis berusia duapuluh delapan tahun itu menginginkan seorang pendamping yang bisa mengimbangi sifat gila dan plin-plannya. Tapi, saat Eyang Bramast...