Part 17

15.1K 2.5K 300
                                    

Assalamualaikum dan selamat siang...

Apa kabar semua? Pada baik kan ya?

Sebelumnya mau minta maap dulu nih, karena udah ngejulid di part sebelumnya. Anggap aja yang lagi ngomel itu kembaranku, wkwkwkw. But thanks a lot for love and support J

Sengaja updatenya dicepetin karena pengen bobok ciang.

Selamat membaca! Jangan lupa spam vote dan komen!

***

Ahad adalah hari bebasku setelah hampir seminggu berkutat di rumah sakit. Menghabiskan waktu hanya di mansion, aku bermalas-malasan diatas ranjang besar di dalam kamar sambil melakukan perawatan kulit berupa maskeran sederhana. Suasana rumah sepi karena setiap weekend para asisten rumah tangga biasanya memang diliburkan oleh Eyang dan Papa, termasuk hari ini.

Pernikahanku tinggal lebih kurang seminggu dan tak ada yang spesial selain kesibukan rumah yang semakin bertambah. Mansion disulap menjadi hotel dadakan karena Eyang berencana untuk melakukan acara makan bersama disini setelah acara akad nikahku di masjid nanti selesai. Kamar-kamar di lantai bawah dibersihkan, peralatan makan dari kristal dan keramik di gudang dikeluarkan, dan event organizer disewa untuk mempercantik setiap sisi mansion. Aku melihat semakin banyak bunga-bunga yang menghiasi taman. Pak Mun juga tampak sibuk memberikan instruksi pada beberapa orang pekerja kebersihan untuk membersihkan kolam ikan milik Eyang, kolam renang dan danau buatan di belakang. Mulai besok juga aku sudah tak diperbolehkan lagi untuk keluar rumah termasuk untuk bekerja, membuatku harus mendelegasikan semua pekerjaanku sampai masa cuti setelah pernikahan berakhir pada rekanku yang lain.

Cuti ini terlalu mendadak. Awalnya aku ingin tetap bekerja hingga tiga hari H, tapi Aldrich dan Almeera yang akan tiba dari Inggris siang ini membuatku mempercepat hari libur. Aku ingin menghabiskan waktu lebih banyak bersama kakak dan iparku sebelum aku benar-benar resmi menjadi milik Abra.

Aku menghela napas puas meneliti setiap sudut kamar. Kamarku baru saja dicat ulang dari warna pink menjadi kuning muda dan biru. Aku tak tahu kenapa aku melakukan hal itu. Entah murni karena ingin bertukar suasana, atau karena pikiran menggelikan saat bayangan Abra dan warna pink berkelebat di kepalaku. Abra yang kaku pasti akan awkward sekali disandingkan dengan warna pink yang manis.

Aku terkekeh.

Baru saja selesai mencuci muka, bunyi notifikasi di ponsel membuatku mengerutkan kening. Tak biasanya di hari libur seperti ini ada pesan pribadi yang masuk ke ponselku. Nomor ini hanya diketahui oleh keluarga, rumah sakit dan beberapa orang teman.

Ya, beberapa. Karena sejatinya aku memang tak memiliki banyak teman. Aku bahkan tak tergabung ke dalam group alumni dari sekolah dasar sampai kuliah. Satu-satunya grup yang kuikuti adalah grup magangku di Amerika dulu yang kebanyakan hanya berisi linked shared tentang kesehatan dan jurnal-jurnal recommended dari rumah sakit Stanford University. Aku bahkan tak masuk kedalam grup WhatsApp Primehealth Hospital yang menurut Roy isinya hanya gosip-gosip terkini yang terjadi di rumah sakit.

Aku yang sedang bersiap membersihkan wajah dengan toner mengurungkan niat begitu melihat sebuah pesan dari Roy. Mau apa lagi dia?

'Life isn't life without you inside it.'

Kata yang tertulis disana benar-benar membuatku naik darah. Roy benar-benar sudah menjelma menjadi pria psikopat. Apa dia tak mengerti juga setelah diberi pengertian? Katanya dia lulusan terbaik universitas luar negeri, tapi bagian mana dari 'Gue bukan jodoh lo, mungkin kita lebih cocok jadi teman' dari perkataanku kemarin yang tak dimengertinya? Demi Allah, dia itu pria dewasa!

JODOH By Axelia (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang