Assalamualaikum dan selamat malam...
Apa kabar?
Udah berapa hari Axel gak update? Pada nungguin kah?
Selamat membaca dan semoga bermanfaat,
Jangan lupa vote dan komen yang banyak yaa...
"Bicara apa saja tadi dengan Almeera?" Abra bertanya. Lima menit setelah berpelukan di perpustakaan, kami kembali ke kamar, berbaring bersama dengan saling berhadapan. Abra bersandar di kepala ranjang dengan tangan terlipat diatas dadanya, sedangkan aku berbaring nyaman dengan pakaian yang sudah berganti dengan piyama. Tangan terlipat di bawah bantal, bersiap untuk tidur.
Surah Al-Mulk, tiga qul, ayat kursi dan doa sebelum tidur sudah dibaca Abra untukku, tapi bukannya terlelap, mataku malah semakin segar meskipun lampu utama sudah dimatikan dan diganti dengan cahaya lampu tidur remang-remang. Memang sebaiknya kita tak bicara lagi setelah selesai berdoa, tapi mau bagaimana lagi? Hanya beradu tatapan dengan Abra juga rasanya canggung sekali.
"Hm, belajar mengatur uang. Biasanya dalam rumah tangga uang digunakan untuk apa saja, kebutuhannya seperti apa--"
Aku menjeda jawabanku begitu mendengar deheman pelan Abra yang seperti menahan geli. Bibirnya terlipat ke dalam dan tatapannya mengedar ke sekitar, menghindari wajahku.
"Kamu kenapa? Apanya yang lucu?"
Abra berdehem dan menggeleng cepat. "Lalu ... Almeera bilang apa?" tanyanya. Sepertinya dia ingin mengalihkan pembicaraan.
Aku menyipitkan mata dan meliriknya tajam. Bisa-bisanya dia mengejekku seperti itu. Apa yang salah memangnya? Aku tersinggung sekarang! Akhirnya, kubalikkan tubuh membelakanginya.
"Mbak?"
Aku tidak mau jawab! Siapa suruh dia menertawaiku?!
"Axelia?"
Suaranya terdengar cemas, tapi sudahlah! Bodo amat!
Aku masih tak bergeming. Runtuh perlahan tekadku untuk mulai terbuka. Padahal di perpustakaan tadi semuanya berjalan sempurna. Abra juga manis sekali. Kenapa sekarang dia jadi menyebalkan?
Sambil sibuk menggerutu dalam hati, aku merasakan ranjang sedikit melesak dan bergetar. Sepertinya Abra mengganti posisinya. Dan benar saja, aku merasakan lenganku ditarik. Abra memaksaku untuk bangun dari pembaringan dan duduk menghadapnya.
"Maaf, saya tidak ada maksud untuk mengejek atau apapun." Katanya lembut. Membujuk.
Aku mengerjap melihat binar mata Abra yang meredup. Senyum gelinya tadi sudah sirna entah kemana, digantikan dengan tatapan gusar dan khawatir.
"Aku baru saja mulai bercerita, kamu malah menertawaiku seperti itu!" sungutku tak puas hati.
Abra menghela napas dan mengusap kepalaku. "Iya, makanya saya minta maaf. Saya hanya tidak menyangka topik yang kalian bicarakan adalah topik itu. Saya pikir kalian entah mendiskusikan topik kedokteran, atau topik perempuan. Ya, saya tahu kalau pengelolaan uang rumah tangga itu juga termasuk topik perempuan, tapi hal-hal seperti itu kan seharusnya dibicarakan dengan pasangan karena kondisi rumah tangga setiap orang itu berbeda-beda."
KAMU SEDANG MEMBACA
JODOH By Axelia (SELESAI)
SpiritualKonsep pernikahan yang diimpikan Axelia adalah hidup yang Islami, penuh kasih sayang dan canda tawa. Gadis berusia duapuluh delapan tahun itu menginginkan seorang pendamping yang bisa mengimbangi sifat gila dan plin-plannya. Tapi, saat Eyang Bramast...