Assalamualaikum dan selamat malam...
Apa kabar kakak-kakak, adik-adik dan teman-teman onlen? hehe...
Malam ini aku bawa cerita baru, cerita yang udah kalian tunggu-tunggu dari lama.
Yup! Cerita Axel dan Abra!
Ini update-an pertama yaa, jadi pendek. Sengaja aku pilih publish malam hari karena katanya reader pada aktif malam-malam. Masa iya? Ragu sih, makanya ini mau nyari buktinya!
Btw, kakak-kakak dan teman-teman lagi apa? Keluar bareng teman-teman? Malam sabtuan? Atau...baring-baring aja?
Oke, apapun itu, semoga cerita ini membawa kebahagiaan dan pencerahan meski sedikit.
Enjoy!
***
Aku memutar langkah menuju tangga darurat. Lift rumah sakit memang seringkali penuh saat jam makan siang seperti ini. Tak hanya para pasien dan petugas medis yang berlalu-lalang, tapi para keluarga dan penjenguk juga menggunakan fasilitas yang satu ini untuk lebih menghemat tenaga dan waktu.
Spesialis obgyn (Obstetri dan Ginekologi) atau yang lebih umum disebut dengan poli kandungan dan reproduksi wanita berada di lantai dua. Itu tandanya aku harus menuruni lebih kurang enampuluh anak tangga untuk tiba di lantai dasar. Aku merenggangkan bahu sebelum membuka pintu tangga darurat. Disaat tubuh terasa kaku seperti ini, turun tangga rasanya mampu sedikit membantu untuk menyegarkan badan. Untung saja aku tak terlalu lapar, jadi tak perlu khawatir dengan kemungkinan pingsan ditengah tangga.
"Bagaimana mungkin dokter bicara seperti itu? Dokter menganggap saya ini perempuan seperti apa? Setelah bersenang-senang dengan saya, lalu dokter seenaknya pergi begitu saja dan meminta saya bersikap seolah kita tak pernah saling kenal?!" aku menghentikan langkah begitu mendengar suara menghiba yang disertai isakan samar yang berjarak satu lantai dari tempatku berdiri. Aku memasang telinga baik-baik, berniat untuk menguping. Tapi begitu sadar bahwa itu bukan urusanku, aku segera balik badan. Bersiap menyingkir dari tempat itu.
Sampai suara seorang pria yang sangat kukenal menjawab ucapan perempuan yang sedang menangis itu dengan nada soknya. "Apa maksudmu dengan bersenang-senang? Saya dan kamu hanya berbagi satu-dua ciuman. Kita bahkan tidak tidur bersama, jadi tidak usah berlebihan!"
Aku refleks melongok kebawah. Huaah! Aku sampai tak bisa menahan diri untuk memutar bola mata dan tertawa. Si Keparat itu...sampai kapan dia mau mempertahankan perangai bejatnya? Kalau tidak salah, sudah puluhan kali dia mengaku taubat nasuha, tapi lihat...ternyata sampai sekarang dia masih saja nyicip-nyicip zina. Kali ini dengan...suster? Waaahhh!!
Alih-alih menyingkir, aku menguatkan hati menuruni anak tangga dengan semangat. Ketukan hak sepatu Loubotin tujuh sentiku bergema di sepanjang tangga, membuat dua orang yang tampak sedang bersitegang itu menoleh.
Si Kepar—I mean si pria menatapku seolah melihat hantu. Matanya melotot dan mulutnya menganga lebar. Dia mulai gelisah dan menatap suster berseragam putih-biru didepannya dengan panik.
I got your tail, Asshole!
"Suster...Riyanka." Aku membaca sekilas nametag yang tersemat di dada kirinya begitu aku berdiri diantara mereka. Perempuan itu melirikku takut-takut. Aku menepuk bahunya dengan tegas. "Dokter Roy yang tampan ini bukan tipe orang yang mau bertanggung jawab." kataku. Kucondongkan sedikit tubuhku di telinga perempuan itu dan berbisik, "dia ini pengecut. Jadi saran saya...silakan lari jauh-jauh sebelum hal-hal yang tak diinginkan terjadi!"
Perempuan itu mengerjap panik seolah sedang menahan buang air besar. Aku melipat tangan didepan dada, menikmati pemandangan didepanku dengan jengah. Aku menghitung dalam hati. Dalam hitungan ketiga perempuan ini pasti akan terbirit-birit keluar dari sini.
Satu...
Dua...
Ti—
BRAK!
Suara pintu yang dibanting kasar membuat telingaku berdenging. Si Bajingan—maksudnya Roy—sampai terlonjak kaget. Begitu pintu sudah tertutup sempurna dan hanya menyisakan kami berdua disana, dia melirikku salah tingkah.
"Baby..."
Aku menatapnya tak habis pikir. "Ckckck...taubat nasuha dengkul lo! Ingat akhirat, Roy! Allah itu terkadang suka to the point. Tiba-tiba ngasi hidayah, tiba-tiba ngasi rezeki, dan tiba-tiba nyabut nyawa lo dan ngelempar lo ke neraka! Mau?"
Roy ternganga seperti orang bodoh mendengar ucapan pedasku. Dia sama sekali tak bergeming, hanya mengikuti saja dengan ekor matanya saat aku keluar dari sana dan membanting pintu tak kalah keras dari perempuan tadi.
Kapan si bajing itu benar-benar berubah jadi manusia? Apa aku harus menunggu lebih lama?
_____________________________________
Tbc...
Gimana part prolog ini?
Ada si Roy tuh! Orang nungguin pemeran utama, malah dia yang nongol duluan! Hhhh...apa kuganti aja pemeran utamanya ya? Hmm...Axel sama Roy boleh juga kayaknya!
Sampai jumpa part depan yang gak tau kapan bakal diupdate lagi. Doain aja moodku bagus, jadi updatean lancar. Okay?
Neliysa
Jum, 270919
KAMU SEDANG MEMBACA
JODOH By Axelia (SELESAI)
SpiritualKonsep pernikahan yang diimpikan Axelia adalah hidup yang Islami, penuh kasih sayang dan canda tawa. Gadis berusia duapuluh delapan tahun itu menginginkan seorang pendamping yang bisa mengimbangi sifat gila dan plin-plannya. Tapi, saat Eyang Bramast...