Assalamu'alaikum dan selamat malam...
Semoga sehat selalu yaa...
Lagi ngapain? Udah pada sholat maghrib kan yaa?
Atau jangan-jangan malah ada yang udah sholat isya?
Jangan lupa makan malam juga!
Oke, sebelum kalian baca part ini, aku masih tantangan dulu sebab suasana hatiku lagi baik. Tantangannya gak susah amat kok. Siap yaaa...
Tantangannya adalah : DILARANG SENYUM DAN KETAWA DALAM BENTUK APAPUN!
Oke, GO!
SELAMAT MEMBACA!!
***
Nyatanya itu hanya menjadi anganku semata. Saat aku pulang, Eyang dan Papa ternyata sedang tak berada di mansion. Suasana sepi, hanya beberapa pelayan saja yang tampak berlalu lalang. Aku menaiki tangga dengan gontai, mengabaikan tawaran makan malam dan coklat panas dari Bik Mina yang menatapku cemas.
Guyuran air hangat dibawah shower pun ternyata tak mampu membuatku tenang. Tangis yang sejak di mobil tadi berusaha kutahan akhirnya meledak mengisi keheningan kamar mandi yang besar dan kosong. Kemewahan dan keramaian para pelayan dibawah sana tak membuatku terhibur. Aku membutuhkan pelukan dan dukungan nyata yang mampu membuat pikiran-pikiran burukku menghilang.
Air hangat ini tetap membuatku kedinginan. Bayangan-bayangan buruk di masa lalu membuatku terduduk dalam gemetar. Tamparan, jambakan, dan hentakan yang pernah kuterima dulu membuat telingaku berdenging. Trauma yang kukira sudah sembuh itu perlahan kembali, membuatku ketakutan.
Flashback on...
"Kamu pikir kamu siapa, Axelia?" cengkraman di rahang Axel membuat gadis itu meremang. Sosok yang saat ini sedang mengungkung tubuhnya di dinding bukanlah sosok Leon yang biasanya ia kenal-ramah dan hangat, melainkan sisi lain dari pria itu yang tak pernah ia tahu.
Axel meronta. Tubuhnya yang lemah karena pikiran stress dan kurang istirahat membuatnya seperti tikus dalam jebakan. Kenyataan yang ia dengar tadi malam membuatnya syok juga kecewa sehingga ia tak bisa terlelap semalaman.
Leon, pria yang menjadi kekasihnya selama beberapa bulan ini ternyata mendekatinya dengan niat buruk. Pria itu menjadikannya taruhan diantara teman-teman brengseknya, menjual harga diri Axel hanya karena gengsi lelakinya yang bejat. Leon tak pernah mencintainya seperti ia mencintai pria itu. Rasa peduli dan perhatian Axel padanya ternyata tak berarti apa-apa karena pria itu sudah terlanjur menganggapnya sebagai perempuan yang sombong dan sok suci. Taruhannya adalah menyeret Axel ke ranjang, tapi gadis itu tak pernah bisa memberikan kemauannya kecuali hanya beberapa ciuman di bibir.
"You are beautiful, My Love. But so sad, your arrogance make me sick!" cengkraman Leon mengendur. Tangan-tangan jahannam itu kini turun membelai tulang selangkanya yang terbuka. Kancing-kancing piyama tidur Axel sudah berhamburan, tapi untunglah ia masih memakai tanktop hitam yang cukup tebal didalamnya.
Axel berusaha melepaskan diri dengan menepis tangan Leon dan menendang kakinya. Tapi pria besar itu tak bergeming, malah semakin mengetatkan kurungannya di tubuh Axel dan terkekeh penuh ejekan.
"Oh look, masih jual mahal juga meski dalam keadaan terdesak, Axelia?" Leon memajukan wajahnya. Axel memejamkan mata dengan erat, berusaha menepis rasa takut yang mulai menjalar. "Biasanya kamu selalu membalas pelukanku dengan senyum dan ciuman hangat. Kemana semua itu sekarang? Hm?"
Bisikan itu membuat Axel merinding. Perutnya berputar-putar begitu melihat seringai Leon yang penuh kemenangan. "Leon, please..."
"Oh God, you don't have any idea how much I love seeing you begging like this." Leon memejamkan mata dan mendesah. Pria itu sudah tampak seperti psikopat, gila dan tidak normal. "Kiss me, baby!"
KAMU SEDANG MEMBACA
JODOH By Axelia (SELESAI)
SpiritualKonsep pernikahan yang diimpikan Axelia adalah hidup yang Islami, penuh kasih sayang dan canda tawa. Gadis berusia duapuluh delapan tahun itu menginginkan seorang pendamping yang bisa mengimbangi sifat gila dan plin-plannya. Tapi, saat Eyang Bramast...