Assalamualaikum dan selamat malam...
Axelia part 1 update!
Aku mau absen dulu yaa, kalian baca ini sambil ngapain? Hehengg
Selamat bacaaaa!!
***
"Stop ngikutin gue, Roy!" aku menghentikan langkah dan mendelik kesal pada Roy yang terus saja mengekoriku sejak tadi. Mengekoriku sepertinya adalah kegiatan favorit Roy, sebab tak hanya hari ini saja, hari-hari biasanya dia juga suka menempeliku kemana-mana.
Roy adalah rekan kerjaku di rumah sakit sekaligus sahabat kakakku, Aldrich. Aku sudah mengenalnya sejak kecil, sejak gigiku masih ompong dan dia masih berseragam putih-biru.
Sering bertemu sejak kecil membuat hubunganku dan Roy hampir sama dengan hubunganku dan Aldrich, seperti kakak adik. Waktu aku masih kecil dia seringkali membelikanku permen buah setiap kali datang ke rumah. Dan saat kami sama-sama sudah dewasa seperti sekarang, dia mengganti permen buah itu dengan kopi atau makanan. Dia juga tak pernah lupa membelikanku oleh-oleh setiap kali pulang dari luar kota atau luar negeri. Aku sudah berkali-kali menolak dan mengatakan bahwa aku bukan lagi anak-anak yang menyukai hadiah, tapi yang namanya Roy, dia tak pernah mau menerima penolakan.
Roy itu bebal, maksudnya pemaksa. Jika dia menginginkan sesuatu, maka dia akan mendapatkannya dengan cara apapun. Dia hanya akan mengalah pada satu orang. Aldrich. Ah, tepatnya bukan mengalah, tapi dia memang tak akan pernah bisa menang melawan Aldrich. Kakakku itu memang terlahir untuk menjadi bos besar. Lihat saja, bahkan Eyang yang keras kepala-pun seringkali dibuat darah tinggi dengan tingkahnya.
"Kok sewot sih? Lo masih cemburu sama suster tadi? Gak usah khawatir, baby...dia bukan siapa-siapa, gue aja udah lupa namanya..."
Ingin rasanya aku menendang perutnya mendengar suara menyebalkan itu. Sudah lupa katanya? Benar-benar bajingan tengik! Aku tak tahu lagi harus berkata apa selain mengumpati pria bejat ini habis-habisan! Tapi kuakui, disini bukan hanya Roy saja yang salah, perempuan yang begitu cepat lemah iman dan lemah lutut setiap kali berhadapan dengan buaya darat ini juga salah! Semua orang tahu Roy tampan, uangnya banyak dan keluarganya kaya raya, tapi apa iya harus bertingkah bodoh dengan menyerahkan diri begitu saja?!
"Gimanapun brengseknya gue, ujung-ujungnya gue pasti balik ke lo lagi, baby. Lo itu rumah tempat gue pulang. Tenang aja, kalau kita udah nikah nanti gue gak bakal deh main-main begituan..."
Kalimat menggelikan itu sudah terlalu sering dia ucapkan. Aku muak mendengarnya. Rumah tempat dia pulang? Gak bakal main-main kalau sudah menikah? HAH! Dikiranya aku percaya dengan bualannya itu? Dan...siapa juga yang sudi menikah dengan pria seperti dia?
Aku mendambakan seorang pria yang berpendirian teguh, bukan yang plin-plan. Juga pria yang mampu mengayomi, dewasa dan penuh cinta kasih. Memang kedengarannya mustahil menemukan pria dengan paket lengkap seperti itu di zaman sekarang, tapi apa salahnya berangan-angan, kan?
Aku terlalu mengenal Roy. Dia bukan tipe orang yang suka dengan komitmen. Memang sejak lama dia memproklamirkan diri sebagai suami masa depanku, tapi dari yang kulihat, di usianya yang sekarang dia belum memikirkan pernikahan. Dia masih ingin bersenang-senang. Aku bahkan tak bisa memastikan apakah ucapan dan semua gombalan receh yang seringkali dilontarkannya padaku itu benar-benar serius atau hanya candaannya semata.
Satu hal lagi, kurasa visi misi kami dalam hidup berbeda. Bukannya sok alim, tapi sedikit-sedikit, aku mulai melakukan segala sesuatu untuk ibadah, sebagai wujud rasa syukur dan pengambaan pada Allah. Duapuluh delapan tahun hidup di dunia, aku lebih banyak menghabiskan usia untuk hal-hal bodoh. Terlalu terlena dengan tipu daya dunia. Sudah saatnya aku memperbaiki diri, dan sudah jelas aku membutuhkan seorang pendamping yang bisa menguatkan dan mengingatkanku saat aku lupa. Roy masih sangat jauh dari kriteria pria seperti itu. Jangankan untuk menjadi pendamping dan pengingat, dia mau sholat saja sudah syukur! Jadi mustahil aku mau menikah dengannya kecuali tiba-tiba nanti malam dia bermimpi dijemput malaikat maut, kemudian paginya langsung berubah dan taubat nasuha. Taubat nasuha yang sebenar-benarnya, bukan seperti yang digembar-gemborkan olehnya seperti sebelum ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
JODOH By Axelia (SELESAI)
SpiritualKonsep pernikahan yang diimpikan Axelia adalah hidup yang Islami, penuh kasih sayang dan canda tawa. Gadis berusia duapuluh delapan tahun itu menginginkan seorang pendamping yang bisa mengimbangi sifat gila dan plin-plannya. Tapi, saat Eyang Bramast...