Part 06

17.1K 2.4K 226
                                    

Assalamualaikum dan selamat siang...

Semoga kita semua dalam lindungan-Nya.

Gimana hari ini? Hari pertama Ramadhan, pada puasa kah? Semoga amal ibadah dan puasa kita diterima oleh Allah SWT, Aamiin...

Aku sengaja update siang ini untuk menghibur kalian yang sedang kepanasan, kebingungan, kepanikan, kelaparan dan tentu saja kehausan. Hehehe...Gak papa kita berlapar-lapar dan berhaus-haus sekarang, mudah-mudahan di Padang Mahsyar nanti urusan kita kita dijauhkan dari itu semua yaa...

Selamat membaca!

***

Sebuah email yang lagi-lagi datang keesokan harinya membuatku semakin yakin untuk berangkat ke Rusia. Keadaan Mama semakin memprihatinkan dan aku harus secepatnya kesana jika ingin bertemu. Aku bingung. Aku belum pernah menginjakkan kaki di Rusia, dan meskipun mengeksplor negara baru bukanlah masalah buatku, tapi untuk bertemu dengan Mama...rasanya aku tidak sanggup jika harus sendiri.

Eyang mengurus keberangkatanku dengan cepat. Tanpa mempersiapkan banyak barang bawaan, pukul dua siang waktu Jakarta aku sudah menaiki jet pribadi keluarga kami untuk ke Inggris.

Ya, ke Inggris. Tidak langsung ke Rusia.

Aku harus ditemani oleh seseorang, dan orang pertama yang terbersit di kepalaku adalah Aldrich, orang yang memiliki luka yang sama denganku, bahkan lebih besar. Aku berencana untuk ke Elsfield terlebih dahulu sebelum ke Rusia. Berdoa saja mudah-mudahan Aldrich tergerak hatinya dan memaafkan Mama.

Tapi ternyata harapanku terlalu tinggi. Aldrich yang sekarang ternyata masih sama keras kepalanya dengan Aldrich di zaman jahiliyahnya dulu. Awalnya aku begitu emosi melihat keegoisannya, tapi begitu aku mengerti sedalam apa lukanya, akhirnya aku tak mau memaksa.

Aku malah berpikir, apakah aku yang terlalu egois disini? Aku sudah memiliki semuanya. Eyang, Papa, Aldrich, dan Almeera. Apa lagi yang kuinginkan? Mama hanya seorang perempuan yang memberikan luka pada kami meskipun dia juga adalah seorang yang bersusah payah melahirkan kami ke dunia. Apakah aku durhaka karena lebih menyebelahi kakakku dibandingkan ibuku?

Cukup lama aku menghabiskan waktu di Elsfield. Sebagai putri dari seorang pemilik rumah sakit, aku menggunakan otoritasku untuk berlibur sekehendak hatii. Papa tak berkomentar, malah memberikan dukungan karena tahu keberadaanku di Elsfield dalam rangka membujuk Aldrich.

Meskipun misi itu akhir-akhir ini sudah agak terlupakan.

Aku mengelilingi kota Oxford ditemani Almeera dan Ashley-seorang teman yang dulu pernah datang ke Indonesia dan sudah cukup dekat denganku. Sesekali Aldrich juga ikut dengan kami jika dia sedang tak begitu banyak pekerjaan. Di hari pertama kami menghabiskan waktu di perpustakaan Oxford yang terkenal, aku tahu bahwa aku sudah jatuh cinta dengan tempat ini.

Oxford University adalah kampus impianku sejak lama. Sejak duduk di bangku SMP, aku sudah bercita-cita untuk berkuliah disini. Tapi sayang, saat penjaringan mahasiswa baru, namaku sama sekali tak termasuk dalam salah seorang yang lulus. Singkat cerita, takdir malah membawaku ke Stanford, almamater tercinta yang begitu penuh dengan cerita.

Aku merasa begitu hidup saat berada disini. Ritme hidup masyarakat Inggris lebih santai daripada Amerika yang segala sesuatunya serba express. Orang-orangnya pun tampak lebih bahagia meskipun tak seramah orang Indonesia yang suka tersenyum tak peduli pada siapapun juga.

"Al senang melihat Axel sekarang dibandingkan waktu pertama kali datang." Almeera mengelus lenganku yang terbalut mantel tebal. Kami sedang duduk di salah satu kafe tak jauh dari kampus Almeera, menunggu Aldrich datang untuk menjemput. Ashley sudah pulang terlebih dahulu menggunakan MRT.

JODOH By Axelia (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang