Assalamualaikum dan selamat pagi...
Apa kabar hari ini?
Semoga sehat dan bahagia selalu!
Thanks for 1,4k komen di part kemarin :)
Selamat membaca dan semoga bermanfaat yaa...
Warning : part ini banyak foto dan narasi, tapi tetap vote dan komen harus banyak!
Apartemen Abra tidak besar. Hanya terdiri dari dua kamar dan satu kamar mandi, ruang tamu merangkap ruang televisi, dan sebuah dapur mungil. Luas keseluruhannya mungkin hanya seukuran kamar tidurku di mansion Eyang, tapi aku begitu kagum melihat penataan perabot dan aksesoris yang membuat ruangannya tampak lapang. Meski baru limabelas menit berada disini, aku sudah merasa sangat betah dan menyukai tempat ini.
Sebagian besar dindingnya dicat warna abu-abu dengan paduan warna putih dan cokelat kayu untuk perabotnya. Meski sekali lihat semua orang pasti tahu bahwa tempat ini adalah hunian seorang pria yang menyukai kepraktisan, tapi ada beberapa pot tanaman hias yang cantik juga tersusun diatas meja pantry dan di sudut ruangan. Sebuah televisi 40 inch tergantung di salah satu dinding, berhadapan dengan set sofa abu-abu tua yang tersusun bantal-bantal warna-warni diatasnya.
Modern dan minimalis.
Aku jamin, aku tak akan merasakan kesepian tinggal disini nantinya.
Aku membuka lebar-lebar gorden abu-abu tua yang berada di sebelah sofa. Sepertinya itu adalah satu-satunya balkon yang dimiliki oleh apartemen ini. Begitu kain tebal itu tergeser, aku mengernyitkan kening karena silau matahari, sekaligus takjub dengan pemandangan yang tersuguh di depanku.
Pemandangan siang hari kota Jakarta terhampar begitu indah di depan sana. Aku bisa melihat dengan jelas gedung-gedung yang berlomba menjulang tinggi, iringan awan-awan cantik menaungi birunya langit, juga kendaraan-kendaraan yang seolah merangkak di jalan raya. Aku sudah sering melihat pemandangan seperti ini sebelumnya, salah satunya pemandangan malam di penthouse milik Aldrich yang indah seperti di negeri dongeng, tapi menurutku pemandangan malam kota Jakarta dari sini lebih menakjubkan. Lebih terasa nyata dan tak membuat gamang.
KAMU SEDANG MEMBACA
JODOH By Axelia (SELESAI)
SpiritualKonsep pernikahan yang diimpikan Axelia adalah hidup yang Islami, penuh kasih sayang dan canda tawa. Gadis berusia duapuluh delapan tahun itu menginginkan seorang pendamping yang bisa mengimbangi sifat gila dan plin-plannya. Tapi, saat Eyang Bramast...