Part 24

17.3K 2.7K 369
                                    

Assalamualaikum dan selamat malam...

Axel update nih, yang rindu mana suaranya?

Maaf yaa, kalau kalian lama menunggu. Para keponakans lagi di rumah karena libur sekolah, jadi gak sempat buka2 laptop.

Selamat membaca, semoga bermanfaat!

Jangan lupa vote, komen yang banyak yaaa!! Share juga ke teman-teman lain kalo bisa. Hehehe

***

"Nona Axel, semua sudah siap."

Aku menoleh begitu salah seorang perwakilan dari wedding organizer memanggil dari arah pintu. Pria itu berpenampilan rapi dengan setelan jas berwarna hitam. Di tangannya tergenggam sebuah walkie-talkie yang memperdengarkan bunyi-bunyi berisik.

Aku mengangguk. Sekilas kembali menghadap cermin dan begitu kagum dengan bayangan yang terpantul disana. Seorang perempuan jelita yang diapit oleh tiga orang dayang-dayang, berdiri dengan gaun purple yang berkilau. Mahkota berliannya bersinar indah diatas kepala, dan sebuah bouquet brooch berbentuk bunga tergenggam di tangan. Perempuan itu adalah aku, Axelia Gianna Adyastha yang saat ini sudah menyandang status sebagai Nyonya Abraham Mikail.

Malam ini acara resepsi pernikahanku digelar. Ba'da Ashar tadi, kami-tepatnya aku, Abra, Ibu Abra serta Aldrich dan Almeera langsung bergerak menuju hotel untuk bersiap-siap sementara anggota keluarga lainnya menyusul setengah jam kemudian. Sejak dua jam yang lalu aku kembali dirias oleh Sophia, didandani dengan make up Barbie Arabian ala pengantin-pengantin timur tengah dan dipasangi gaun cantik seperti putri-putri Disney.

Perasaanku? Biasa saja.

Apa tidak aneh kalau aku tak merasakan euforia kegembiraan yang meluap-luap seperti para pengantin lainnya? Padahal 'mewah' adalah konsep pernikahan impianku sejak lama. Aku ingin bersanding dengan orang yang kucintai dan mencintaiku diatas pelaminan megah dan indah, saling bercanda dan tersenyum lebar saat mendapatkan begitu banyak doa dari tamu undangan.

Tapi entah kenapa sekarang aku malah ingin acara yang bahkan belum dimulai ini bisa cepat berakhir!

"Assalamualaikum. Apa Ibu boleh masuk?"

Aku kembali menoleh dan tersenyum lebar begitu mendapati Ibu mertuaku meminta izin untuk masuk ke dalam kamar. Serta merta aku mengangguk.

"Wa'alaikumussalam. Masuk saja, Bu." kataku sembari meminta para anak buah Sophia yang membetulkan beberapa bagian gaun dan veil-ku untuk meninggalkan kami. Tiga orang wanita itu mengangguk dan tersenyum sebelum berjalan menuju pintu kamar.

Ibu Abra menghampiriku dengan senyum teduhnya. Meski gamis panjang yang dikenakannya tak mewah, tapi tetap bisa membuatnya tampak bersahaja. Ibu mertuaku belum terlalu tua, bahkan mungkin Papa lebih tua dari beliau, tapi ketegasan yang berbaur dengan kelembutan yang terpancar di wajah membuatnya seperti lebih tua dari usia yang sesungguhnya. Aku sungguh penasaran dengan cerita hidup Ibu yang mendidik ketiga anaknya sendirian setelah ditinggal mati oleh suaminya.

"Maasya Allah, menantu Ibu cantik sekali ..."

Aku tak bisa menahan diri untuk tak tersipu mendengar pujian yang terdengar begitu tulus itu. Meski memang takdirku terlahir cantik, tapi dipuji oleh mertua tetap saja membuatku salah tingkah. Aku mengucapkan terima kasih dan duduk diatas kursi rias saat Ibu Abra membimbingku duduk, sedang beliau mengambil tempat di tepi ranjang.

"Sejak tadi pagi Ibu mau bicara berdua saja dengan Axel, tapi belum ketemu waktu yang pas." Ibu memulai pembicaraan. "Axel sudah baik-baik saja kan? Kepalanya sudah tidak sakit lagi?"

JODOH By Axelia (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang