Sebelum melangkah masuk kedalam rumah sakit Ayu terlebih dahulu, mengirim pesan ke kak caca. Kalau hari ini agak telat datangnya, karena ada urusan di kampus. Caca sampai merapalkan kata maaf kepada Allah dan kak caca. Karena berbohong untuk semua realita yang ada dihadapannya.
Sekarang Ayu sudah masuk koridor yang menuju dokter Fawaz. Sesampainya didalam ruangan Ayu hanya tersenyum dan memberi sapaan hangat terhadap sang dokter.
"Assalamuallaiukm Dokter". Ucap Ayu santai.
"Waqallaikumsalam Ayu. Tapi kenapa masih panggil dokter, gak ingat saya kemarin bicara apa?". Ucapku mengingatkan panggilan yang benar.
"Maaf Ayah, masih belum terbiasa hehe". Ucap Ayu kikuk.
"Iya gak papah, lain kali dibiasakan. Kalau dengar Bundamu salto nanti hahaha. Gak Ayah bercanda". Ucapku jenaka dan urat jahilku sudah mulai keluar
"hahaha Ayah bisa saja". Ayu benar-benar tergelak.
"ini hasil Lab dan pemeriksaan kamu. Hasilnya cocok bahkan sangat cocok. Biasanya setahu Ayah yang 99% kecocokkan merupakan keluarga kandung, saudara bahkan bisa jadi anaknya. Tapi kamu koq tumben ?". Ucapku menjelaskan spesifiknya.
"mungkin kebetulan saja yah, namanya manusia bisa saja dalam seribu wajah ada yang mirip sama kita. yang penting sekarang Aku lulus dalam tes dan bisa memulai pencangkok kan kan yah?". Ucapku lugas .
"bisa sih ayah atur jadwal. Tapi kamu kenapa terburu-buru sekali Ay'. Ada apa? Sepertinya kamu tidak ingin menunda ini semua?". Dokter fawaz sudah mulai curiga dan bertanya .
"Nah... Ayah tahu sesuatu kebaikan gak boleh ditundakan yah. Jadi Ayu hanya ingin segera selesai dan keluarga mereka menikmati apa yang diberi Allah untuk mereka. Itu saja gak banyak alasan untuk Ayu".
Batin Ayu berbicara lain " Ayu hanya takut, mamanya anpal saja. Ayu takut tidak bisa melihatnya lebih lama, walau dari jauh Ayu sudah bersyukur. Itu saja inginnya".
"hemmm baiklah. 3 hari lagi kita melakukan oprasi, tapi tubuhmu harus fit yaa Ay. Ayah gak akan lakukan oprasi kalau gak sesuai prosedur. Jangan lupa puasa sebelum masuk meja oprasi. Tapi nanti kalau ada perubahan jadwal Ayah kabari lagi". Ucapku mengingatkan.
"Oke Ayah". Dengan wajah sumringah Ayu mengucapkan terima kasih, sekaligus ijin pamit untuk kembali pulang.
Saat berjalan di koridor rumah sakit yang tadinya buat Ayu nyaman, jadi bingung mau lanjut berjalan atau putar balik. Haruskah Ayu berpapasan kembali dengan sanga ibu kandungnya, tapi yang aneh Ibunya kenapa sendirian saja. Dimana sang Papa, Ayu ingin sekali menegur mamanya . Tapi Ayu sudah janji untuk tidak menyentuh apa lagi menampakkan wajahnya kepada sang mama.
Bahkan Allah memberiku restu dalam pertemuaan ini, haruskah Aku melanggar janji antar manusia dan mengikuti restu mu ya Tuhan semesta alam.
"Bismillah" batin Ayu berucap
Ayu terus berjalan menuju tempat dimana tujuannya, dan sekarang keduanya berpapasan. Sungguh Allah maha Adil dalam segala hal. Ayu yang melangkah tanpa menoleh sedikitpun kesembarang arah, hanyu tertuju kedepan saja. Kini Dia dihentikan oleh sapaan sang mamanya."Kamu yang kemarin itukan?". Ucap seorang perempuan paru baya, walau masih terlihat mudah dan cantik. Seperti sang anaknya yang ada dihadapannya kini.
Ayu hanya mengangguk, dan memberikan seutas senyum yang sama persis seperti wanita yang ada di hadapannya sang mama tercinta, namun sayang Ayu tidak bisa mengungkapkan jati dirinya.
Ayu terlalu takut terhadap kesehatan mamanya dan kebahagian keluarganya.Sedangkan sang mama balik membalas senyum Ayu yang begitu sweet "Kamu sakit nak? Saya sudah dua kali lihat kamu disini?". Ucapku merasa begitu damai dan nyaman setelah dua kali melihat anak ini. Seperti ada yang aneh denganku. Aku begitu ingin memeluknya dan tidak ingin melepasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Smile (ON GOING)
SpiritualExclusive Writing by ©AMÉ //Siti Halimah Tusa Diah . . Selesai membaca jangan lupa tinggalin jejak, agar tau jalan pulang dan kembali menapak😬😬!!! . . Cerita ini hanya fiktif belaka , bila ada kesamaan tempat dan tokoh atau pun story-nya, itu han...