Setiap insan dalam muka bumi ni memainkan perannya. Baik buruknya sebuah peran tergantung pelakonnya. Semesta hanya memberi sekenario untuk dimainkan, dan penerima yang apik itu hamabanya. Bila pilihmu kejam maka karater itu akan mengakar , tapi bila pilihmu mengesankan maka akan tercium wanginya.
(♡˙︶˙♡)
Senja kini berganti cahaya yang manis setiap paginya, tidak hanya sekali tapi setiap hari. Itu pinta setiap insan yang berdoa baik untuk setiap detiknya agar mengelilingi jalan hidupnya.
"Alahamdullilah Allah masih kasih keindahan itu di hadapannya setiap saat". Kataku dalam hati sambil menikmati udara pagi di taman belakang panti .
Setelah semua tugas dan kegiatannya dipanti sudah selesai, Ayu pun bergegas untuk bersiap-siap untuk pergi bekerja. Setelah semua sudah dia pastikan selesai dan berpamitan dengan baik dengan ibuk. Ayu pun melangkahkan kakinya dengan tenang dan seutas senyum yang selalu menemaninya.
" Bismillah...". kataku penuh rasa syukur dapat memulai setiap kegiatan rutinitas seperti biasa.
Tapi saat dia melangkah melewati pitu gerbang panti, dia melihat Agam yang berdiri bengong. Kalau dia ingin menunggu Althaf , bukannya Al sudah pergi sejak pagi tadi. Kenapa Agam masih ada disini pikir ayu. Tanpa pikir dan bertanya Ayu langsung menepuk punggung Agam, dan mengajaknya berbicara disekitar taman yang ada di panti . walau sebelumnya ayu ingin mengajak Agam untuk serapan terlebih dahulu, tapi Agam kekeh gak mau. Dia ingin ketaman segera.
Sebelum berbicara keduanya saling pandang-pandangan, dan Ayu yang melihat itu tampak aneh, dan mulai merasa , agam bingung mau bercerita memulainya dari mana.
"Kamu mau berbicara apa sama kakak Gam? Bicara aja insha allah kakak akan menjawabnya, kakak jadi pusing lihat kamu yang uring-uringan beginih".
"Ehmmm...sebelumnya Agam minta maaf kalau salah bicara dan lancang dengan pertanyaan yang agam ajukan ke kakak. Hmmm kemarin malam agam dengar papa bicara sama kak Rion , kalau kakak saudara kembar kak Rion bearti kakak itu kak Raina Cecilia Abraham. Agam makin pusing dengar semua pedebatan antara kak Rion dan Papa tadi malam. Jadi Agam kesini mau dengar klarifikasi dari kakak biar agam bisa lebih tenang buat kesekolah".
"Hanya itu saja yang perlu kakak klarifikasi agar kamu sekolah dengan nyaman dan tenang. Kakak akan menjawab semuanya. Hmmm... semua perdebatan yang kamu dengar antara Kak Rion dan Papa memang benar, doa kamu diijabah sama Allah".
"Hah... Astagfirullah, kakak masih hidup beneran. Tapi kenapa Papa kejam banget sih bilang anak sendiri meninggal, Ya Allah kalau dia bukan Papaku sudah aku hajar babak belur". Ucapku menahan amarah atas kelakuan papa.
"Jangan dipukul lagi Gam, sudah cukup Kak Rion yang kasih pelajaran kemarin.jangan lagi kamu, biar gimana pun Papa orang tua kita. Jangan pernah kasar, dan kakak gak mau ada dengar kamu bentak apa lagi main kasar sama papa. Dan satu lagi jangan pernah kasih tahu mama soal ini semua, kakak gak mau terjadi apa-apa dengan kondisi mama saat ini".
Agam mengangguk dan memastikan semuanya akan baik-baik saja, itu pasti.
"Kamu gak marah dan malu punya kakak seperti Kak Ayu Gam?". Ucapku tulus ingin melihat respon dari adik bungsunya ini.
"Ya Allah gak mungkin donk kak, Aku malah senang doaku terkabul punya seorang kakak perempuan yang care begini. Dari pada Kak Rion, sering buat gedek hatiku kak, gak ada manis-manisnya sama adiknya. Suka banget nindas". Kataku dengan wajah memelas dan manja didepan kakak perempuanku, kapan lagi punya joinan buat nistakan bang Rion hahaha.
"Gak boleh gituh Agam, kamu mau tahu kejujuran sebenarnya. Kak Rion itu sayang banget sama kamu, bahkan ada upsssss...". kataku hampir keceplosan karena surpise yang mau dikasih Kak Rion buat Agam dan itu pun Ayu yang sarankan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Smile (ON GOING)
EspiritualExclusive Writing by ©AMÉ //Siti Halimah Tusa Diah . . Selesai membaca jangan lupa tinggalin jejak, agar tau jalan pulang dan kembali menapak😬😬!!! . . Cerita ini hanya fiktif belaka , bila ada kesamaan tempat dan tokoh atau pun story-nya, itu han...