.1. Luka Yang Disengaja

18.6K 511 4
                                    

Ketika mencintai, kita tidak bisa memilih untuk tidak terlukA.



Sonya baru saja tiba di rumah dengan tumpukan plastik belanjaan. Hari rabu tak boleh dilewatkan karena itu adalah hari dibukanya pasar tradisional. Dan jika ingin belanja harus menunggu hari jumat. Dua hari dalam satu minggu dengan lokasi yang berbeda.

Kakinya masih sakit setelah kecelakaan minggu lalu. Dokter bilang, persendian lututnya masih harus ditunggu agar bisa pulih seratus persen. Ia juga harus rela bekas terbakar di kakinya itu tak akan bisa hilang selamanya. Namun tidak apa, setidaknya hanya dia yang terluka. Suaminya tercinta tidak perlu mengalami rasa sakit yang ia rasakan.

Sejenak ia merebahkan diri di sofa ruang tamu. Wangi mie goreng tercium pekat dari dapur. Ada Ibeth yang sedang membolak-balik penggorengan di dalam kuali. Adiknya itu memang hobby memasak. Sudah sejak dulu. Ya, sayangnya dia gak pernah percaya diri di depan para orang tua. Terutama keluarga dari ayahnya.

"Beth, ini apa?"

Ibeth mendongakkan kepala melihat amplop yang dipegang Sonya. Amplop coklat seperti dokumen negara yang sangat rahasia.

"Oh itu, tadi ada kurir yang ngasih. Buat kakak."

Sonya penasaran sekaligus bingung. Biasanya kalau ada dokumen penting dari dinas pendidikan, pasti dikirim langsung ke sekolah. Bahkan belanjaan dari online shop yang dibeli Sonya juga dikirim ke sekolah.

"Oh ya kak, tadi Bang Andra telfon aku, katanya kakak gak bisa dihubungi."

"Iya, hape kakak lowbat, Beth. Andra bilang apa?"

"Katanya gak jadi pulang hari ini. Soalnya ada acara sama teman alumni."

"Oke Beth, berarti kita masih bisa netflix-an hari ini."

"Yoay! Tapi bingung mau nonton apa.."

"Eh, udah mau jam 1. Kamu jemput Gavin sana."

Ibeth mengecek jam tangannya. Selama tinggal di rumah Sonya, Ibeth diberi tugas untuk menjemput Gavin dari sekolah. Ibeth benar-benar sangat membantu Sonya dalam mengurus segala hal. Mumpung Ibeth masih libur kuliah.

"Itu mie goreng dimakan ya kak. Ibeth berangkat dulu."

"Iya Beth, hati-hati ya."

Sonya langsung mencharger handphonenya. Sayang sekali, ia melewatkan kabar dari Andra. Sonya adalah tipikal perempuan yang suka mendramatisir hal-hal sederhana. Semua sikap Andra begitu romantis baginya. Misalnya saja, di telpon kalau lagi dinas keluar kota, ditanyain udah makan apa belum, diajak motoran kalau Gavin nginep di rumah neneknya. Semua itu lebih indah dari apapun di dunia ini.

Handphonenya kini sudah menyala. Terlihat daya baterai 5 persen. Denting suara pertanda pesan masuk berdering beberapa kali. Ada pesan di grup sekolah tapi tak ia gubris. Ia sedang mencari pesan dari Andra, suaminya.

Andra : Onyaaaa....

Andra : Onya, maaf banget. Aku gak jadi pulang hari ini. Anak-anak pada ngajakin barbeque-an. Ga apa-apa kan?

Andra : Bilang sama Gavin ya, Nyaa....

Andra : Tadi aku udah nelpon Ibeth, pasti handphone kamu lagi lowbat kan? Kalau udah gak lowbat, telpon aku ya sayang!

Sonya tersipu malu. Walau cuma sebatas pesan, rasanya itu sampai ke hati. Ia menyunggingkan senyuman manis. Banyak yang iri akan cinta sejati antara mereka berdua. Mereka sering jadi perbincangan antara ibu-ibu kompleks.

Masih Ada Jari Yang LainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang