.9. Ketika Dekat Itu Menjauhkan

2.2K 139 7
                                    

Pepatah bilang, "Setialah sampai orang ketiga datang".




Selama 6 bulan berlalu, dunia masih berpihak pada kedurjanaan. Sonya dan Giska semakin hari semakin dekat. Like a true friend. Ya, Giska dengan sengaja mendekati Sonya agar bisa mengambil kesempatan berduaan dengan Andra. Mereka seperti sahabat yang tak terpisahkan. Siapa yang menyangka bahwa kepercayaan Sonya kepada Giska meningkat tajam.

Kadang-kadang, Giska mengajak Sonya menikmati mie ayam bersama Rinni dan Lala. Kebiasaan yang tidak lepas dari gosip. Oleh karena Sonya sudah percaya dengan Giska, tak jarang perempuan itu diajak makan bersama di rumah. Giska mengambil kesempatan mencari perhatian Andra.

Jika seseorang bertanya pada Sonya, siapa teman terbaikmu di tempat ini? Tentu Sonya akan berkata bahwa orang itu adalah Giska. Perempuan yang seperti saudara baginya. Mereka saling membantu satu sama lain.

"Tahu gak Nya, sebelum menikah dulu, aku gak paham cara berkebun. Pegang cangkul aja gak pernah."

"Kamu hebat Gis. Kamu bisa beradaptasi dengan keadaan."

"Yah, aku bisa menghasilkan uang tambahan dari sini. Apalagi akhir-akhir ini harga cabe naik terus. Berasa dikasih keberuntungan sama Tuhan."

Tanah yang tidak terlalu luas itu digunakan Giska dengan maksimal. Perempuan mandiri yang menginspirasi banyak orang. Dan tentu saja menginspirasi Sonya Marisa.

"Kayaknya aku harus beli tanah deh. Lumayan uangnya buat nyekolahin anak. Kalau entar udah punya ya. Hahaha."

"Kamu udah ada rencana sama Pak Andra?"

"I think we have, tapi masih perlu dipikirkan lagi Gis. Banyak orang yang ikut campur masalah itu."

"Sabar aja ya, Nya. All is well."

"Thanks Gis. Kadang aku pengen bilang sama Tuhan, kenapa harus mengalami hal kayak gini."

"Tapi jangan lupa bersyukur. Kamu masih tetap dicintai bukan?"

"Ya, itu yang bikin aku semangat."

"Oh iya, disebelah sana ada cabe yang sudah bisa dipetik."ajak Giska ke sisi sebelah kanan. Sebenarnya dia tidak betah jika diajak ngobrol masalah keluarga Sonya. Yang ada Giska terkesan munafik. Dia memberi semangat disaat hatinya merasa sakit. Ternyata begini rasanya mencintai suami orang lain.

Rasanya Giska ingin bilang maaf. Maaf telah mencintai dia yang sudah milikmu. Kesalahannya memang tak akan termaafkan dan ia sudah tak bisa memperbaikinya. Biarlah semua mengalir seperti air sungai. Jika ada bebatuan, ia tetap mengalir meski harus mengubah arah.

"By the way, sudah tahu kalau Pak Alo pindah ke komplek ini?"

"Hah? Sejak kapan?"

"Sudah mau dua minggu. Rumahnya gak terlalu jauh dari tempat kita."

"Mungkin mau ngedeketin kamu kali, Gis."

"Heh, dibanding aku, dia lebih demen sama Bu Lala."

"Iya juga sih, aku lihat kemarin di sekolah, mereka malah adu mulut perkara nama lengkap Pak Alo. Bu Lala bilang namanya sok matematika banget, ada Aljaba nya. Eh, Pak Alo gak terima."seru Sonya terkekeh. Lama-lama Sonya menikmati drama dua guru itu. Terlebih Lala sangat berniat menantang setiap perkataan Alo.

"Kayaknya sih Bu Lala kena karma, Nya. Dulu dia bilang ilfeel sama Pak Alo, sekarang malah ngajak berantem mulu."

"Nah itu, mending doain mereka akur dan jadian."

Masih Ada Jari Yang LainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang