.37. Aku Ingin Pergi

5.9K 292 5
                                    

Ada pergi yang tak bisa kembali. Yang pergi akan tetap pergI





Mati adalah kepergian yang kekal. Tapi ada kepergian yang sementara tapi tak diharapkan untuk kembali. Ada yang pergi dan bisa kembali, tapi rasanya sudah seperti mati. Gavin merengek minta pintu dibukakan saat Andra datang. Pria itu tidak tahu malu dan masih punya muka untuk menginjakkan kaki di rumah ini. 

"Ma, papa datang ma!"ucap Gavin sambil menarik baju Sonya. Sonya menghela nafas sambil melihat wajah Gavin yang masih merengek. Dia mengalah dengan membukakan pintu. Andra tersenyum sumringah melihatnya. Sonya cuek saja dan bergegas kembali ke dapur. 

Dan panggilan telepon membuatnya teralihkan. Argh, kenapa perempuan itu meneleponnya?

"Hallo.."

"Kamu udah gila ya? Mau sampai kapan nyuruh Andra datang?"

"Kamu yang gila. Dia datang tanpa permisi. Sebaiknya, kau jemput dia dan bawa pulang. Rumahku tidak suka menerimanya."

"Sok suci! Kau kira kau hebat, Nya? Kau sama saja seperti aku dua tahun yang lalu. Kau perebut milik orang lain!"

"Dia bukan emas yang layak diperebutkan. Malahan, aku ingin kau membujuknya. Bilang padanya agar menerima surat gugatan cerai yang kuberikan. Jangan sampai, kalian berdua berakhir buruk di masa depan."

"Kau mengancamku, hah? Kau tidak akan berani kan, Nya? Kalau kau berani, kau sebarkan aja semuanya. Aku tidak takut."ucap Giska tegas. Ketegasan yang membuat Sonya menyunggingkan senyuman. Sejak hatinya benar-benar bebas, dia jadi berpikir kalau ini sangat lucu. Wanita itu merelakan semuanya cuma demi Andra. Bahkan dia tidak takut jika harus dipecat dari statusnya sebagai abdi negara. Kalau dipikir-pikir, sangat konyol.

"Terserahmu sajalah."ucap Sonya dengan nada datar. Dia bicara santai sambil membereskan bahan makanan yang ada di meja. Tidak nyaman melihat dapur yang berantakan. Ya, sama seperti hidup yang berantakan. Makanya dia ingin sekali merapikan semuanya. Hidup berdua saja dengan Gavin sudah lebih dari cukup.  Hidupnya akan rapi tanpa kehadiran dua manusia itu.

"Kau meremehkanku?"

"Enggak. Tapi setidaknya, kau bujuk dia agar tak lagi datang ke rumahku. Rumah ini jadi jelek kalau ada dia."

"Kau sedang pura-pura kan, Nya? Padahal hatimu sedang terluka parah. Munafik!"

"Hahaha, kau lucu sekali."ucap Sonya sambil  tertawa. "Datanglah ke rumah. Akan lebih baik kalau kau menjemputnya."

"Kau pikir aku takut?"

"Kalau emang gak takut, datang saja."ucapnya tegas. Dia langsung mematikan panggilan tanpa mendengar reaksi dari Giska. Dia menyelesaikan masakannya dengan cepat. Setelah itu, dia membuatkan segelas kopi untuk Andra. Dia hanya sekedar tamu yang berkunjung ke rumah seseorang. Bukan siapa-siapa.

"Makasih ya Nya, sudah mengijinkan aku masuk."

"Lalu gimana dengan surat cerainya? Kau bisa setujui kan?"

"Kenapa bahas itu lagi sih? Kan aku udah bilang kalau aku gak mau."

"Kau cuma mengundur-undur waktu, Dra. Tapi ujung-ujungnya, kita udah tahu akan bagaimana."

"Mama juga berharap kau kembali padaku."

"Ya, tapi ibuku menyuruh sebaliknya."

"Tenang saja, aku bisa membujuk ibu."

Masih Ada Jari Yang LainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang