Aku mencintaimu, sampai cinta itu membuatku sakiT.
SMP N 1 JayaWijaya sedang gempar dengan sesuatu yang baru. Ada seorang guru yang diusir dari rumahnya sendiri. Semua orang tahu bahwa Giska dan keluarga dari mendiang suaminya sedang tidak beres. Jadi selama ini Giska hanya berpura-pura.
Via, adik iparnya, membawa surat tanah yang tertulis atas nama ibunya. Tanah perkebunan dan tanah rumah, semuanya dialihkan oleh ibunya. Ini seperti kemenangan bagi Via.
"Pergilah. Kau gak akan bisa tinggal disini lagi. Ini sudah jadi rumah mama."ucap Via tegas mengusir perempuan itu.
Giska gak habis pikir. Surat tanah yang dimiliki Via adalah surat palsu. Seseorang mencuri surat yang asli dari rumahnya. Dan sekarang, Giska gak punya bukti kalau rumah itu sudah jadi miliknya.
"Beneran, aku punya surat rumah itu. Tapi aku gak tahu hilang kemana. Seseorang pasti mengambilnya."ucap Giska menceritakan di ruang guru.
"Sudah pasti, adik iparmu yang menjebakmu. Harusnya kau masih bisa membela diri soal KDRT yang menimpamu dulu. Tapi suamimu sudah meninggal kan?"
"Aku gak habis pikir. Andai dulu aku ngelaporin dia ke polisi. Dia keburu mati sebelum merasakan semua penderitaan itu."ucap Giska dengan wajah sendu. Wajah yang sedang menahan tangis.
"Lalu gimana Gis, mau tinggal dimana?"tanya Rinni kuatir.
"Ke perumahan saja. Kau bisa tinggal gratis dan cuma bayar uang listrik. Rumahnya memang kecil tapi setidaknya masih layak ditempati. Rajin-rajin menabung biar bisa beli rumah."ucap guru yang lain.
"Hahaha, gimana mau nabung? Separuh uangku dipakai untuk bayar utang. Suamiku mati meninggalkan hutang!"ucap Giska seperti orang gila. Bahkan dia tertawa dalam kesedihan.
Semua yang ada disana langsung iba dan merasa kasihan. Mereka yang tadinya menjauhi Giska karena gosip bahwa ia selingkuh seakan tidak berguna lagi. Kisah hidup wanita itu membuat mereka sedih. Apalagi sesama perempuan, gampang terbawa perasaan.
Giska membayar hutang Ge setiap bulan dengan gajinya. Tapi sekarang, ia malah kehilangan rumah.
Tak ada yang tahu bahwa ini adalah ide Sonya. Ya, dia melakukannya atas kesadaran penuh. Sonya tersenyum bahagia seperti orang munafik. Beberapa hari yang lalu ia menemui Via.
"Ini surat tanah rumah itu. Dan ini surat tanah kebunnya."ucap Sonya dengan ekspresi datar.
"Wah gila! Bagaimana kau bisa mendapatkannya?"tanya Via heran sekaligus bersemangat. Surat yang dari dulu ingin ia miliki itu bisa didapatkan dengan mudah.
"Aku akan berikan padamu. Tapi kau harus janji akan mengambil alih rumah itu."
"Kau dendam padanya? Karena apa? Hahaha, tak kusangka dibalik wajah polosnya, ada juga orang yang membencinya."ucap Via dengan kebahagiaan yang tak terkira. "Apa dia mencuri uangmu? Dia tuh aslinya punya penyakit tahu, klepto! Kau pasti baru tahu kan?"
"Jangan menyebar fitnah. Aku tahu dia tidak seperti itu!"ucap Sonya tegas. Walau ia membenci Giska, dia juga tidak menyukai Via. Perempuan itu sibuk menebar kebohongan yang menguntungkannya. Dengan mudah membicarakan orang lain walau itu cerita palsu. Bagaimana bisa ada manusia separah ini?
"Lalu kenapa? Aku perlu tahu agar bisa memutuskan mau kerjasama atau engga."
"Dia memang mencuri. Tapi bukan uang. Dia mencuri suamiku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Masih Ada Jari Yang Lain
RomancePondasi yang kokoh tak menjamin rumah luput dari badai dan bencana. Ini adalah pernikahan yang harmonis dari dua insan yang dianggap tidak biasa. Pria tampan yang rela menikahi perempuan tomboy dan berpenampilan seperti pria. Hal tersebut membuat wa...